₊˚. O8

498 128 16
                                    

Sejak hari di mana saya menceritakan tentang masa lalu saya, Nakyung mulai berjaga jarak dengan saya. Bahkan hanya untuk menatap mata saya pun dia juga malas.


Saya tahu apa yang membuat Nakyung menjauhi saya, ya, karena salah satu sahabatnya saya sakiti. Saya tidak tahu apakah Nakyung sudah menceritakannya pada Jisung atau belum. Saya harap sudah, saya takut jika saya berbicara langsung pada Jisung dan itu malah membuat dirinya semakin sakit hati.

Jujur, saya tidak ingin membuat Jisung sedih.

Faktanya, saya masih menyukai Jisung.

"Yena— saya ingin berbicara sesuatu pada kamu. Apakah kamu mau mendengarkannya?"

Yena mengangguk dan beralih menatap saya. Kini saya dan Yena berada di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Bagaimana saya mengajaknya? Saya mengajaknya lewat pesan.

"Saya akan langsung to the point. Saya masih mencintaimu, Yena."

"Kak—"

Ucapan Yena terhenti ketika saya meraih tangannya dan menautkan jari-jarinya pada jemari saya yang terlihat sangat pas.

"Kenapa Kakak selalu begini?" Yena menatap saya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Saya menghela napas berat. "Karena saya cinta sama Yena."

Mendengar jawaban saya tidak membuat Yena kaget, karena Yena sudah sering mendengar jawaban saya yang seperti itu.

"Apa nggak ada alasan lain?"

Saya menggeleng. Karena faktanya saya hanya mencintai Yena.

"Kakak tau 'kan kalau Jisung suka sama Kakak?"

Saya mengangguk, saya sudah bisa menebak jika Yena akan berkata seperti itu.

"Apa rasanya kalau kita pacaran, namun ada salah satu pihak yang tersakiti? Dan parahnya lagi, dia Adik aku sendiri," lirih Yena.

"I do love you too, Kak. Sejak kita dipertemukan lagi setelah satu tahun. Namun, saat aku tau kalau Jisung menyukai— atau mencintai Kakak, aku berusaha menghilangkan rasa itu. Aku nggak mau egois."

Saya terdiam mendengar kata-kata Yena. Melihat Yena yang terlihat sedang menahan tangis membuat hati saya sakit.

"Jadi Kak, tolong lupakan aku lalu cobalah untuk mencintai Jisung, can you? Aku dengar dari Nakyung kalau Kakak juga menyukai Jisung."

"Aku ingatkan lagi, tolong lupakan aku dan cintai Jisung, Kak. Terima kasih."

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan saya, Yena memeluk saya dengan erat. Pelukan perpisahan mungkin?

Dan setelah Yena beranjak pergi, dada saya terasa seperti diiris dengan beberapa pisau. Saya sadar jika saya bukanlah pihak yang tersakiti, nyatanya yang paling tersakiti adalah Jisung.


Saya tidak akan pernah berpikir kalau pertemuan saya dan Yena di  taman 1 tahun yang lalu adalah pertemuan terakhir kami. Waktu berlalu dengan cepat bukan?

Setelah itu saya tidak pernah lagi bertemu dengan Yena dan juga Jisung. Seorang yang pernah saya cintai dan seorang yang pernah saya sukai.

Nakyung berkata bahwa Yena dan Jisung ikut dengan Ayah mereka untuk pindah ke kota lain; tuntunan pekerjaan.

Saya menjalani hari-hari saya dengan biasa; seperti hari-hari sebelum bertemu dengan Jisung dan juga Yena. Namun menjalani hari-hari tetsebut tidak mudah bagi saya, saya terus memikirkan Jisung.

Faktanya yang saya berikan pada Jisung sebelum kami berpisah adalah sebuah luka yang mungkin masih berbekas sampai sekarang.

Saya yakin sekali jika Jisung akan membenci saya.

Saya pun benci dengan diri saya sendiri.

tbc.

HOLD ON THERE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang