Part 17

75.6K 3.9K 103
                                    

"Maika sayang.... ayolah jangan ngambek lagi, kita udah hampir 6 bulanan loh gak ketemu, masa sekarang pake ngambekan sih" kataku berusaha membujuk istriku yang kadar sensitifnya masih tinggi karena pengaruh hormon kehamilannya.

Dia diam dan masih menyembunyikan kepalanya didalam selimut.

Aduh bagaimana lagi membujuk istriku ini.

"Maika... kamu beneran benci dan gak mau bicara sama kakak lagi?"

Hening...

"Baiklah... kalo gitu kakak balik ke rs aja, tujuan kakak pulang buat melepas kangen dan pengen peluk kamu, tapi sepertinya percuma" kataku dengan nada sedih, dan aku memutar kursi rodaku ke arah pintu keluar.

"Huwaaaaa kakak hikssss" katanya sambil menangis terisak - isak.

"Maafin kakak ya sayang... tinggalin kamu sendiri dimasa kehamilan yang membutuhkan kasih sayang suami" aku memegang tangannya.

"Hiksss... kakak lama banget bangunnya, apa kakak gak tau aku... aku hampir keguguran ketika dokter menyuruh membuka alat bantu pernafasan kakak"

Ya Allah hampir keguguran? apa karena itu dia menghilang?.

“Hampir keguguran? Ya Allah Maika, maafin kakak” kataku dengan sedih.

“Iya, makanya aku tidak dibolehkan Bunda untuk menjenguk atau menjaga kakak di RS, Bunda takut aku kecapean dan membuat kandunganku bermasalah, padahal aku kangen banget sama kakak tapi kakak malah nanya siapa ayah anak ini” katanya masih terisak – isak.

“Maafin kakak sayang… bukannya kakak meragukan siapa Ayah anak ini, Cuma kakak heran saja setau kakak kamu kan minum pil”

“Ini anak kakak, wong cuma kakak yang mesumin aku dan aku  mesumin” katanya dengan wajah sembab.

“Hahahhahah iya yah, kamu agresif gitu” kataku terbahak – bahak dan dengan cepat dia mencubit pinggangku karena malu aku ledekin.

“Kak.. peluk dong, kangen nih” katanya merentangkan kedua tangannya kearahku.

Aku mendorong kursi rodaku kearahnya dan berusaha untuk duduk dikasur. Walau dengan susah payah aku akhirnya bisa duduk di kasur, aku memeluknya dengan sangat erat. Ah betapa kangennya aku aroma tubuhnya.

“Kakak udah sehat? Kaki kakak masih sakit ya, maafin Maika yang gak bisa jagain kakak dan tidak bisa damping kakak selama terapi” katanya dengan sedih.

“Gpp sayang… lebih penting kesehatan kamu dan anak kita, btw gimana kamu sehat – sehat saja kan, apa pernah ngidam selama ini dan apa rajin control ke dokter, ih kakak pengen tau jenis kelamin anak kita” kataku panjang lebar.

“Satu – satu dong nanyanya kak, pusing juga aku jawab yang mana dulu”

“Hehehehhe maklum sayang, kakak kan baru kali ini punya anak, jadi antusias gitu, mana udah 7 bulan aja kandungan kamu dan kakak sama sekali tidak pernah melakukan apa – apa” kataku dengan sedih.

Kecelakaaan biadab itu membuatku kehilangan momen dimana istriku hamil anak pertama kami dan itu membuatku marah. siapa ya yang tega melakukan itu, dan yang lebih parahnya dia berusaha membunuh kami, bukan hanya 1 kali berusaha menabrak tapi sampai 2 kali dan untungnya Maika bisa aku lindungi.

Dan yang semakin membuatku marah, hampir saja Maika mengalami kebutaan andai kaca mobil yang masuk ke matanya melukai retina matanya lebih dalam dan besar, ckckkckc awas saja tunggu pembalasanku.

“Kak, apa kakak tau aku tiap malam pengen banget meluk kakak, pengen banget kakak megang perut aku, pengen kakak juga bisa merasakan gerakan anak kita, setiap malam aku berdoa supaya kakak bisa sembuh dan kembali sehat” katanya dan aku melihat air matanya tergenang di ujung matanya.

6. Sedikit Cinta Untuk GemalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang