5. Rumah Sakit

6.2K 333 56
                                    

JANGAN LUPA BELI❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA BELI❤

SUDAH TERSEDIA JUGA VERSI EBOOKNYA DI PLAYSTORE/APPSTORE

●●●

PART 5

RUMAH SAKIT

●●●


Salsa memasuki ruang pemeriksaan kandungan. Di sana sudah ada seorang dokter tampan duduk di kursi kebesarannya.

"Selamat pagi, Bu Salsa," sapanya sopan dengan senyum manis yang lelaki itu suguhkan.

"Selamat pagi," balas Salsa dengan senyuman sewajarnya.

Langsung saja Dokter tampan itu menyuruh Salsa untuk rebahan di brankar. Dokter itu lalu menyingkap sedikit baju Salsa hingga menampilkan perutnya yang sedikit menonjol. Lantas meletakkan alat pendeteksi jantung pada perut itu.

"Sejauh ini ada keluhan apa saja, Bu?" tanya dokter itu yang ternyata bernama Fadil, setelah memeriksa kandungan Salsa.

Dokter Fadil berjalan menuju kursinya diikuti Salsa yang langsung mendudukkan bokongnya di kursi untuk pasien.

"Tadi pagi, sebelum saya pergi ke sini, perut saya keram. Itu kenapa ya dok?" sahut Salsa yang diakhiri dengan pertanyaan tentang dirinya yang tiba-tiba keram.

"Oh itu sudah biasa pada masa kehamilan, Bu. Saya sarankan agar Ibu tidak terlalu kecapean dan sangat dilarang banyak pikiran. Karena itu akan berpengaruh pada kesehatan sang janin," terang Dokter Fadil.

Salsa mengangguk mengerti. "Terima kasih, Dok. Kalau begitu saya permisi." Salsa undur diri dari hadapan Dokter Fadil setelah sebelumnya ia mengambil resep vitamin dari Dokter Fadil.

Salsa keluar dari ruangan itu dengan senyum yang terpancar di wajahnya. Tanpa sadar tangannya mulai mengelus perutnya dengan lembut.

"Tumbuh sehat di dalam perut Mama ya, Sayang. Cuma kamu yang bisa buat Mama bertahan sejauh ini," gumamnya pelan.

Dirinya bersyukur, karena selama masa kehamilannya ini, ia belum mengalami hal-hal yang biasanya ibu hamil rasakan. Seperti mengidam contohnya. Atau contoh lainnya seperti muntah-muntah dipagi hari yang lebih dikenal dengan sebutan morning sickness. Setidaknya anaknya mengerti jika Ibunya sedang tidak bisa direpotkan.

Salsa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah sakit. Tak sengaja netranya melihat seseorang yang dikenalnya. Entah setan dari mana yang membuat dirinya menghampiri orang itu.

"Kak?" Panggilnya menatap orang yang kini ada di hadapannya.

Orang itu menoleh ke asal suara. Dan begitu terkejut melihat Salsa. Bagaimana istrinya itu bisa ada di Rumah Sakit? Ah. Dia ternyata melupakan sesuatu. Dia lupa jika Salsa memang sedang memeriksakan kandungannya.

"Siapa, Yo?" tanya seorang perempuan yang ada di samping Rio. Perempuan itu mengenakan pakaian yang bisa disebut cukup minim.

Salsa baru sadar jika ada seorang perempuan yang di sebelah suaminya. Ia hanya bisa menunjukkan senyum yang dibalas delikan tajam. Rio yang ditanya hanya diam tak menjawab.

"Ah, aku adik temennya Kak Rio," jawab Salsa seraya menatap reaksi Rio yang hanya diam tak menanggapi.

Perempuan di samping Rio itu membulatkan bibirnya membentuk huruf 'O'. Sedangkan Salsa hanya bisa tersenyum getir akan jawabannya sendiri. Bahkan Rio tak menyangkal atau protes jawaban dari Salsa. Sebegitu tak pantaskah ia menyandang status istri dari seorang Rionaldo Azhar?

"Oh iya, perkenalkan, nama saya Dita." Perempuan yang di samping Rio mengulurkan tangannya.

Dengan ragu-ragu, Salsa membalas uluran tangan itu. "Salsa," jawab Salsa singkat.

Dita melirik perut Salsa. "Lagi hamil?" tanyanya yang dibalas anggukkan dari Salsa. "Berapa bulan?"

"Baru dua bulan, Kak," jawab Salsa seadanya. Rasanya Salsa ingin segera pergi dari sana. Menyesal sudah dirinya menyapa Rio.

"Wah masih muda ya, kandungannya. Suaminya mana?" Salsa ingin rasanya marah pada perempuan di hadapannya ini yang malah banyak bertanya.

Salsa melirik Rio yang masih diam saja. Ditariknya napas lalu dihembuskan pelan-pelan.

"Dia lagi kerja, Kak." Masih senyuman yang Salsa suguhkan.

"Wah, sibuk banget ya kayaknya sampai-sampai gak bisa nemenin istrinya check up?" Nada ucapan Dita berubah sinis.

"Dit..." ucap Rio memperingati jika ucapan Dita sudah melebihi batas dari sekadar perkenalan.

"Gak apa-apa, Kak Rio. Ucapan Kak Dita bener, kok. Kalau begitu, aku pulang dulu ya," pamitnya undur diri dari hadapan dua manusia yang berbeda jenis itu.

Salsa berjalan menjauhi Dita dan Rio. Langkahnya tergesa-gesa hingga membuatnya hampir terjatuh beberapa kali. Tapi untunglah Tuhan masih berpihak padanya. Jadi ia beserta sang anak masih bertahan.

Sepeninggal Salsa, Rio menatap Dita jengah. "Lo apa-apaan, sih? Omongan lo itu keterlaluan banget!" sentak Rio.

Dita menatapnya heran. "Kamu kok marah sih, Ri? Dia kan bukan siapa-siapa kamu? Jadi kamu gak perlu peduli sama dia. Atau jangan-jangan kamu ada hubungan sama dia?"

"Kalo emang gue ada hubungan sama dia kenapa? Apa hak lo larang-larang gue?" ucap Rio dengan kilatan marah di matanya.

"Kamu gak mungkin ada hubungan sama dia, Ri. Dia gak ada apa-apanya sama kamu. Cuma aku yang cocok sama kamu," balas Dita dengan memeluk lengan Rio manja.

"In your dream?! Dia itu istri gue, istri sah gue. Dan sekarang dia lagi hamil anak gue. Puas lo, hah?!" Bentak Rio tepat di hadapan wajah Dita seraya menghempaskan tangan Dita yang ada di lengannya dengan kasar.

Rio tak tahu kenapa dirinya harus mengucapkan itu. Bahkan dia tak sadar telah mengucapkan semua kata-kata itu. Bukankah ia tidak peduli dengan Salsa? Ah mungkin dirinya tak terima jika orang lain menyakiti Salsa. Yang ia inginkan hanya dirinya saja yang bisa menyakiti gadis itu. Ya, hanya dirinya dan hanya itu.

Tbc~

Vote and Comment?!

Minggu, 10 Februari 2019

Pub-Rev
Jum'at, 31 Januari 2020

MLS [2] : Couple RS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang