Part 3

23 0 2
                                    

Zahrana's POV

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Aku memutuskan untuk menunda waktu pulang dari perpustakaan dengan terlebih dahulu menunaikan sholat magrib disini. Kak Adi masih setia duduk di depanku. Pikiranku kacau, bagaimana menemukan alasan yang tepat untuk menghindari ajakannya pulang bersama.

"Semoga ada pertolongan" gumam batinku.

Author's POV

Semilir angin berembus dengan hawa dingin menyeruak. Mendung hitam menggelayut diatas kota ini seakan menegaskan bahwa beribu liter air akan segera tumpah menyegarkan tanah-tanah gersang. Terlihat kegelisahan di wajah cantik gadis yang mematut diri di depan tumpukan buku.

"Ann, pulangnya bareng yaa. Mau hujan juga" ucap Adi menegaskan.

"Saya bisa naik ojek atau taksi aja Kak" tolak Zahrana halus.

Adi memutar bola matanya dengan sorot kecewa, pernyataan Zahrana yang tadi masih menyisakan tanya dan perih. Sekarang dia menolak ajakan Adi, rasanya semakin ada beban berat menghujam di hatinya.

"Kak, saya enggak enak. Nanti ada orang terdekat kakak yang marah. Dikira kita ada apa-apa. Apalagi nanti kalau Kak Dewi, dia pasti bisa nuduh saya macam-macam. Padahal kakak ketemu sama saya disini enggak sengaja khan?" jelas Zahrana selanjutnya.

"Siapa bilang enggak sengaja Ann. Aku sengaja menemuimu dan ingin mengantarmu pulang" batin Adi seolah menolak penjelasan Zahrana.

"Kenapa Dewi harus marah? Dan kenapa Dia harus berpikir seperti itu. Kami hanya sebatas teman" sanggah Adi.

Zahrana diam mendengarkan penuturan Adi. Menelisik lebih jauh itu bukan sifatnya. Keraguan atas penjelasan Adi jelas ada di hatinya. Hanya seutas senyum untuk menyamarkan perasaannya. Adzan berkumandang, Zahrana bangķit dari tempat duduknya. Buku yang akan dipinjamnya sudah rapi ditata. Zahrana memohon izin untuk menunaikan sholat magrib terlebih dahulu. Adi menggangguk. Senyum tipis mengembang dari bibir Adi.

"Kamu semakin membuatku jatuh cinta Anna. Tapi benarkah kamu bisa kumiliki Ann. Sikapmu selalu dingin, seolah menutup semua celah pintu hati yg ingin diketuk" batin Adi.

Drrrtt

Drrtt

Drrtt

Suara ponsel membuyarkan lamunan Adi. Sebuah nama terpampang pada layar hp itu. Sungguh sebuah kebetulan, nama yang sempat disinggung Zahrana. Adi mengangkat telepon. Diseberang sana dengan terisak seorang gadis berbicara dengannya. Adi bergegas bangkit dari tempat duduk, pikirannya menyuruh segera pergi, namun hatinya ingin terpaut di tempat ini menunggu pujaan hati. Pergolakan dalam dirinya dimenangkan oleh pikirannya, setelah mengirim pesan untuk Zahrana, Ia meninggalkan tempat berbuku itu untuk pergi ke sebuah tempat.

Pukul 18.15 wib, perpustakaan makin ramai oleh mahasiswa yang ingin mencari referensi. Zahrana telah selesai menunaikan sholat maghrib. Ia membuka hp yang sedari tadi diabaikannya, banyak pesan masuk. Beberapa dari teman kajian, teman jurusan dan seseorang yang baru saja menemaninya di perpustakaan.

Kak Adi :
Assalamualaykum, Ann. Maaf saya ada keperluan mendadak, tidak bisa mengantarmu. Semoga lain waktu kita bisa pulang bersama yaa Ann.

"Alhamdulillah" batin Zahrana

Segera gadis itu mengetikan pesan balasan untuk Adi.

Zahrana :
Waalaykumusalam Kak. Iya Kak. Hati-hati di jalan Kak.

Setelah pesan terkirim, Zahrana melangkahkan kaki keluar. Urusannya di tempat ini sudah cukup pada hari ini. Beberapa langkah menuju pintu keluar terdengar suara petir menggelegar disertai rintik hujan yang begitu deras.

Cinta ZahranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang