B A G I A N S A T U
k e l a s s e t a n
Kita hanyalah semu yang belum memiliki titik temu. Merasa jemu pada waktu yang dibiarkan lekang dimakan debu.
.•×•.
Suara riuh khas kelas terdengar sampai luar. Padahal jam pelajaran pertama sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi sepertinya tanda-tanda kiamat sugra belum juga terlihat.
Hal ini menjadikan para penghuni kelas XII-IPS 3 pun semakin rusuh tak karuan. Kesempatan emas sebelum Pak Ded datang dengan tubuh tinggi besarnya dan membuat kelas menjadi lengang seperti di pemakaman.
Pasalnya guru Bahasa Indonesia sekaligus pemegang jabatan Kesiswaan itu mempunyai tatapan super tajam yang membuat siapapun pasti merinding melihatnya.
Kelas yang tadinya gaduh mendadak hening, begitu pintu kelas dibuka dengan suara bedebum akibat menghantam keras dinding di belakangnya.
Semua panik untuk duduk ke bangkunya masing-masing, tak peduli pada kegiatan apa yang sedang dilakukan sebelumnya. Yang jelas, mereka harus segera menyelamatkan diri kalau gak mau berakhir panas-panasan di lapangan.
Tapi yang terjadi selanjutnya, mereka malah kembali rusuh. Rusuh oleh makian dan hujatan setelah melihat siapa yang berdiri di ambang pintu. Si cowok tengil berhati malaikat yang kadang juga berhati setan.
Dengan wajah tak berdosanya setelah membuat satu kelas hampir serangan jantung, cowok itu malah mengacungkan kedua jari tengahnya tinggi-tinggi.
"HILLI SIBIT-SIBIT LIKNITKIII"
Satu kelas, satu sekolah, satu rumah bahkan satu kompleks pun tau, kalau suara toa nan membahana badai itu punya siapa. Siapa lagi, kalau bukan VACHEL XAVIER AIRLANGGA. Definisi cowok sultan yang punya wajah tampan kelewat gak sopan. Alias,
songong!
Ya gimana gak disebut cowok sultan? Kekayaan keluarganya saja sudah melebihi tujuh turunan. Jadi, wajar saja kan? Kalau sering disebut cowok sultan.
Ael meletakkan selembar kertas putih di atas meja guru. Meski sebenarnya bentuk kertas itu bukan lagi selembaran, melainkan sudah ia bentuk menjadi pesawat terbang. Padahal isi kertas itu berupa surat izin masuk kelas yang diberikan guru piket sebagai bentuk teguran.
Tapi karena memang pada dasarnya manusia gak ada akhlak kayak dia itu udah gak perlu teguran, perlunya tamparan.
Langkah kakinya membawa cowok itu menuju deretan meja di paling belakang, bagian pojok kelas. Cowok itu meletakkan skateboard miliknya diatas meja. Tapi sebenarnya bukan milik dia sih. Jadi tadi waktu selesai dihukum lari keliling lapangan dia gak sengaja liat skateboard yang nganggur di sisi lapang. Yaudah daripada nganggur, dia bawa aja deh.
Paling juga ini skateboard punya si Yoyo- anaknya Ibu kantin yang umurnya baru empat tahun tapi udah pro banget main skateboard. Gak tau juga dah, si Yoyo itu diles-in apa gimana bisa pro gitu. Ael aja gak ngerti kenapa bisa? bocah kecil macam Yoyo jago banget main sket nya.
"Lah, itu skateboard bukannya punya si Yoyo?" tanya Albi, temen sebangku Ael yang sama gesreknya. Sebelas dua belas lah bobroknya sama Ael.
Galvin yang semula fokus main game cacing di ponselnya, kini memutar badannya ke belakang. "Lah iya, punya si Yoyo ini mah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AEL : Bicara Soal Jeda
Novela JuvenilKedatangan Maureen sebagai murid baru di SMA Ganendra membuat kelakuan Ael berubah 180°. Dari yang tadinya suka bolos dengan alasan gak jelas, sekarang jadi sering bolos dengan alasan modus ke kelas sebelas. Dari yang tadinya songong minta ampun, s...