₊˚. O7

496 129 10
                                    

Cafe tempat saya kerja hari ini cukup ramai dari biasanya. Saya sedikit kelelahan, namun ini juga terasa menyenangkan.

Jam 5, cafe terlihat mulai sepi. Dan deringan bel yang berasal pintu itu berbunyi, tandanya ada seseorang yang masuk.

Refleks bibir saya langsung mengukirkan sebuah senyuman pada sosok itu.

"Mau pesan apa, Jisung?"

"Kayak biasanya aja," ucapnya lalu meraih beberapa uang kertas dan meletakkannya di meja.

Caramel macchiato adalah minuman yang sering dibeli Jisung. Saya tebak itu adalah minuman favoritnya.

Saya mengantarkan caramel macchiato ke tempat yang Jisung tempati. Dan saya pun mendudukkan diri saya di kursi yang berada di hadapan Jisung. Untung saja cafe pada jam ini sedikit sepi. Jadi saya bisa beristirahat sejenak.

Saya lihat Jisung yang sedang memainkan ponselnya, sepertinya ia tidak memperdulikan keberadaan saya.

Sesekali Jisung menegak caramel macchiato buatan saya, masih sambil memainkan ponselnya.

"Jisung."

Masih tidak ada jawaban dari Jisung. Saya pun memanggilnya lagi.

"Jisung?"

Dan tepat, Jisung mendongakkan kepalanya dan menatap saya. Saya yang tadinya memandang mata Jisung kini beralih menatap sudut bibir Jisung.

Lalu tangan saya beralih mengambil tissue dan mengelapnya ke sudut bibir Jisung. Karena saya lihat tadi di sudut bibirnya terdapat whip cream.

"Ada whip cream-nya...," ujar saya.

Maksudnya agar Jisung tidak salah paham.

"M—makasih," ujar Jisung. Sepertinya Jisung sedang menyembunyikan wajahnya itu dengan cara menundukkan kepalanya. Entah kenapa terlihat menggemaskan di mata saya.




Hubungan saya dan Yena semakin dekat. Saya senang, bisa dekat lagi dengan Yena. Dan saya rasa Yena merasakan hal yang sama. Bedanya, saya masih mencintai Yena, tidak tahu dengan Yena.

"Oalah, tenyata Kakak sama Kakaknya Jisung tuh temenan dulu?" Tanya Nakyung yang tiba-tiba menghampiri saya.

Saya menganggukkan kepalanya, dan sedikit bercerita tentang masa lalu saya.

Mendengar cerita saya membuat Nakyung tersenyum seperti orang bodoh. Saya juga tidak tahu dia kenapa.

"Cie, ketemu mantan gebetan cie!" Pekik Nakyung, ia mendorong-dorong tubuh saya. Saya tahu, niatnya adalah untuk menggoda saya.

"Bukan mantan gebetan, Kyung."

"Hah? Bukan? Terus?"

"Saya— masih cinta dengan Yena."

"Kakak? Kakak tau kan kalau Kak Yena itu Kakaknya Jisung?" Tanya Nakyung. Raut wajahnya kini berubah menjadi raut-wajah-yang-tidak-percaya.

Saya mengangguk, ya saya tahu kalau Yena adalah Kakak dari Jisung.

Seorang yang saya cintai adalah Kakak dari seorang yang saya sukai.

"Kakak kenapa jadi bodoh gini sih? Kakak nggak tau aja kalau Jisung udah suka sama Kakak!" Pekik Nakyung.

"Harusnya Kakak nggak labil dong kayak anak kecil. Udah gede, tau sendiri 'kan?" Tanya Nakyung yang akhirnya pergi dari hadapan saya.

Ya, saya tau saya bodoh.

Saya serakah. Saya menginginkan keduanya.

tbc.

HOLD ON THERE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang