-6

13 0 1
                                    

Vasolin POV

Seperti malam-malam biasanya. Malas. Sepi. Berantakan. Sekali.

Mungkin itu yang bisa menggambarkan kesibukanku kali ini. Alfa belum pulang dari kantornya. Lebih tepatnya tiga jam yang lalu, Alfa meneleponku memang akan pulang telat. Saat aku masih membuat pulau-pulau kecil tak berpenghuni.

Kenapa aku tidak ke kampus tadi pagi? Kata Alfa, aku istirahat saja di apartemen. Badanku panas namun menggigil. Memang daritadi aku pusing dan mual. Tapi sekarang sudah lebih baik.

Sampai mana tadi?
Oh ya, aku masih mengantuk sekali sampai tidak bisa membuka mataku. Sayangnya, aku harus menyiapkan dinner untuk Alfa. Aku memaksakan diri untuk menuju ke kamar mandi dan berusaha tidak lanjut tidur di jaccuzi.

Tanktop hitam dan  celana belel diatas paha. Cukup untuk menggoda preman pinggir jalan. Ku bubuhkan sedikit bedak padat dan lip matte dengan warna senada. Rambut coklat pekat kuikat dengan tinggi. IPhone X dengan casing merah gelap seakan memanggilku. Tapi, aku tak peduli. Ku tinggalkan barang itu di atas nakas bersama dengan jam beker navy.

Persediaan dapur habis. Jadi, mau tidak mau malam ini aku ke supermarket. Yaa, sekalian cuci mata ke mall.

Asal kalian tau, aku tanpa Alfa lebih bebas daripada dengan Alfa. Aku tak akan menjelaskannya lebih terperinci. Biarkan otak kalian bekerja. Nikmati saja...

Ku sambar boomber merah maroon lalu bergerak gesit menuju lift. Ku siapkan mercy putih dari parkiran apartemen. Milik Alfa.

Aku bergegas cepat sebelum Alfa tau. And, the end.

...🌼...

Alfa POV

Gue coba buat nelepon Olin. Buat bilang kalau gue mau makan di luar aja. Zeus enggak berpihak sekarang. Sial, pulsa gue habis. Pertanyaannya, gimana gue mau hubung in Olin sekarang?

Rafael. Tapi, ya kali gw minta tolong sama makhluk es nan sok bijak itu?! Fix, gengsi gue tinggi. Banget. Tapi, daripada gue enggak hubungin Olin sama sekali? Oke, gengsi lo kalah hari ini.

"Rafa, boleh saya pinjam ponsel kamu?" Gue nahan gengsi sampai ubun-ubun.

"Maaf sebelumnya, untuk apa ya?"

Pakai tanya lagi si Bambang. "Tenang saja, hanya untuk menelepon calon istri saya." Jawabku mantap. Rafael menyerahkan ponsel bututnya ke gue. IPhone 8+ itu telah ditangan gue sekarang. Maksud gue, lebih butut daripada punya gue. Begitu teman-teman. Gue ketik nomor Olin dan coba menelepon dia. Enggak diangkat. Jahat kau Siti telah mengecewakan abang.

"Ini, terima kasih." Gue mengembalikan IPhone itu pada Rafael dan hanya dibalas dengan anggukan singkat dan ekspresi datar yang ingin gue setrika biar jadi datar betulan.

"Lebih baik kita pulang pak. Hari sudah mau gelap." Akhirnya si Bambang peduli gue. Terhura.

"Sepertinya kamu peduli dengan saya. Saya sepertinya akan berbelanja bulanan terlebih dahulu. Apakah kamu masih mau ikut dengan saya? Saya antarkan sampai rumah." Wah, nggak nyangka gue jadi ikutan perhatian begini. "Sure." Katanya sambil ngangguk-ngangguk tanda setuju.

Gue masuk ke supermarket yang ada di mall. "Menurut saya, ayam di sini lumayan segar pak." Kata Rafael menyarankan. "Baiklah El, kita menuju kesana." Gue mengambil troli dan mendorongnya agak cepat.

Gue memilih ayam rekomendasi dari Rafael. Kami berbincang seputar kondisi kantor dan sebagainya. Enggak cool-cool amat orangnya. Tapi memang songong sih.

Ekor mata gue menangkap sesosok gadis dengan kuciran kuda dan boomber maroon mirip seperti Olin. Bukan mirip, persis malah. Jangan-jangan memang bener. Tapi dia kan sakit? Ah, mungkin gue salah orang.

...🌼...

Vasolin POV

Suara bariton khas membuyarkan seluruh pikiranku yang sebelumnya menatap label expired sebungkus ayam potong di depanku. Ku balikkan badan menghadap asalnya. Alfa. Buat apa dia kesini? Ah, mungkin dia yang meneleponku tadi. Semoga saja dia tidak mengenaliku.

Aku mendorong troli belanja dan bersegera menuju kasir. Kupilih kasir debit agar tidak perlu mengantre.

"Totalnya tujuh ratus empat puluh ribu tiga ratus lima puluh rupiah. Kredit atau debit?"

"Debit." Kukeluarkan kartu debit gold dari salah satu bank lokal.

"Selamat berbelanja kembali." Hanya kujawab dengan senyuman. Seakan mengerti, kasir tadi membantuku memasukkan tas belanja itu ke dalam troli. Tanpa babibu, aku melesat mendorong troli menuju basement tempat mercy putih Alfa singgah sebentar.

next??

jejak guys :)

Author

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VasopaliciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang