Semua orang seisi kelas bertanya-tanya apa yang sedang dialami oleh Raka. Afiyah yang menyadarinya ia hanya diam dan memutar lagu di hpnya. Seolah-olah ia tidak peduli apa yang sedang Raka alami.
***
Hari itu Raka hanya berdiam diri di bangkunya. Ia sama sekali tidak bepergian dari bangkunya. Ia terlalu nyaman dalam keadaan telungkup di atas meja.
"Rak.. Raka" panggil seseorang.
Raka tidak menyahut. Ia hanya diam tanpa kata.
Lalu seseorang itu pergi. Raka yang menyadarinya menegakkan kepalanya. Ia melihat sebuah salep dan sebuah hansamplas sudah ada di mejanya. Ia kebigungan. Lalu ia menyimpannya ke dalam saku celana. Kemudian melanjutkan berdiam dirinya.
"Woi kutil. Ngapain lo disini. Gue udah nungguin lo buat ngerjain tu perempuan" ucap Riko menghancurkan suasana hening.
Raka hanya diam.
"Woi lu budeg ya" ucap Riko menjentik kepala bagian belakang Raka sehingga Raka menegakkan kepalanya.
"Lo gak liat mata gue udah bengkak gini bangs-" ucapan Raka terpotong karena mulutnya ditutup oleh Riko menggunakan sapu tangan bekas cairan ingus Riko.
"Lo banyak bicara, makan tuh sapu tangan gue" ucap Riko terkekeh.
"Apa-apaan lo bangsad. Jijik gue, lengket lagi" ucap Raka membersihkan mulutnya dengan lengan bajunya.
Riko yang melihat ekspresi Raka hanya terkekeh sampai air matanya keluar karena tidak tahan lagi menertawakan Raka.
"Eh, nama perempuan itu Afiyah ya. Gue tanya si Rini, lo emang ditampar sama dia. Gue juga udah tau dia yang mana" ucap Riko. Sifat Psikopat Riko muncul kembali.
"Trus, hubungannya sama gue apa?" Tanya Raka kebingungan.
"Eleh, malah nanya lo kutil. Kita kerjain dia. Yok ikut gue" jawab Riko menarik tangan Raka.
"Gak, gue gak mau. Mata gue sakit. Gue gak bisa liat apa-apa" ucap Raka melepas tangannya yang digenggam Riko.
"Lebay lo" ucap Riko melihat ke arah mata Raka. Ternyata emang benar. Mata Raka merah. Dan ada bercak darah di bagian kelopak matanya. Kemudian ia melanjutkan
"Keliatannya mata lo parah banget. Gue bakal balas dendam tu ke dia(Afiyah)" ucap Riko dengan nada yang sedikit begis.
Raka hanya diam. Dan pergi meninggalkan Riko.
"Eh kutil lo mau kemana?" Tanya Riko yang melihat Raka berjalan ke arah luar kelas.
"Gue mau ke toilet, ikut lo" jawab Raka yang tidak menghadap ke arah Riko.
"Ihh najis gue" ucap Riko merasa merinding.
***
Sewaktu Raka ingin berjalan ke arah toilet sekolah. Kali ini ia tidak malu lagi melihatkan wajah babak belurnya kepada semua orang. Orang sibuk bertanya-tanya. Ia ibaratkan dikelilingi oleh para wartawan yang siap untuk meluncurkan pertanyaan. Tetapi Raka hanya diam dan bersikap tidak peduli kepada orang sekitar.
Tiba di toilet ia mengeluarkan benda yang ada di saku celananya. Ada salep dan hansamplas.
"Siapa yang ngasih gue ini, Karin? Entahlah" gumam batin Raka.
Ia memakaikan hansamplas ke matanya. Ia menyukai warnanya, warna biru dan ada bintang-bintangnya. Dan juga memakai salep ke wajahnya. Dingin sekali, tetapi sejuk dirasa.
***
Raka terlambat memasuki kelas ketika bel masuk kelas sudah berbunyi. Ia masuk, seketika itu juga ia menjadi pusat perhatian murid yang ada di lokal. Ia lalu duduk di bangkunya dan melihat ke arah Afiyah. Kosong, tetapi tas Afiyah ada di atas meja. Ia bertanya-tanya dalam batinnya.
"Kemana Afiyah?" Tanya Raka dalam batinnya
***
Bel pulang sekolah berbunyi. Raka masih kebingungan. Prasaannya tidak tentu dan tidak karuan. Karena Afiyah, sedari tadi tidak masuk dan belum datang ke kelas. Raka mulai cemas, karena Rini dan Karin mulai bertanya kepada Raka perihal dimana posisi Afiyah. Ia tidak tau dimana. lalu ia keluar kelas untuk mencari Afiyah. Ia tidak khawatir hanya saja, ia bingung.
Sampai Raka di suatu lorong belakang sekolah. Ia mendengar suara minta tolong. Raka mencari-cari dimana suara itu berasal. Hingga ia menemukan suatu ruangan yang sudah berdebu dan berlebel "Gudang". Ia mulai berbicara.
"Afiyah lo di dalem?" Ucap Raka sedikit berteriak.
"Tolongin gue, tolong siapa aja" ucap Afiyah dengan suara serak karena menangis.
Raka menyadari itu adalah suara dari Afiyah. Lalu ia mendobrak pintu dan menemukan Afiyah yang sedang menunduk dan menangis.
"Fiyah lo gak papa?" Tanya Raka mendekati Afiyah.
"Lo" jawab Afiyah sambil menghapus air matanya.
"Iya ini gue Raka, sini gue bantuin lo keluar" ucap Raka mengulurkan tangannya.
"Jauh-jauh dari gue. Ini semua lo yang lakuin kan? Dasar laki-laki brengsek" ucap Afiyah mendorong Raka lalu pergi meninggalkan Raka.
Raka terjatuh dan membuat kakinya terluka mengenai serpihan kayu runcing di sebelah kaki kanannya.
Mengapa ia bisa terjatuh? Dorongan Afiyah terlalu kuat dan kaki Raka tidak kuat untuk berdiri dikarenakan ia menginjak papan."Aw.. kenapa dengan Afiyah" ucap Raka sambil menahan rasa sakit pada kakinya.
Raka berusaha untuk pergi. Rasa sakit kakinya tidak terbendung lagi. Karena luka yang diakibatkan lumayan parah. Ia lalu duduk dan membersihkan lukanya.
"Parahh.. parah banget, salah gue apa coba" ucap Raka berbicara kepada tembok.
Raka berusaha untuk berjalan, dan alhasil ia berhasil untuk pulang dengan selamat. Walau setiba di rumah ia dimarahi oleh ayahnya. Ayahnya menyangka Raka bertengkar lagi. Dan ayahnya tidak percaya akan kata-kata yang dilontarkan Raka.
***
Pagi itu, Raka terlambat datang ke sekolah. Kali ini ada yang berbeda. Raka berjalan tidak kokoh seperti biasanya. Ia merasa ia masih kuat tanpa adanya tongkat yang menyokong badannya.
Raka beruntung hari ini bapak killer pak Anto tidak masuk. Dan memberikan secarik kertas yang berisi tugas. Raka masuk ke kelas, semua pandangan tertuju kepadanya.
"Kemarin muka lo merah sekarang kaki lo yang luka, sebenarnya lo kenapa Rak?" Tanya Wido yang memasang ekspresi aneh.
"Gak usah tau lo, dan juga gue gak butuh perhatian lo. najis gue" jawab Raka dingin tanpa melihat ke arah Wido dan langsung duduk di bangkunya.
Dari jawaban Raka yang begitu dinginnya. Rini,Karin,Dan Afiyah yang lagi asyik nimbrung membahas grup band EXO sontak membahas Raka.
"Eh Fiyah, lo apain Raka?" Tanya Karin kepada Afiyah.
"Ha gue? Gu-gue gak ngapa-ngapain" jawab Afiyah sedikit canggung.
"Kasian bgt Raka, kalo gue tau siapa yang buat dia kyk gitu. Gak bakalan gue biarin orang itu hidup" ucap Karin meremas buku lalu memukulkan ke meja.
"Lo kenapa terobsesi gitu sama dia?" Tanya Afiyah sedikit memperkeras volume suaranya.
"Diaaaa... t-" jawab Karin terpotong ketika di hadapan nya sudah berdiri laki-laki yang ia bicarakan.
"Gue perlu bicara sama lo, ikut gue" ucap Raka menarik tangan Afiyah.
"Lepasin gue, gue gak mau" ucap Afiyah menarik tangannya kembali.
Raka hanya diam. Dan kembali menarik tangan Afiyah dengan kuat. Afiyah yang meringis kesakitan akhirnya menuruti kehendak Raka. Dan mereka berdua pergi meninggalkan Rini dan Karin.
"Kenapa gak gue aja sih yang ditarik si Raka. Kemana aja gue mau kok apalagi ke KUA" ucap Karin menghayal terlalu tinggi sehingga membuat wajahnya merah.
"Ngarep lo"ucap Rini terkekeh mendengar ucapan dari Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBALIK
Teen FictionCinta? apa itu cinta? kamu tau? cinta memiliki ribuan makna yang tiap-tiap kepala mengartikannya .... Semua orang pernah jatuh cinta, karna cinta merupakan salah satu anugerah yang diberi oleh Nya kepada hambanya. Namun, banyak diantara manusia sala...