"Aku belum tahu wajahnya, hanya saja suaranya membuat hatiku berdetak tak karuan, membuat tubuhku memanas apalagi jika melihat wajahnya."
"Lah rugi! Ngapain nggak ditengok sih Kyubil!"
"Dasar mata cowoan!" Ucap Salsa sambil terus memakan makanan yang sudah ia curi dari ketiga pria tadi.
Sebelumnya Salsa tidak pernah membeli makanan di kantin bi Titin satu kali sampai harus mengeluarkan uang dua puluh ribu.
"Sebebas gue lah, siapa tahu diantaranya ada jodoh gue." Jawab Tsakil sambil mengambil makanan Salsa yang terakhir dan memakannya. Sang empupun langsung memasang wajah kesal.
Hampir saja Salsa mengeluarkan jurus cubitannya, tetapi ia urungkan karena Tsakil langsung mengancamnya.
"Lo cubit, hidup lo kelar."
Tsakil hanya bisa tertawa melihat Salsa yang semakin marah padanya.
"Udah lah, gue mau pergi. Lo mau ikut?"
"Lo aja, gue lagi sesuatu." Jawab Tsakil sambil menunjukan cengiran kudanya.
Tanpa menjawab ataupun membalas cengiran Tsakil, Salsa langsung pergi meninggalkan Tsakil yang mendengus kesal.
"Jangkrik, jangkrik! Teriak Tsakil saat Salsa sudah berada diambang pintu.
"Berisik mulu lo." Ucap Deki yang tengah sibuk dengan buku-buku yang ada dihadapannya.
"Bodo." jawab Tsakil santai.
Dilain sisi Salsa terus merasa gundah saat menyusuri koridor kampusnya. Salsa takut, tiba-tiba ia bertemu dengan salah satu pria yang ia temui tadi.
Dengan keberanian yang semakin lama semakin menciut, ia memberanikan diri masuk ke kantin bi Titin lagi. Matanya terus melihat-lihat setiap inci kantin tersebut.
Merasa aman, Salsa langsung mendekati bi Titin. "Bi, ini piringnya."
"Eh, neng Salsa. Makasih ya neng."
"Iya bi, sama-sama."
Saat Salsa akan meninggalkan kantin tersebut, tiba-tiba bi Titin memanggilnya.
"Neng Salsa,"
"Iya bi."
"Tadi ada yang nanyain, lalaki deui."
Salsapun langsung mengerutkan keningnya. Ia berpikir sebentar, siapa tahu seseorang yang menanyakannya adalah orang yang sebelumnya ada janji dengannya untuk mengerjakan tugas. Tetapi, ia yakin bahwa dirinya tidak ada tugas untuk sekarang atau untuk lusa nanti.
"Siapa bi?"
"Bibi lupa nanya, bibiteh tahu tapi gak tahu namanya."
Salsa tidak begitu peduli dengan orang yang menanyakannya lewat bi Titin.
"Yaudah bi, mungkin temen kelas. Salsa pergi dulu ya bi."
Bi Titinpun merespon ucapan Salsa dengan anggukan dan senyuman sambil menunjukan tangannya yang menunjukan kata sip.
Salsa berjalan gontai melewati koridor kampusnya lagi, ia baru sadar saat melihat arloji ditangannya bahwa saat ini sudah lewat waktu dzuhur dan sebentar lagi kelasnya masuk.
Salsa tidak ingin berpikir panjang tentang seseorang yang menanyakannya, dan rasa khawatirnya menghilang begitu saja. Yang ia khawatirkan saat ini ia harus segera pergi ke Mushola kampus yang letaknya lumayan jauh dari tempatnya berjalan sekarang.
Tiba di Mushola, dengan cepat ia membuka sepatu dan kaus kakiknya sembarangan. Ia tak peduli dengan sepatunya yang terpental seenaknya.
Salsa semakin resah saat di Mushola sudah tidak ada siapapun. Iapun segera pergi menuju tempat berwudhu. Salsa langsung mengambil mukena dari tasnya kemudian memakainya.
Tiba-tiba saat Salsa bersiap untuk shalat dzuhur didepan ia berdiri ada seseorang yang bebicara padanya.
"Salsa kita berjamaah yah, kayanya yang lain sudah pada dzuhur."
Salsa tak menjawab perkataan pria yang berbicara padanya. Ia seolah-olah tersirih dengan perkataan yang menurutnya begitu lembut. Salsa hanya menganggukan kepalanya sambil menunduk seolah-olah pria tersebut melihatnya. Saat ini ia tengah sibuk menetralkan hatinya yang tengah bergemuruh. Karena bagaimana mungkin pria tersebut mengetahui namanya.
Ia tidak melihat siapa lelaki itu, apalagi tempat shalat wanita dan pria dibatasi sebuah pembatas yang cukup tinggi. tetapi ia mendengar suaranya. Dan suara itu adalah suara yang membuatnya menjadi gila.
**
Masukannya ditunggu. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Pertama
Teen FictionYa Rabbi Aku mencintai seseorang yang belum aku kenal, belum aku ketahui. Namun bayangannya, wajah samarnya selalu membuat bibirku membentuk senyuman. Dia ada, tetapi aku belum mengetahui keberadaannya. Dia selalu menyapaku tetapi dalam waktu yang l...