"Bawakan aku warna, agar aku tak selalu menjadi sketsa."
"Tsakil kantin yu, laper nih." Ajak Salsa.Sedangkan yang diajak malah sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Ck, yaudah gue aja lah." Salsa sudah tidak peduli lagi dengan sahabatnya yang kurang ajar tingkat tinggi, yang selalu menganggurkannya saat lagi main ponsel. Bukan karena chatingan sama cowo tapi ini lebih parah, dia bermain game kesukaannya.
"Eh, tapi nanti kalau ketemu kakak-kakak ganteng bilangin gue ya." Cerocos Tsakila tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Perempuan berkerudung maroon itu tak menghiraukan permintaan Tsakil. Ia hanya melengos pergi dari kelasnya.
Sesampainya di kantin hidungnya langsung tajam dengan makanan yang sedang di goreng Bi Titin, iapun berjalan mendekati makanan yang sedari tadi menggodanya.
Salsa tidak peduli dengan nama makanan itu, dia tak peduli dengan makanan yang baru dilihatnya yang ia peduli adalah ia ingin segera memakan makannan yang tengah di goreng bi Titin.
Saat bi Titin mengangkat makanannya Salsa sudah tidak sabar ingin membelinya, ingin memakan semua makanan itu.
Disambarlah makannan yang sudah matang tadi dan menaruhnya dipiring yang sedari tadi Salsa bawa tanpa mempedulikan panas yang menyentuh jari jemarinya.
"Lah, neng Salsa itu," belum sempat menyelesaikan perkataannya Salsa langsung memotongnya.
"Bi, Salsa beli semua yah."
Salsa tidak sadar bahwa dari tadi ada tiga orang lelaki yang juga tengah menunggu makanan yang di goreng bi Titin. Bahkan lelaki tersebut lebih dahulu menunggunya dan juga memesannya.
"Tapi neng Salsa itu," untuk kedua kalinya Salsa memotong perkataan bi Titin.
"Bentar dulu bi, ngambil uangnya dulu."
Saat Salsa tengah mengambil uang didalam tasnya tiba-tiba salah satu dari ketiga lelaki tersebut berbicara.
"Buset kita yang nunggu lama-lama, eh ada orang yang nyosor duluan."
Salsapun menghentikan kegiatannya, dirinya berpikir sebentar kemudian ia sadar bahwa dari tadi ada 3 orang lelaki yang tengah memegang piring kemudian berdiri di dekat makanannya.
"Nanti kalau kita pesen makanan harus ditempel dimakannya, biar gak ada yang ngambil." Ucap seorang pria lainnya lagi.
Salsa tidak berani mengangkat wajahnya, ia terus mencari uangnya yang entah tengah bersembunyi dimana. Untungnya ia tengah berdiri membelakangi ketiga pria tersebut.
"Ah, mana perut udah pada nendang-nendang minta makan lagi." Ucap lelaki lainnya lagi.
Saat tengah susah payah mengambil uangnya dan menyembunyikan rasa malunya, akhirnya ia berhasil menemukan uang selembaran 20 ribu dan langsung memberikannya ke Bi Titin.
"Inih bi, ambil aja kembaliannya bi."
"Udah pas neng, gak ada kembaliannya."
"Hehe, yaudah bi makasih bi."
Salsa langsung balik kanan dan berjalan cepat meninggalkan kantin, ia memutuskan untuk memakannya di kelas saja.
"Nanti kalau mau beli sesuatu jangan maen ambil ajah, kaya warung emanya ajah!"
Teriakan pria itu mampu membuat Salsa semakin malu. Meskipun Salsa sudah berada diluar kantin tetapi tetap saja ia masih mendengar jelas perkataan salah satu pria tadi.
**
Assalamualaikum Wr. Wb akhy, ukhty
Semangat membaca, selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Pertama
Teen FictionYa Rabbi Aku mencintai seseorang yang belum aku kenal, belum aku ketahui. Namun bayangannya, wajah samarnya selalu membuat bibirku membentuk senyuman. Dia ada, tetapi aku belum mengetahui keberadaannya. Dia selalu menyapaku tetapi dalam waktu yang l...