4

34 5 0
                                    

"Sakit banget tamparan lo, baru kali ini ada orang mau nampar gue" ucap Raka berbicara kepada tembok.

Flashback on

"Lo gak diapain kan sama si Raka?" Tanya Rini menghampiri Afiyah.

"Gak, dia gak lakuin apa-apa ke gue" jawab Afiyah keherenan.

"Gue Rani, dan itu yang lagi duduk megang buku novel namanya Karin. Karin sini lo!!" Teriak Rini memanggil karin yang hanya berjarak 2 meter dengan mereka berdua.

"Apaan lo teriak-teriak. Lo kira gue budeg apa" Ucap Karin berdiri lalu menghampiri mereka berdua.

"Haii gue Karinan Yasmin, panggil aja gue Karin, Kari juga bisa" ucap Karin menyodorkan tangannya kepada Afiyah.

"Gue Afiyah, senang kenalan dengan kalian" ucap Afiyah bersalaman dengan tangan Karin lalu tersenyum manis.

"Ngomong-ngomong lo ada apa sama si Raka?" Tanya Rini memecah suasana.

"Hah. Gak ada" jawab Afiyah terkejut sekaligus heran mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Rini.

"Raka emang suka gitu" sambung Karin.

"Maksud lo?" Tanya Afiyah yang semakin keheranan.

"Iya, dia emang anak yang suka usilin semua orang mulai dari anak kecil anaknya Ibu Martad, semua murid dan bahkan ia juga mengusilin guru tapi gue suka dia, dia juga ganteng" jawab Karin kemudian duduk di sebelah bangku Afiyah melamun memikirkan mimpi bergandengan bersama Raka.

Mendengar perkataan dan wajah Karin sontak saja Rini dan Afiyah terkekeh mendengarnya.

"Lebih baik lo, jauhin dia deh. Dia gak anak baik-baik" ucap Rini menyambung pembicaraan.

Afiyah hanya mengangguk menuruti apa yang diperintahkan oleh Rini. Ia tidak terlalu mengubris perkataan dari kedua temannya itu. Lagian Afiyah hanya bersikap cuek dan biasa-biasa saja kepada Raka. Bukan menggaggap nya suatu hal yang serius.

Flasback off

Raka berjalan ke arah toilet. Ia merasakan pipinya sangat panas.

"Duh kenapa panas banget pipi gue" ucap Raka berbicara dengan angin.

Setiba di toilet. Ia melihat ke arah cermin yang lumayan besar. Ia terkejut melihat kedua pipinya sudah bengkak dengan bekas jari tangan. Ia melihat lebih dekat, ternyata jari-jari Afiyah yang menampar pipi sebelah kanan Raka mengenai pelopak matanya. Dan sekarang, mata kanan nya bengkak.

"Mimpi apa gue semalam, diginiin perempuan" ucap Raka mengelus-ngelus pipinya dengan air.

Lalu Raka keluar dari toilet menuju parkiran untuk pulang. Ia melihat ke sekeliling arah, ternyata sekolah sudah sepi. Baru saja 15 menit bel pulang sekolah sudah serasa kuburan. Ia mempercepat langkah dan menutupi wajahnya yang kemungkinan disergap oleh kawanan serigala sekolah. Tiba di parkiran ia mengurut dada, yang menandakan ia bersyukur tidak ada lagi orang di sekolah, apalagi melihat ia yang sedang babak belur ini. Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri Raka.

"Lo kemana aja? Udah gue tungguin dari tadi? Gue neb-" ucapan laki-laki tersebut terpotong setelah melihat wajah Raka.

"Astaga dragon... kenapa lo masih disini" tanya Raka kaget lalu menutupi wajah babak belurnya.

"Eh kutil beranak, wajah lo kenapa hahaha" ucap Riko terkekeh setelah melihat wajah Raka.

"Gue abis ditampar perempuan" ucap Raka meringis kesakitan.

"Ditampar? Mana ada perempuan mau nampar lo?" Tanya Riko tidak yakin mendengar ucapan dari Raka.

"Udah ah, kalo lo gak percaya. Yaudah gue pulang dulu. Sakit ini" ucap Raka menghidupkan motornya.

"Eitss bentar bro, lo bilang lo ditampar perempuan. Siapa? Gimana kalo kita kerjain" tanya Riko menahan stang motor Raka.

"Gak deh. Lo aja kerjain dia" jawab Raka.

"Maksud lo apaan? Lo sakit?" Ucap Riko yang keheranan sambil memegang kening Raka lalu ia menyambungnya.

"Iya panas. Eh Rak, sejak kapan lo gak ada semangat buat ngerjain orang? Ini perempuan men ayolah. Biasanya lo yang paling bersemangat" sahut Riko berlagak senyum psikopat ke arah Raka.

"Serah lo deh, gue gak mau. Kalo lo mau, yaudah kerjain aja dia" ucap Raka memundurkan motornya berbelok arah lain lalu pergi begitu saja.

"Dasar lo kutil main tinggal aja, terus gue sama apaan pulang?" Ucap Riko berbicara dengan angin lalu mengejar Raka. Tetapi laju motor Raka memang sangat cepat.

***
"Saya pulang" ucap Raka menutup pintu dengan hati-hati lalu menutup wajahnya dengan masker yang ia dapat entah darimana.

Hening, tidak ada satupun orang yang menjawab atau merespon di dalam rumah.

"Yes, gak ada orang. Gue langsung ke kamar saja" ucap Raka berjalan dengan cara jinjit.

"Ndookkk sudah pulang?" Tanya Bi Inem mengejutkan suasana hening.

"Astagaa Bi, jantung Raka bisa-bisa copot gara-gara Bi Inem" ucap Raka terkejut.

"Hehe maaf ndok" ucap Bi Inem terkekeh melihat ekspresi wajah terkejut dari Raka. Ia melihat wajah Raka bengkak dan merah. Ia melanjutkan.

"Muka kamu kenapa ndok? Kok bisa bengkak gitu?" Tanya Bi Inem menghampiri Raka.

"Disengat lebah Bi" jawab Raka sedikit memperpelan volume suaranya. Ia tidak tahan lagi menahan pipinya yang kesakitan.

"Mana ndok, ini ni ditampar. Hem kamu sudah punya pacar toh?" Tanya Bi Inem tersenyum genit.

"Pacar apanya Bi, kalo pacar gak ditampar gini. Tapi disayang" jawab Raka sedikit tertawa namun sakit.

"Sini-sini Bi kompresin dulu, Bi ambilin ya" ucap Bi Inem pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.

Raka hanya mengangguk, tidak tahan lagi untuk berbicara. Karena wajahnya yang semakin memerah dan bengkak. Lalu ia berbaring di atas sofa. Bi Inem datang lalu mengkompres wajah babak belur Raka.

"Bi Inem selalu saja peduli terhadap saya" gumam batin Raka.

***

Bel sekolah berbunyi, pagi ini Raka sudah tiba di kelas dengan menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Semua orang keheranan. Apa benar yang mereka lihat itu adalah Raka. Atau makhluk jadi-jadian. Biasanya ia terlambat.

"Pagii Raka.." ucap seorang perempuan kepada Raka.

Raka tidak menyaut, dan menegakkan kepalanya. Perempuan tersebut heran melihat wajah Raka yang memerah seperti hal nya kemarin.

"Wajah lo kenapa? Sini gue obatin" ucap perempuan tersebut.

"Cukup Karin, pergi lo sana" ucap Raka menelungkupkan kepala nya kembali ke atas meja.

Semua orang seisi kelas bertanya-tanya apa yang sedang dialami oleh Raka. Afiyah yang menyadarinya ia hanya diam dan memutar lagu di hpnya. Seolah-olah ia tidak peduli apa yang sedang Raka alami.

BERBALIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang