30 days promises

383 61 9
                                    


Day 29

Ketika jam menunjukan pukul 5 pagi. Suara telepon Daniel yang berbunyi mengisi keheningan di kamar Daniel dan Jihoon.

Drrrtttt drrrttt drrrttt

Daniel melirik dan mengambil Handphonenya yang berada di nakas samping tempat tidurnya.

"Hello.. Ya, Jaehwan.. Ada apa kau telepon pagi-pagi begini?" Daniel menjawab dengan suara huskynya.

"Niel, hari ini ada rapat dengan Kontraktor Lai Group pukul 7 pagi. Mereka minta untuk dimajukan jadwal meetingnya karena Tuan Lai harus kembali hari ini juga ke Taiwan."

Jaehwan adalah sekertaris Daniel dan merupakan teman sejak kecil Daniel. Keduanya cukup dekat dan Jaehwan adalah salah satu orang kepercayaan Daniel di kantornya.

Pekerjaan yang menumpuk dan jadwal meeting yang tidak ada habisnya membuat mood Daniel hari ini buruk.

Daniel melirik ke arah punggung Jihoon yang masih tertidur pulas di sampingnya. Daniel mendudukan badannya dan menyandar pada head board ranjang sambil melirik kembali ke arah Jihoon.

Wajah Jihoon yang sedang tidur masih tetap cantik di mata Daniel. Mata yang sedang terpejam dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir merah mungil. Ah, dan kemana pipi gembil itu, sepertinya Jihoon kehilangan cukup banyak berat badannya sampai-sampai Daniel tidak sadar bahwa pipi gembil Jihoon sudah lama menghilang. Jihoon adalah pria paling cantik di mata Daniel dan itu belum berubah.

Tapi apakah pujian cantik saja cukup untuk mempertahankan suatu pernikahan? Mengapa perasaan Daniel pada Jihoon semakin hari semakin menghilang?

Daniel lalu beranjak dari ranjangnya, lalu mengambil handuk dan bergegas mandi agar tidak terlambat ke kantor.

Jihoon perlahan membuka matanya karena terganggu dengan bunyi shower pada kamar mandi. Ia lalu melirik jam dinding yang ada pada samping vigura foto pernikahan Daniel dan Jihoon.

Jihoon POV

" Masih pukul 5 pagi, kenapa Daniel sudah bersiap ke kantor lagi? Ah, mungkin ada rapat mendadak. Aku akan menyiapkan sarapan untuk Daniel."

Jihoon lalu berjalan ke arah pantry dan mulai menyiapkan sarapan untuk Daniel.

Daniel sudah selesai mandi, dan melirik ke arah ranjang, sudah tidak ada Jihoon disana. Daniel keluar kamar sambil memakai dasinya.

"Aku pergi dulu ada rapat penting hari ini."
Kata Daniel sambil mengambil tas dan berjalan ke arah pintu.

"Jam berapa kamu rapatnya Niel?"

"Jam 7"

"Sarapan dulu Niel, ini masih jam stgh 6, masih cukup waktu untuk sarapan."

"Tapi, aku mau menyiapkan.."

Jihoon memotong ucapan Daniel.
"Aku mohon. Aku sudah menyiapkannya untukmu. Sarapan tidak akan menghabiskan waktu yang lama"

Daniel berpikir sejenak, tadinya Ia akan menolak permintaan Jihoon tapi, Ia teringat akan janjinya untuk memenuhi permintaan Jihoon selama 30hari.

"Baiklah.. Aku akan sarapan.."

"Terima kasih Niel~"

Jihoon lalu meletakan piring yang berisi omelet, roti panggang, sosis, dan bacoon di hadapan Daniel. Lalu Ia duduk didepan Daniel.

Daniel mulai terusik dengan tatapan yang Jihoon berikan.
"Ada yang salah dengan wajahku? Kenapa kamu malah memperhatikan wajahku? Apa kamu tidak ikut makan?"

"Haha.. Tidak Niel, hanya ingin saja. Sudah lama kita tidak sarapan bersama seperti ini. Aku akan sarapan nanti setelah kamu pergi. " ucap Jihoon sambil memberikan senyum manisnya dan jangan lupakan rona pada pipinya yang tidak gembil lagi.

Daniel POV
"Manis.. senyummu tidak pernah berubah hoon, tetap manis."

Setelah selesai sarapan Daniel lalu beranjak untuk memakai sepatunya. Jihoon berdiri di depan rak sepatu dan menunggu Daniel selesai memakai sepatunya.

"Semangatlah Niel. Hari ini pasti berjalan dengan baik. Jangan lupa makan bekal yang kubawakan untuk makan siangmu." Jihoon merapihkan jas Daniel dan memeluk Daniel sebelum Daniel berbalik dan pergi kerja.

Jihoon lalu masuk dan mendudukan diri di sofa ruang tengah. Ia lalu menitikan air matanya. Rasanya berat, ketika orang yang sangat kita cintai berubah menjadi dingin. Kemana Daniel'nya yang dulu. Yang selalu memberikan pelukan tanpa diminta dan selalu ada untuknya.

Haruskah Jihoon bertahan atau menyerah dengan hubungan ini?

Tapi apakah Jihoon dapat memilih?

__ Let's Get A Divorce __

"Bolehkah aku membenci perpisahan? Sebab setelah adanya perpisahan, selalu ada rindu yang sulit untuk ditenangkan."

- Jihoon -

TBC

Double update ❤❤
Mumpung lagi ada idenya, takut besok udah lupa lagi. Hehe. 🤭

Hai hai gimana menurut kalian? Boring ga ceritanya? 🤔

Jujur aku tuh orangnya ga bisa nulis.
Ini pertama kalinya aku coba nulis.

Sorry kalau bahasanya agak aneh atau gimana, sebisa mungkin aku akan perbaiki lagi kedepannya.

Aku berusaha buat ngegambarin perasaan Daniel dan Jihoon disini. Udah mulai kebaca belum? Masih awal-awal sih ya. 😅

Thank you yah yang udah baca.

Jangan lupa comment dan votenya ya ❤

Biar aku semangat nulisnya.

♡♡ lovejihoonie ♡♡



Let's get a divorce 💔 [NIELWINK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang