Part 2

24 1 0
                                    

Langit mendung sore ini. Namun tidak dengan suasana hati Zahrana. Kebahagiaan jelas terpancar di wajahnya. Acara yang hari ini dilaksanakan berjalan dengan lancar bahkan sukses. Apresiasi juga disampaikan oleh pihak dekanat. Anak-anak panitia semua sudah selesai berkemas. Zahrana kembali menenteng tas menuju perpustakaan. Semua hal masih bisa diajak kompromi, namun tidak dengan tugas dosennya. Jika ada perlawanan, maka siapkan diri untuk mengulang di semester yang akan datang. Zahrana jelas tidak menginginkan itu.

"Mae, aku duluan ya" pamit Zahrana

Mae hanya mengangguk. Sementara ada sosok yang terus memperhatikan langkah Zahrana. Sepasang mata terus memperhatikan langkah Zahrana hingga hilang di dalam gedung perpustakaan.

"Ini waktunya" gumamnya dalam hati

Zahrana sibuk memilih referensi untuk menunjang tugasnya. Tiga buah buku tebal sudah berada di depannya. Tangannya lincah menari pada notebook, mencatat beberapa bagian penting. Sesaat kemudian ada sosok yang sudah duduk di depannya. Suara berdecit kursi berhasil membuyarkan keseriusan gadis itu.

"Kak Adi"

Senyum tipis menghiasi wajah yang disebut namanya itu. Tanpa banyak kata, Adi meletakkan 2 botol minuman.

"Minum Ann" sapa Adi seraya menghentikan kegiatan Zahrana. Senyum menyungging di wajah cantiknya. Cantik semakin cantik.

"Terima kasih kak" ucap Zahrana sambil merapikan meja.

"Aku ganggu enggak Ann?" Tanya Adi setelahnya. Zahrana menyahutnya dengan gelengan kepala.

Obrolan keduanya mengalir begitu saja. Sesekali tawa ringan menyelingi obrolan keduanya. Bagi Adi tidak akan pernah ada kata bosan mendengarkan gadis yang dipuja dalam diamnya itu berbicara. Zahrana selalu bisa menghipnotis lawan bicara. Tutur kata lembut dan pengetahuan akan semua topik menjadikan lawan bicara betah lama-lama berbincang.

"Kamu selalu luar biasa Ann. Hari ini kamu sukses" puji Adi seraya mengacungkan 2 jempolnya.

"Kak Adi terlalu memuji. Ini kerja kita semua. Kita yang hebat kak" ucap Zahrana

"Enggak memuji Ann, kenyataannya begitu" seloroh Adi. Pancaran kebahagiaan menghiasi wajah tampan pria itu.

"Saya hanya menjalankan tugas sesuai bagian Kak. Raihan yang banyak membantu saya. Dia yang memberikan banyak masukan pada saya untuk kegiatan hari ini" cerita Zahrana

"Raihan ya" tanya Adi datar. Entah mengapa ada kekecewaan di wajah Adi.

Adi's POV

Hari ini adalah puncak kegiatan kampus. Segala persiapan sudah dilakukan sejak 3 bulan yang lalu. Harapannya acara ini berjalan lancar dan sukses. Semua bagian berperan apik sesuai tugasnya. Dan yang sangat mengagumkan adalah Zahrana. Iya memang Zahrana.

Gadis itu telah luar biasa mengkoordinasikan semua bagian untuk mendukung jalannya acara yang ia susun. Kenapa Aku tahu persis dialah yang menyusun, karena segala ide acara dan pendukungnya telah ia sampaikan pada awal gagasan acara ini dibuat. Sungguh tipikal gadis yang luar biasa. Cerdas dan pasti selalu mengagumkan. Bisa - bisa Aku akan memilihnya.

"Oh Adi apa yang kamu pikirkan. Jauh sekali sudah pemikiranmu. Apa kamu siap menerima penolakan? Kamu tahu, Zahrana tidak bakal menerima pacaran" rutuk batin Adi pada pemikirannya

"Aku mungkin bisa melamarnya nanti" gumamnya lirih

"Ekheem"

Aku menoleh dan kulihat sosok sahabatku sudah disampingku memperlihatkan senyum manis dengan barisan gigi putih. Lebih tepatnya seringai jahilnya. Pria itu adalah Raihan.

"Melamar siapa bro?" Tanyanya memecah lamunanku lagi

"Siapa bro?" Jawabku singkat seraya mengalihkan pandangan agar dia tidak menaruh curiga atas ucapan yg tadi kelepasan terucap dari mulutku.

"Tadi ada yg bilang mungkin melamarnya nanti. Dewi kah bro?" Selidik Raihan mencari kebenaran

Aku membulatkan mataku mendengarkan ucapannya. Kenapa dia terpikir nama Dewi. Padahal secuil pun Aku tidak pernah berniat melamar gadis itu. Memang kuakui, Aku dekat dengannya, namun bagiku hanya sebatas teman. Hanya teman. Berbeda perasaanku dengan Zahrana, Aku selalu menginginkan lebih. Bahkan jika gadis itu terlihat dengan orang lain, rasanya perih.

Kulihat Zahrana langsung berkemas setelah acara. Dari gelagatnya dia akan ke perpustakaan seperti biasanya. Baiklah, nanti aku akan menyusulnya. Sekali-kali menemaninya tidak masalah bukan.

"Ahh Adi. Sepertinya kamu mulai gila. Iya gila karena memikirkan gadis bernama Zahrana" batin Adi

Aku bergegas ke perpustakaan untuk menemuinya. Sedari lama kuperhatikan wajah seriusnya membolak-balikan lembar demi lembar buku dihadapannya. Ketika serius pun tetap anggun dan mempesona. Kukumpulkan mental untuk berjalan ke arah tempat duduknya. Decitan kursi berhasil membuyarkan keseriusannya.

"Kak Adi"

Aku melihat wajah kagetnya. Mungkin terlihat aneh karena tiba-tiba aku ada dihadapannya.

"Minun Ann" pintaku seraya meletakkan 2 buah botol minuman di atas meja.

"Terima kasih kak" ucapnya penuh ketulusan. Kutatap kedua bola matanya. Sungguh semakin lama Aku harus segera memeriksakan kadar kewarasan otakku.

"Aku ganggu enggak Ann?" Tanyaku memastikan. Sebuah gelengan kepala darinya cukup menjadi sebuah jawaban. Dia tidak keberatan aku di depannya.

Kami berbincang banyak hal. Dari permasalahan kuliah, organisasi hingga seputar isu-isu nasional. Aku akui untuk kelas perempuan, bobot pengetahuan akan segala bidang sungguh luar biasa. Bisa aku pastikan berjam-jam berdiskusi dengannya tidak akan bosan. Aku memuji hasil kerjanya hari ini. Kegiatan kami hari ini sukses besar berkat peran sertanya. Namun sebuah jawaban polosnya membuat nyeri di dada. Dia memuji sahabatku di depanku. Sosok yang memang kulihat dekat dengannya. Raihan, nama lelaki yang keluar dari mulutnya sunggu menyesakkan hatiku.

"Apa Zahrana menyukai Raihan?" Rutuk batin kecilku.

Raihan's POV

Rangkaian kegiatan kampus sudah terselesaikan dengan baik. Hasil kerja hari ini kembali membuatku mengaguminya. Mengagumi sosok dibalik suksesnya acara. Zahrana. Gadis yang aku kenal akrab baru setelah Aku aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Tentu saja, karena kami beda jurusan. Mengenal sosoknya sungguh membuatku semakin bersemangat mendatangi kampus. Walau hanya sekedar melihat aktivitasnya. Iya Aku mengaguminya dalan diamku. Aku tidak berani mengungkapkannya. Dulu padahal setiap ada gadis yang menarik hatiku, pasti dengan segala macam cara akan kudapatkan dan kujadikan pacar. Namun ketika menghadapi Zahrana, maka ada sihir luar biasa yang seolah mengisyaratkan bahwa Aku harus menjaganya. Iya menjaga dari segala perbuatan dosa seperti pacaran contohnya.

Aku memperhatikan setiap aktivitasnya selama kegiatan berlangsung. Semua kesibukannya telah menyita perhatian dirinya akan waktu makannya. Rasanya ingin Aku mendatanginya sembari membawakan makanan untuknya. Tapi niat itu kuurungkan. Aku takut justru dia salah paham.

Kuperhatikan langkahnya meninggalkan kegiatan yang telah usai dengan cepat. Dari gelagatnya gadis itu pasti akan ke perpustakaan. Sudah 3 hari yang lalu setelah memintaku menyiapkan peralatan acara dia sempat berseloroh banyak tugas. Jika dugaanku benar, maka nanti setelah semua rapi, aku akan mengajaknya makan dan pura-pura ketemu tidak sengaja di perpustakaan. Sungguh manis khan?"

Cinta ZahranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang