Move on chapter1

1.1K 36 1
                                    

       Berjuang menata hati lagi itu nggak gampang. Butuh waktu dan keberanian.

___________________________________

     Snack ukuran jumbo sudah menjadi pemandangan biasa di kamar seorang Ayu Rosmalina beberapa minggu terakhir. Entah sejak kapan, gadis dengan berat badan yang tidak pernah lebih dari 50 kg itu jadi suka makanan ringan. Biasanya, dulu, gadis itu lebih suka makanan sehat. Buah dan sayur tidak akan pernah terlewatkan barang satu hari pun. Tapi, sekarang tidak ada  alasan baginya untuk melewakan makan makanan ringan bahkan makanan siap saji.

       Kata orang, kegalauan bisa menyebabkan tingkah seseorang berubah. Contohnya seperti sekarang. Ayu yang anti makanan seperti itu justru menyukainya. Apakah itu berarti Ayu sedang galau oleh sesuatu?
Bisa jadi.

       Beberapa waktu lalu, Ayu memergoki kekasihnya, ralat, tunangannya, kencan dengan seorang perempuan. Sialnya, Ayu kenal perempuan itu .
Semua tidak akan jadi masalah jika saja tidak ada adegan pelukan, lalu berciuman. Tapi, ternyata semua itu hanya harapan. Mereka melakukan itu di depan Ayu--tentu mereka tidak menyadarinya--.

      Lalu, setelah diselidiki, Ayu telah lama dicurangi. Bodohnya, lebih dari setahun hubungan mereka berjalan, Ayu tidak pernah menaruh curiga apapun.
Dari perubahan sang kekasih yang dulu perhatian, atau tatapan yang penuh cinta, dan bahkan kata-kata manis yang sering terlontar tidak pernah terucap lagi.

      Kala itu, Ayu sempat berpikir, salah apa ia selama ini hingga lelaki yang ia cintai berkhianat. Dan parahnya, dengan sahabatnya sendiri.

       Dan sejak hari itu, Ayu memutuskan hubungan dengan keduanya. Ayu mengajukan resign di tempat kerjanya , pindah dari apartemen dan memulai karirnya sebagai wirausaha muda. Untungnya, Ayu terlahir dari keluarga yang cukup punya harta. Hanya saja, Ayu tetap seorang pejuang yang harus tetap berusaha memenuhi keinginannya sendiri.

     Tabungan yang selama ini ia kumpulkan dari hasil kerja keras, ia jadikan modal. Menyewa ruko dan membeli semua bahan yang dibutuhkan.
Sang Ayah menawarkan bantuan dengan memberikannya seorang pendamping yang ahli di bidang itu. Bisa dibilang, dia seorang profesional. Dengan senang hati, Ayu terima. Itu memang yang ia butuhkan, kan?

     "Ayu, kok suka nyemil sih? " Wenda, sahabatnya duduk di tepi ranjang yang sedang Ayu tiduri. Sejak pindah dari apartemen lamanya, Wenda dan Ruben sering datang ke rumah Ayu karena jaraknya memang lebih dekat ketimbang apartemen lamanya. Wenda heran, sejak kapan sahabatnya itu suka makanan seperti ini.

      "Hehehe,,, daripada gue galau, Wen. Kan mending gue lampiasin makan. !" jawab Ayu terkekeh.
"Pacar lo mana? " sambung Ayu bertanya.

     "Lagi ngobrol sama Ayah di depan. " jawab Wenda.
Ayu mengangguk meski respon itu tidak diketahui Wenda.

     "Eh eh,,, Shaheer mau nikah ya? " Wenda menepuk kaki Ayu dengan tak beraturan. Jujur saja, Wenda terkejut dengan berita yang baru saja dia lihat di layar ponselnya itu.

      "Ck,,, bodo amat. Nggak ada urusannya sama gue." jawab Ayu jutek.

      "Lo udah tau ya? " tanya Wenda curiga. "Pantes aja makin galau! "
Tiba-tiba suasana berubah hening.
     Ranjang sedikit bergerak. Ayu membalikkan tubuhnya ke samping, lalu menutup wajahnya dengan bantal.
Tak lama, terdengar isakan. Seketika Wenda khawatir. Ia baru sadar jika ungkapannya justru membuat Ayu jadi sedih.

     "Duh,, " Wenda meringis saat melihat Ayu benar-benar menangis. Ini salahnya. Harusnya ia tidak menyinggung hal sesensitif ini.

     "Yu, maafin gue ya. Gue nggak maksud bikin lo sedih. " ucap Wenda sambil mengelus punggung Ayu.
Ayu terbangun, lalu memeluk tubuh Wenda yang tak jauh dengan ukuran tubuhnya.

         Ayu menggeleng dalam pelukan. "Bukan salah lo, Wen. Gue aja yang bodoh karena belum bisa move on dari laki-laki brengsek kayak dia. "
"Gue yang salah kenapa bisa cinta banget sama orang yang nggak peduli sama gue. "

       Mata Wenda berkaca-kaca. Jangan tanya bagaimana perasaannya saat ini. Berada di posisi Ayu memang sangat menyakitkan. Dikhianati dua orang sekaligus, lalu berpura-pura baik-baik saja. Berlagak semua akan kembali seperti semula, namun nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Wenda tau perjuangan Ayu menata hatinya meski kali ini gagal karena berita sialan itu. Sungguh, bukan penyesalan karena Ayu melepaskan lelaki macam Shaheer yang tidak tau diri, tapi karena Ayu sudah memberikan seluruh cintanya hingga lupa bagaimana cara membuang rasa itu dan memberikan pada orang yang tepat.

          "Udah ya, lo yang sabar. Jangan nangis lagi. Air mata lo terlalu berharga untuk orang itu. " ucap Wenda menasehati.

       "Gue udah berusaha untuk melupakan semua kebaikan dia, gue selalu inget malam dimana dia selingkuh sama Kara. Tapi, gue tetep nggak bisa lupain itu. Gue tetep sedih ketika gue tau dia mau nikah. "
"Sesakit inikah, Wenda? "

     Mata dan hidung Ayu yang memerah membuat Wenda makin iba. Sebagai sahabat, melihat sahabatnya terluka begitu dalam, membuat Wenda merasa tertampar. Ia merasa tidak becus menjaga kebahagiaan sahabatnya. Terlebih, dulu sebelum Ayu bertunangan, Wenda satu-satunya orang yang diperingati jika Shaheer patut diawasi. Bukan hanya karena fisik yang nyaris sempurna dan menjadi daya tarik bagi kaum hawa, mengkhianati seorang Ayu sangatlah mudah. Dan Wenda sadar, ia ikut andil atas patah hati yang Ayu rasakan.

     "Iya, gue ngerti. Tapi lo harus ingat satu hal, Yu. Seorang pengkhianat tidak akan pernah dapat ketenangan. Dia akan dapet balasan atas apa yang dia lakuin. "
"Ikhlasin ya. Serahkan semua sama yang di Atas. Gue yakin Tuhan udah sediain orang yang tepat. Inget, orang baik hanya untuk orang baik dan sebaliknya. Lo itu kuat lebih dari apa yang lo tau.! " ucap Wenda menguatkan.
Wenda memeluk erat tubuh ringkih Ayu untuk memberikan kekuatan. Memberikan dukungan padanya jika ada dia dan yang lainnya yang akan menjadi pelindung.

       "Thanks ya, Wen. Lo dan Ruben selalu ada buat gue. Mungkin kalo nggak ada kalian, gue udah,,, "
"Sttt,,, udah, nggak usah dibahas. Lo udah kayak sodara gue sendiri. Gue nggak akan biarin lo sedih lagi. "
Bersamaan dengan itu, Ayu merasa Puncak kepalanya dibelai seseorang. Ayu mendongak ke atas. Ternyata Ruben berdiri di samping mereka dengan wajah khasnya.

       "Kita berdua nggak akan biarin lo meratap dan inget lelaki nggak tau diri itu. " ucap Ruben.
Ayu mengangguk dan merasa sangat beruntung memiliki dua orang yang amat tulus sayang padanya. Dua orang yang tidak membiarkannya merasa sendiri dan kesepian.

Ini pelajaran berharga bagi Ayu. Mungkin tidak sepenuhnya kesalahan ada di pihak mantan tunangannya itu, tapi tetap saja bermain api tidak diperbolehkan dalam hubungan.

Tbc

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang