SELAMAT MEMBACA EGEN GAIS :v
Maaf, aku terlambat 5 menit"
Mardi hanya menatapku saat aku berujar sambil cengengesan. Mengabaikan keringat yang rasanya sudah membuat baju seragamku lembab.
Salahkan letak sekolahku yang jaraknya lumayan jauh dai kafe tempatku bekerja. Aku tidak memiliki uang lebih untuk membayar ongkos bis atau lebih tepatnya tidak ingin mengurangi dana yang ku punya untuk membayar ongkos bis. Bagiku, berlari sekuat yang ku bisa untuk sampai di tempat kerja adalah pilihan satu-satunya.
''Kamu akan lanjut bekerja setelah ini?''
Aku segera duduk didepan kasir setelah mengganti seragamku dengan pakaian kerja. Setengah melamun saat melihat beberapa pelanggan yang asik memainkan smartphone mereka. Tanpa ku hiraukan Mardi melayangkan pertanyaannya.
Mardi, adalah salah satu dari segelintir teman yang ku punya. sekaligus orang dalam yang membantu ku lolos dalam kualifikasi kerja paruh waktu di kafe yang cukup ternama ini. Diam diam aku mengkhawatirkan identitasnya sebagai satu dari beberapa orang yang mengidap orientasi seksual. Satu fokus masalah yang sedang gencar dikhawatirkan saat ini.
"Hey, aku sedang bicara padamu, manis." Mardi mencolek daguku dengan ujung jarinya. Reflekku menepis tangannya kasar hingga terhempas. Lalu menatapnya sinis.
"Apa kau hanya akan diam disitu dan terus mengejek ku hingga bos datang dan menegurmu? Oh ayolah, jangan mempersulitku. "
Aku tidak perduli dia akan kesal denganku, tubuhku sudah terlalu lelah dan tidak ingin menggunakan tenagaku yang terisisa untuk meladeni hal sia-sia yang sialnya setiap hari dilakukannya.
Mardi masih menatapiku meski aku mengabaikannya. Bahkan saat aku mendengus gusar, mencoba menolak perhatian ganjilnya yang terkadang membuatku bergidik ngeri.
Dia menyukaiku. Sialnya tanpa malu dia menunjukkan pada semua orang tentang ketertarikannya padaku. Hal yang sulit ku percaya dan membuat bulu kuduku meremang karena sekilas mengingat hal yang berkaitan dengan orientasi seksual. Yang benar saja.
Fokusku masih tertuju pada layar komputer tanpa melakukan apapun. Terlambat menyadari saat salah satu pelanggan yang ku ingat selalu memesan kopi yang sama saat berkunjung. Sudah berdiri menatapku dingin di balik mesin cash register.
Sejenak sosoknya membuatku terpana. Membuatku membayangkan jika diriku berada di posisinya. Berpakaian rapi dengan model pakaian masa kini. Tanpa memakai aksesoris berlebihan, orang lainpun pasti tau jika dia berasal dari keluarga kaya.
"Aku ingin.. " Suaranya tidak kencang, terkesan lembut malah. Tapi mampu menyadarkanku dari lamunan. Aku melirik ke arahnya, untung saja sedang tidak ada antrian di belakangnya. Sesuatu yang lain mencuri pandanganku. Bahwa kebanyakan pelanggan wanita yang sebelumnya ku lihat sibuk dengan smartphonnya kini malah mengunci tatapannya pada pria yang terlihat manja di depanku.
"Aku ingin satu caramel macchiato"
Detik itu tatapan kami berdua bertemu.
"Baik tuan, 1 Caramel macchiato silahkan bayar disini "ucapku sopan sembari tersenyum. Mengamalkan peraturan kerja dan mengabaikan suasana hati yang sebenarnya.
Aku melihatnya menyodorkan selembar kartu hitam mengkilat. Seketika membuatku membisikan kalimat tanpa suara saat aku menerimanya. Ini kartu tanpa limit.
Dia duduk di meja terdekat kasir. Spot ternyaman untukku menikmati tatapan tak terbacanya. Seorang pria asing yang entah mengapa begitu familiar. Penasaran, aku segera menghampirinya mengantarkan pesanannya. Namun ketika pandangan kami bertemu, tak ada hal lain yang mampu aku lakukan selain tertunduk bisu.
YOU ARE READING
My Pretty Boy, My Silly Boy
FantasíaWARN!!!! INI MENGENAI CERITA GAY, BOYXBOY 18++ MPREG. JIKA KALIAN BENCI DAN TIDAK SUKA HARAP MENINGGALKAN LAPAK INI. MAAF GYUS AKU BARU NOOB MAAFKAN, TOLONG BERI SUARA KALIAN UNTUK MENDUKUNGKU, LIKE KOMEN BOLEH LAH:v