04

116 10 2
                                    

"Good morning, newspaper for today!"

Aku sudah berada di depan rumah Niall dengan membawa berita hangat di dalam kantung milikku. Tidak ada sahutan dari pemilik rumah, aku berteriak sekali lagi. Aku harap Niall tidak membunuhku setelah teriakanku yang kedua kalinya.

"Bisakah kau berteriak hanya sekali saja, Nona? Perjalanan menuju kemari butuh waktu," syukurlah. Saat ia keluar dari rumahnya tidak membawa pisau ataupun gergaji listrik untuk mencincangku.

Cengiran di bibirku tidak bisa kusembunyikan, "Maafkan aku, Niall. Hanya memastikan jika kau sudah kembali dari Irlandia."

Niall memutar kedua bola matanya. "Beth, tunggu sebentar! Aku lupa membawakanmu sesuatu, jangan pergi dari sini! Tunggu, aku akan kembali!"

Keningku berkerut mendengar Niall berkata seperti itu lalu meninggalkanku, masuk ke dalam rumahnya lagi. Bukankah ia sangat sopan?

Dua menit kemudian ia kembali dengan membawa sebuah benda berbentuk persegi di tangan kanannya. Apa itu undangan pernikahannya dengan Jane? 

"Apa itu?" tanyaku dengan wajah yang mungkin sangat polos, "Udangan pernikahanmu dengan Jane, kah?" lanjutku. Kemudian ia mengangguk. "Kuharap kau bisa hadir untuk pernikahanku dengan Jane, Beth."

"Sungguh, aku tidak menyangka. Bocah tengil sepertimu akan segera menikah dengan seorang dokter gigi, Ni," ucapku sambil membaca undangan yang ia berikan. Sedetik kemudian kurasakan pukulan ringan di kepalaku.

"Aw! Itu sakit, Niall!" pekikku, Niall memutar bola matanya lagi.

"Kau terlalu berlebihan, Beth. Jangan lupa, kau harus datang!" paksanya, aku hanya memutar mataku. Melakukan apa yang ia lakukan padaku tadi. Satu sama, Horan! 

"Baiklah aku akan datang. Apa kau mengundang Gemma juga?" tanyaku. Detik selanjutnya, kepala Niall mengangguk. "Jangan lupakan Harry dan Cody, Beth."

Ah ya, mereka adalah satu keluarga sekarang.

"Ni, aku harus pergi menyelesaikan pekerjaanku. Sampai jumpa lain waktu, Horan!" pamitku sambil mengayuh sepeda kesayanganku. Kakiku kembali berperan untuk sampai ke rumah selanjutnya. Ya, rumah Gemma.

"Good morning, newspaper for today!"

Kulihat tuan rumah sedang menyiram tanaman di pekarangan rumahnya ----ini sedang musim panas, kau tahu? Gemma berjalan menghampiriku dengan senyuman khasnya. Rambutnya ia ikat ke atas hingga menyisakan beberapa helai yang jatuh akibat terpaan angin.

"How's life, Gem?" tanyaku sembari turun dari sepeda dan mengambil gulungan koran untuknya.

"Feel better, Beth. Kau sendiri?"

"Like usually. Kau sudah mempersiapkan kelahiran putrimu, Gem?" aku ingin cepat-cepat melihat anak Gemma dengan Cody. Siapa yang lebih kuat mencetak muka duplikat di buah hati mereka? Apa kalian mengerti dengan apa yang aku maksud? Tidak? Baiklah, lupakan saja. Itu tidak terlalu penting.

"Belum sepenuhnya. Aku hanya menyiapkan mental untuk hari H-nya, Beth. Hei, apa kau sudah tau bahwa Harry sudah kembali?" aku hanya menggelengkan kepala.

"Tunggu se ----ah! Itu dia. Harry! Kau mengingatnya?" mataku beralih memandang laki-laki bertubuh kekar dengan rambut keriting yang mulai panjang mendekatiku dan Gemma. Jujur saja, ia lebih tampan dibanding dulu. Ia tersenyum ke arahku, menampilkan lumbung di kedua pipinya.

"Bagaimana aku bisa lupa dengannya, Gem? Hi, Beth! Apa kabarmu?" Harry mendekatiku dan memeluk tubuhku. Dan, oh. Pelukkannya teramat erat padaku, hingga aku susah sekali bernafas.

NewspaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang