₊˚. 1O

769 127 13
                                    

"Sebenarnya, aku udah punya tunangan dari 1 bulan yang lalu, Kak. Maaf."

Perkataan Jisung itu membuat hati saya sakit sampai saat ini. Jadi ini rasanya merasakan sakit hati yang benar-benar sakit.

Di saat saya sudah mencintai Jisung, namun lelaki itu sudah terlebih dahulu memiliki tunangan. Hati saya
benar-benar sakit.

Memang cinta selalu datang terlambat. Ah, mengapa saya selalu sesial itu?

Namun jika itu memang pilihan Jisung, saya akan menerimanya. Asal melihat Jisung bahagia membuat saya ikut bahagia.

Sebelum Jisung mengatakan jika ia sudah memiliki tunangan, saya sempat mencium bibir milik Jisung. Ciuman yang lembut dan tanpa paksaan dari kami. Mungkin sekitar 2 menit bibir kami saling menempel satu sama lain.

Saya tahu saya brengsek, mencium tunangan orang lain.

Dan saya rasa Jisung sudah berhasil melupakan saya, melupakan tentang masa lalu kami. Sedangkan saya? Mengharapkan yang dulu untuk terjadi lagi.

Jisung terlihat bahagia ketika menceritakan tentang tunangannya itu. Membuat hati saya semakin sakit, bagaimana cara Jisung menyebut namanya.

Yang saya tahu nama tunangannya adalah Chan. Namanya tidaklah penting bagi saya.

Dulu Jisung menganggap saya sebagai seorang disukainya dan kini berubah menjadi teman dekatnya. Ya, itu lebih baik daripada Jisung harus menjauhi saya. Jika Jisung menjauhi saya, rasa bersalah saya akan semakin besar padanya.

"Jisung, saya harap kamu selalu bahagia dengan pria itu. Dan sekali lagi, saya mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu," ujar saya sangat pelan ketika Jisung sudah beranjak dari duduknya. Dan berjalan menjauhi saya.

Jisung berjalan ke arah halaman rumah Minho dengan menahan cairan bening di matanya. Namun ia tidak bisa menahannya lagi. Perlahan cairan bening itu menetes seperkian detik.

Mungkin Jisung mengira jika saya tidak mengetahuinya, nyatanya saya mengetahuinya. Saya ingin berlari lalu memeluk Jisung. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, namun hal itu mustahil untuk saya lakukan. Saya tidak memiliki hak apapun.

Mengetahui tunangannya sedang menangis, membuat Chan keluar dari mobil dan menghampiri Jisung yang sedang terduduk di halaman rumah Minho— dan juga Nakyung.

"Jisung, kamu kenapa?"

"Aku nggak apa-apa. Aku— ... sayang Kak Chan."








1 tahun setelahnya, saya mengirim surat untuk Jisung. Membuka luka lama bukan? Tapi saya rasa itu adalah surat perpisahan sebelum saya pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan saya.

Saya harap Jisunglah yang akan membaca surat tersebut. Mungkin kini ia sudah hidup bahagia dengan pasangannya.





Jisung mendapati sebuah surat di halaman rumahnya saat hendak melepas gembok pagar rumahnya. Ia meneliti surat tersebut, dan terdapat namanya di bagian pojok kiri surat.

Merasa pensaran pun akhirnya Jisung membawa surat itu menuju ke kamarnya dan membacanya secara perlahan.




Halo, Jisung!
Tepat tanggal 20 November saya menuliskan surat ini. Bukan untuk membuka luka lama, namun saya ingin mengucapkan beberapa hal padamu lewat pena ini.

Terima kasih sudah pernah hadir dalam kehidupan saya, Jisung. Kamu mengajarkan saya banyak hal. Saya harap kamu bahagia selalu. Dan sampai saat inipin saya masih mencintaimu, Jisung. Maafkan saya jika saya telah membuat banyak kesalahan yang hanya membuatmu luka. Saya memang tidak pantas mendapatkanmu, Jisung.

Dan setelah ini saya akan pergi dari kehidupanmu. Terima kasih dan maaf untuk yang sebesar-besarnya.

— M


Jisung tidak bisa menahan air mata yang terus keluar dari matanya ketika membaca surat dari seseorang yang berinisial M itu, yang tidak lain adalah Minho. [***]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOLD ON THERE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang