1

9 4 8
                                    

"Aku baru saja keluar kelas, Bu," gadis berkuncir kuda itu menahan ponselnya dengan bahu, tangannya tengah sibuk membulak-balik kertas hasil kuis atas nama Song Mo Ra.

"Sebentar lagi liburan musim dingin, kapan kau akan mengunjungi ibu dan ayah?" Tanya seseorang di sebrang sana.

Dia mememasukan lembaran kertas ke dalam tas dan memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kanan, "nanti kalau aku sudah membereskan skripsiku aku akan menginap dirumah ibu."

"Yak! Kau bilang menginap?! Rumah ibu rumahmu juga, berhentilah tinggal di flat jelekmu, kau hanya membuat ibu kesepian saja."

Gadis itu berdecak, mendudukan dirinya dibangku halte, "sudah kubilang aku ingin belajar hidup mandiri, jadi biarkan aku berpetualang seperti semut yang menjelajah mencari makan dan kembali ke sarangnya, dan setelah aku kembali ibu tidak akan kesepian lagi."

Ini sudah kesepakatan antara Mora dengan ibunya, dia tidak ingin menggantungkan hidupnya pada siapa pun, karena itu dia ingin melatih dirinya dengan memilih berpisah sementara waktu dengan keluarga yang berada di Busan.

"Tapi nanti kau pasti akan menikah," terdengar dengusan pelan dari mulut ibunya.

"Ibu, itu masih sangat lama, jangan berpikir seperti itu."

"Hmh, bagaimana kabar kakakmu? Apakah dia sering berkunjung ke tempatmu?"

Mora menghela napasnya, "ya begitulah, sudah dulu ya Bu, busnya sudah datang, aku ingin istirahat untuk shift malamku, bye ibu! Mora sayang ibu muach, muach," dia menciumi layar ponselnya beberapa kali.

Mora menaiki bus dan menempelkan kartu pembayarannya diatas alat scaning. Dia mendaratkan pantatnya dibangku paling belakang, lalu menyandarkan kepala ke jendela bus. Matanya terpejam menikmati waktu istirahat yang singkat.

Mora seorang mahasiswa sekaligus pekerja paruh waktu yang harus memenuhi biaya hidupnya di kota yang terlampau maju ini, jadi dia harus menjaga tubuhnya untuk tetap vit dengan mencuri waktunya untuk berisirahat.

Suara decitan rem berhasil membuat mata Mora terbuka, buru-buru dia mengucek mata yang sedikit kabur dan kaki jenjangnya bergegas menuruni bus. Dia mendorong pintu toko yang bertuliskan 'open 24 hour'.

"Kau sudah makan?" Sapa seseorang dengan pertanyaanya.

Mora mengulas senyumnya walaupun dia sedikit terkejut dengan kedatangan lelaki di depannya yang secara tiba-tiba , "eum...belum," jawabnya sembari menggeleng.

Lelaki itu mencubit hidung Mora pelan, "bilang saja kau ketagihan dengan sup rumput lautku, makanya kau sengaja tidak makan dulu."

Mora meringis, mengelus hidungnya yang memerah, "ternyata kau sangat berbakat menjadi cenayang."

Padahal dia memang sudah tahu kalau Mora menyukai sup rumput laut, Mora yang cerita pada lelaki itu. Katanya jika dia memakan sup rumput laut, rasa rindu pada ibunya sedikit terobati.

Lelaki dengan tatanan rambut belah dua itu terkekeh dan berlalu mengambil sesuatu, tak lama dia kembali dengan kotak plastik yang berbau sedap, "nih, untukmu, maaf kalau sup dan nasinya sudah dingin, soalnya aku memasak tadi pagi," dia menyodorkannya ke hadapan Mora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Dark WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang