[1]

6.1K 335 26
                                    

Sudah setengah jam Sasuke celingak-celinguk mengawasi bangunan di sekitarnya seperti anak kecil yang tersesat. Meski nyatanya dia memang tersesat.

Decak kesal tak sanggup lagi ia tahan. Kaki nya sudah lelah karena harus berjalan mengelilingi pertokoan hanya untuk mencari tempat bernama "Cafe Occult".

Jika bukan karena kakak iparnya ngidam mochi buatan toko itu, Sasuke ogah menjadi penjelajah toko.

"Akh!! Aku menyerah!"

Pria yang genap berusia 29 tahun ini mendesah kesal dan berjongkok di salah satu toko yang tutup.

Kakinya sudah menjerit-jerit sejak tadi meminta untuk diistirahatkan.

Sebenarnya Sasuke berniat menghubungi Izumi, tapi ia urungkan karena tidak mau dicap anak manja.

Hanya mencari toko mochi saja tidak bisa? Situ kan dosen?

Mau ditaruh di mana wibawanya? Bisa-bisa dia jadi bahan tertawaan dua kakak dan 3 keponakannya.

Mengacak rambutnya frustasi, Sasuke memicingkan mata. Meski tahu tindakannya sia-sia dan kekanakan, tapi pria itu tetap memberi tatapan membunuh paling mematikan pada benda putih tak bersalah di tangannya.

Dengan penuh kekesalan dan empat garis siku-siku menghiasi sudut jidatnya, Sasuke mengepal kuat kertas itu dan melemparnya asal.

"Haaah... Sial sekali aku hari ini." gerutunya memandang langit yang bergemuruh seolah mengejek Sasuke yang menggembel di emperan toko tanpa hasil.

Sudah gagal membeli titipan kakak iparnya, sekarang dia terancam diguyur hujan?

Bagus. Tuhan pasti sangat sayang padanya.

Ditengah gerutuan akan keputusasaan mencari toko mochi, dua pasang kaki jenjang berkulit putih yang dilapisi rok berenda 10 cm dibawah lutut, berdiri tak jauh di depan sasuke.

Sontak saja Sasuke memperhatikan sosok dengan topi musim panas besar yang menutupi wajah wanita itu.

Pemilik toko kah?

Mungkin saja wanita itu pemilik toko di belakang sasuke. Pria ini pun segera bangkit saat memikirkan kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Membungkuk sungkan, Sasuke mengucapkan penyesalan karena berjongkok di depan toko. Bagaimana pun itu tidak sopan menurut adatnya.

"Maaf, aku hanya beristirahat sebentar."

"Ah, tidak apa-apa."

Ada rasa penasaran yang mulai tumbuh di benak Sasuke ketika matanya semakin lekat memperhatikan wanita bertubuh ramping itu apalagi suara wanita itu benar-benar jernih dan menenangkan.

Seharusnya Sasuke tidak punya alasan untuk tetap berdiri di sana, ia bisa segera pergi detik setelah wanita itu berkata tidak masalag, tapi ia seolah menantikan sesuatu.

Sesuatu yang sulit Sasuke jabarkan apa itu, namun jika dia pergi dari sana Sasuke merasa ia akan menyesal.

Ditatap lekat tiap gerak-gerik sang wanita.

Tangan putih susunya terjulur ke bawah dan meraih gumpalan kertas yang baru sasuke sadari ternyata berada tepat di depan wanita itu.

"M-maaf, itu milikku."

Membuang sampah sembarangan di usianya yang hampir menginjak kepala 3?

Sungguh perilaku yang tidak terpuji dan Sasuke menyesali tindakan bodohnya. Bahkan anak ke-tiga Itachi yang masih TK, tahu membuang sampah sembarangan termasuk kejahatan ringan.

Bagaimana dia bisa kehilangan akal sehatnya hanya karena frustasi mencari toko mochi?

Bodoh!

CAFE OCCULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang