Bab 6 Ta'aruf + Jumlah mufiidah (mubtada + khobar)

65 2 1
                                    



Sinar matahari harus menyelinap dari celah-celah daun untuk menyinari pos sekolah di samping pagar besar SMAN Islamic Youth pagi itu. Sambil memonitor siswa-siswi yang berdatangan sang satpam tetap fokus melihat jam dinding. Pukul tujuh pagar harus dirapatkan hingga menyisakan ruang cukup untuk satu orang. Lewat lima menit ditutup rapat, tidak boleh ada toleransi.

Siswa-siswi yang terlambat akan dicatat namanya, dilaporkan ke walikelas dan dipulangkan kembali ke rumahnya. Meminta mereka datang kembali besok dengan wajah segar, tidak membawa bekas bangun kesiangan.

Sisa lima detik, saatnya satpam bergegas menutup pagar. Lima siswa bergerombol hampir terlambat menerobos pagar, satpam masih membiarkan lewat. Brukk.. Pagar ditutup. Satpam membelakangi pagar, pertanda waktu sudah habis. Tetapi baru sesaat balik badan terdengar suara rem ban sepeda yang dipaksakan.

Satpam : Oh, جَاءَ تِلْمِيْذٌ مُتَمَيِّذٌ فِيْ التَّأَخُّرِ

(Dateng nih langganan terlambat)

Alex : Pak, tolong pak. Saya cuma telat sedetik. Lagipula saya sudah ngebut kecepatan penuh.

Satpam : مَا فِي السَّمَاحَة

(Tidak ada toleransi)

Alex : Aduh pak.

Satpam tidak menanggapi. Baginya peraturan tetap peraturan. Sekaku apapun.

Pak Zarkasyi : Yaa Juned, هَلْ تُمْكِنُنِي فَتْحَ الْبَابِ لِي؟ أُرِيْدَ شِرَاءَ شَيْءًا
(Bang Juned, bisakah membukakan pintu untuk saya? Saya mau beli sesuatu.)

Satpam : نَعَمْ يَا أُسْتَاذ, وَ لَكِنْ فِي هَذَا الْوَقْتِ لَا يُمْكِنُ فَتْحَ البَابِ

(Siap Pak!! Tapi kalau sekarang tidak buka pintu)

Pak Zarkasyi : لِمَاذَ؟

(kenapa?)

Satpam : أُنْظُر يَا أُسْتَاذ

Pak Zarkasyi : (melirik kanan dan kiri) Oh, أَنْتَ يَا ألِيك

دَعْهُ يَدْخُل (Biarin dia masuk)

Tubuh Alex seketika kaku, tegang, keringat dingin mulai mengucur ke seluruh tubuhnya.

Satpam : وَ لَكِنْ يَا أُسْتَاذُ (Tapi pak)

Pak Zarkasyi : لَا بَأْسَ, أَنَا سَأُعَاقِبُهُ (Tidak apa-apa, saya sendiri yang akan menghukumnya)

Satpam : (Glekk) طَيِّبْ يَا أُسْتَاذ (Siap Pak!)

Tidak biasanya Pak Zarkasyi turun tangan sendiri menangani anak yang terlambat. Dia adalah kesiswaan sekolah yang disegani seluruh siswa bahkan satpam pun segan. Kalau dia sudah memutuskan sendiri untuk turun maka urusan akan menjadi gawat, chaos malahan. Malangnya Alex kini dalam bahaya, akan dihukum oleh tangan Pak Zarkasyi sendiri. Diam-diam satpam mencemaskan nasibnya.

Pernah di tahun lalu, dua siswa terlambat, tidak hanya sekali dua kali, tapi berlanjut seminggu dengan alasan sepele tak masuk akal ditambah penampilan yang bikin greget kalau dilihat. Baju dikeluarkan, kaos kaki digulung ke dalam sepatu, dan tampang muka yang menyebalkan. Mereka meremehkan kekuatan satpam sekolah itu yang konon sudah berpangkat Danru dan mengikuti pelatihan gada pratama berkali-kali. Karena se-Danru-danru-nya satpam tetap tidak boleh melakukan kekerasan. Dia hanya bisa memulangkan anak, sebatas itu saja.

Akhirnya ketika kesabaran Satpam Danru sudah di ujungnya, Pak Zarkasyi turun tangan sendiri menangani dua siswa yang tidak berkeperisiswaan itu. Dua siswa itu tidak menunjukkan rasa takut sama sekali ketika berhadapan dengannya. Pak Zarkasyi hanya menunjukkan wajah tenang menghadapi kedua bocah sok gaya dan berandal.

Semenjak hari itu, selama seminggu keduanya tidak pernah terlihat di sekolah, kabarnya mereka sedang menjalani hukuman. Tidak ada kabar-kabar atau obrolan siswa lain yang membahas kedua temannya. Seakan-akan sedang ditutup mulutnya untuk tidak membicarakannya.

Seminggu kemudian, kedua siswa itu masuk kembali. Setengah jam lebih awal! Satpam terperangah kedatangan mereka di saat menyeruput kopi pagi. Lebih kaget lagi melihat mereka penuh perban. Ketika ditanya kenapa bias seperti itu ala Danru, mereka tidak menjawab, menunduk dan masuk begitu saja. Namun anehnya, tidak ada orangtuanya yang datang melaporkan kekerasan atas nama HAM dan tidak ada polisi yang datang untuk menciduk kekerasan dalam sekolah itu. Nampaknya orangtuanya rela. Kedua siswa itu berubah permanen, taat aturan. Semuanya aman, seolah hal seperti itu bukan perbuatan melanggar HAM yang sering dipertontonkan di televisi.

Muncul pikiran kalau Pak Zarkasyi adalah guru yang kejam, keras terhadap siswa. Tapi kenyataannya tidak, banyak siswa-siswi yang main ke rumahnya, guru-guru juga sering bertandang, bahkan orangtua dan wali murid pun banyak yang senang mengunjungi rumahnya. Siapa sebenarnya Pak Zarkasyi itu masih menjadi pertanyaan di benak Satpam Juned.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bahasa Arab Untuk RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang