Bab IV

4 0 0
                                    

"Sheyyyyyyyy", Ryani sudah berteriak disepanjang koridor keesokan harinya, setengah berlari mengejar Shey. "Semalem pulang sama siapa? Kok aku ngak liat kata Kang Gama kamu ke senat, pas aku liat ngak ada?"

"hmm aku pulang duluan" jawan Shey dengan tersenyum yang terlihat seperti dipaksakan

"Kamu terlihat bebeda, kamu deman Shey?"

"Ngak kok aku ngak kenapa2, hayu masuk kelas, ini helas nya bu Gina"

Selama perkuliahan tidak ada satupun yang bisa direkam oleh Shey, melihat kemurungannya Ryani akhirnya mengambil langkah untuk mengajak bicara lebih intim

"Shey, so....?"

"Aku mau nanya bagi kamu konsep pertemenan itu seperti apa sebenernya?" Tanya Shey, sambil meminum the botol yang dia beli dikantin kampus.

"Hmmm ya yang saling ngerti sih Shy, kayak kamu tau apa yang aku fikirin tanpa aku cerita, hmm kalau kata bu Gina lebih banyak komunikasi konteks tingginya dibanding konteks rendahnya, lebih banyak kode nya dibanding bicaranya, meskipun kita bicara banyak juga, tapi tanpa aku jelasin juga kamu juga udah ngerti", Jawab Ryani jujur sembari mepraktekkan teori yang diterangkan oleh dosennya.

"So... kira-kira dari pada kamu nanya, coba kamu tebak aku sedang mikirin apa?", Lirik Shey ke Ryani berharap-harap cemas jika tebakannya benar maka terbongkar semua, jika tebakannya salah maka Shey akan berusaha menahan segalanya, kadang persahabatan harus begitu, bagaimana kalau kita buat tidak begitu?

"Cowok? Udah deh to the point aja", tebakan asal Ryani

"Sekarang aku sebagai temen kamu bakalan nebak, kamu suka sama Kang Gama kan? Demikian juga sebaliknya, Kang Gama suka sama kamu kan?", Ryani mematung, mempertanyakan sedalam itukah persahabatan mereka, hingga Shey tahu bahwa dia dan Gama memiliki hubungan yang spesial?

"Ya Gitu, kita dalam status tak jelas, really I like him so much dan demikian juga sebaliknya". Ryani menyadari ada sesuatu yang janggal "Tunggu maksudnya apa?"

"Dalam konteks pertemanan , pertemanan mana yang kamu inginkan? Jujur menyakitkan tapi ya it is what it is, atau berusaha memberikan yang terbaik meskipun itu adalah bohong?" Shey bertanya balik sambil memainkan sedotan teh botolnya, Ryani semakin bingung dengan pertanyaan Shey, bukan menjawab pertanyaan tapi dia menanya balik.

Tiba-toba Ryani terkesiap memandang kearah Shey sambil menggenam tangannya "Bentar-bental kamu sama Gama? Ngakkan?" Apa jawaban yang akan Ryani harapkan? Jujur ini mungkin akan menyakitkan, bohong dia hanya akan menunda rasa sakitnya.

Shey menatap jauh kedalam mata Ryani "Ry pertanyaan aku akan aku jawab dengan jujur ya dengan konskuensi it is what it is, meskipun ini akan sangat menyakitkan. Jawabannya Iya, iya aku dekat dengan Kang Gama, sering mangalah untuk Gama, mengatur kalian untuk Gama, dan iya I fall for him, tapi sayang aku terlalu geer mengira Gama memiliki perasaan lebih kepada ku. Maaf jika kejujuran aku menyakitkan, semuanya demi persabatan yang kita jalanin, dan aku cukup tahu diri dan mundur untuk menyukai kang Gama meskipun itu bukan perkara mudah bukan?", sedekit kemudian Shey memperhatikan kembali teh botolnya yang tersisa beberapa mili lagi, menyeruputya habis, seolah sangat kehausan seolah-olah berpidato selama satu jam.

Ryani masih menatap tak percaya kepada Shey, apakah selama ini dia yang tidak peka, atau rasa suka yang berlebihan mengaburkan persahabatannya? Kini hanya hening, ada masa dimana kita tidak menjawab, dan bingung untuk mengomentari, pilihanya adalah diam dan biarkan waktu untuk beralu.

"Ry kamu ngak usah bingung, jalanin aja ya it is what it is, aku mundur, dan aku tidak merasa terhianati seperti cerita-cerita FTV, ini hanya persaan nyaman saja menjadi bagian pekerjaan dia berminggu-minggu, meskipun kita tidak pernah tahu kita akan menyukai atau mencitai siapa, tapi aku yakin masih bisa mengendalikannya sebelum terlambat", dalam hati Shey meyakini ini hanya masalah waktu, dia yakin bisa mengembalikannya seperti semula, buktinya banyak yang bisa mengendalikkanya, tak diperbudak oleh rasa.

"Tapi Shey", Kembali Ryani menggengam erat telapak tangan Shey yang sedari tadi nangkring diteh botol.

"Believe me, it just the end, and I decide this is the end Ry" Shey menggengam balik tangan Ryani seolah itu menjadi mudah untuk dilakukan. 

Mantemen for real ini beneren loh.... beneran terjadi konflik temen aeng sih sebenernya, mereka suka sama cowok yang sama, dannnnnnn satu akhirnya mengalah, no drama lah. Dalam kisah aslinya yang diperankan oleh Shey benar-benar mundur.

ngak gampang pastinya, tapi selalu ada carakan?


Let's Make The EndWhere stories live. Discover now