Ketika meninggalkan atau ditinggalkan adalah cara cerita agar kita tidak lagi bersama.
Dan untuk kamu, yang tetap bertahan padahal jelas dilakukan hanya menambah derita saat cerita ini berakhir.
Putri itu sebenarnya lugu, masih saja melihat kebaik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lebih baik gue. Mainin satu cewek kalau bosen buang, dari pada deketin seribu cewek tapi gak ada kepastian satupun." -from Aydan
*ps: don't try it at home
-Movedable-
Harus. Harus. Harus. Gadis itu tak menyadari, alam bawah sadarnya terlalu lelah. Bahkan untuk melakukan lebih dari ini. Seharusnya, gadis itu tidak perlu memaksa. Karena ada beberapa gak yang memang tidak bisa dipaksakan.
-Movedable-
"Kan gue udah bilang, lo jangan panas-panasan. Kulit lo jadi terbakar gini kan Ren." Gasha, lelaki itu memegang kedua tangan Gadis dihadapannya yang kini memerah.
Airen tidak dapat menyembunyikan pipinya yang memerah. Ia tersenyum malu-malu. "Gasha, gue gak papa. Ini udah biasa kok,"
"Gak papa gimana Ren? Kulit lo kebakar, jadi merah semua." Lelaki itu menatap serius. "Gue tiupin ya..." dan setelahnya Gasha tidak main-main pada ucapannya. Kedua tangan Airen ditarik hingga berada didepan wajahnya, lalu mulai meniupi tangan Gadis itu.
"Ga-Gasha... Gue beneran baik-baik aja. Lo gak perlu sampai segitunya, Gash." Airen berucap gugup.
"Serius?" Airen mengangguk. Gasha menurunkan kedua tangan Gadis itu perlahan. "Yaudah, lo bawa lotion kan? Cepetan di pakai, biar sembuh."
"O-oke, gue ke kelas dulu Gash." setelah itu Airen pamit.
"Jangan lupa lotionnya dipakai Ren!"
"Cielah Bang, perhatian amat sama doski!" Keral menyahut, memperhatikan interaksi mereka berdua.
Gasha terkekeh, "Apaan sih Ral, Airen temen gue."
Setelah permainan basket selesai, mereka memutuskan untuk pergi ke kantin. Lebih tepatnya pojokan Kantin seperti biasa. Bukan, mereka tidak pernah mengklaim bahwa ini tempat mereka. Walaupun Cakra adalah cucu pemilik sekolah. Tapi karena para siswa terlalu segan atau takut duduk disini.
"Halah, Si Airen udah ngarep sama lo sejak lama. Doski diam-diam suka merhatiin lo dari jauh macam penguntit gitu." goda Keral.
Senyum tipis muncul dibibir Gasha. Lelaki itu berjalan ke arah mesin penjual minuman. Tangannya meraih sebuah kartu disana lalu mengeluarkannya. Otomatis mesin kotak itu menscan kartu ditangan Gasha, lalu cahaya yang tadinya merah berubah hijau. Dia menekan salah satu gambar minuman pada layar touchscreen. Dan minuman itu langsung keluar pada tempat bertuliskan take here.
"Lo kayak gak tau Gasha, semua cewek dia baperin. Masalahnya, tuh bocah gak pernah peka atau malah pura-pura gak peka. Berbusa mulut gue kalo ngasih tau dia." Aydan berkata judes, menatap Gasha.