13. Sorry

5.6K 706 83
                                    

Hyunjin tersenyum dalam diam. 

Pria itu masih menunduk, seraya mengelus pelan surai hitam Serra yang sekarang tengah tertidur di atas pahanya.

Setelah tadi malam bertengkar cukup hebat, Serra yang kelelahan memberontak dan menangis kini sudah tertidur pulas.

Menyisakan Hyunjin dengan banyak angannya.

+

"Jauhin benda itu, atau gue gak mau ketemu lo lagi selamanya!"

Serra justru tersenyum miring mendengar ancaman itu, "Kalo gue mati. Gue juga gak bakal ketemu lo lagi. Sama aja kan?" Ujar gadis itu meremeh.

"Dengerin gue! Memang abis lo mati, lo yakin bakal bahagia?!" 

"Seengaknya gak ada yang nyakitin gue kalo gue mati!"

"Tapi lo bakal sendiriㅡ"

"Gue memang selalu sendiri, kan?! Coba lo liat, siapa yang ada disisi gue saat ini? Gak ada, Jin."

Serra semakin menggeratkan pisau yang di genggamannya.

Membuat Hyunjin tiba-tiba merasa takut. Takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi disini.

"Ser, katanya lo sayang sama gue?" Hyunjin berjalan maju dengan pelan, membuat Serra otomatis mundur perlahan.

"Ser.."

"Ber hen ti!" Tegas gadis itu dengan penuh amarah.

Hyunjin menulikan telinganya, dan tetap mendekat.

"Jin!"

"Ser, lo sayang kan sama gue? Jangan gini.."

"Alah, bullshit!"

"Ser.."

"Omongan lo bullshit, Jin!!"

"Gue janji untuk kali ini, tapi lo nya jangan gini, ya?"

Serra tak bisa bergerak.

Langkahnya terhalang oleh pantry.

Hyunjin dengan pelan mengambil pisau itu, dan Serra tanpa sadar menurutinya.

"Ser, udah.. lo tenangin diri lo.. Kali ini gue gak akan ingkar lagi,," Ujar Hyunjin yang sekarang sudah mendekap gadis itu pelan-pelan pada pelukannya.

Serra sontak menangis cukup keras, membalas pelukan Hyunjin dan menyenderkan kepalanya nyaman pada dada pria itu.

"Siyeon balik ke kota asalnya karena penyakit ayahnya tambah parah, dan keluarga dia milih balik karena uang mereka udah habis di Seoul. Gue gak punya siapa-siapa lagi sekarang.. siapa yang bisa jadi tempat gue pulang setelah kali ini Siyeon yang pergi??" Tuturnya diiringi tangis.

"Gak. Lo punya gue sekarang."

+

Sekarang pukul 3 pagi, dan Hyunjin mulai merasakan kantuk serta pegal.

Dengan hati-hati, pria itu mengangkat kepala Serra dan meletaknnya pada leher sofa.

Lalu Hyunjin menggeser sedikit badan Serra agar lebih menjorok, dan ikut berbaring di sampingnya seraya memeluk gadis itu dari belakang.

Lalu Hyunjin menggeser sedikit badan Serra agar lebih menjorok, dan ikut berbaring di sampingnya seraya memeluk gadis itu dari belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang memang musin penghujan. Mungkin Hwang Hyunjin merasa kedinginan?

•••••

Hyunjin terbangun kala merasakan cahaya mentari yang masuk lewat ventilasi.

Ia kemudian duduk, dan menyadari Serra tidak ada di sampingnya.

Di lihatnya jam dinding besar yang bertengger tidak jauh dari sofa yang ia duduki, pukul 9 pagi, percuma bergegas. Dirinya juga pasti terlambat sekarang.

"Ser??" Panggil Hyunjin lalu beranjak menelusuri rumah besar itu.

Dari tempatnya berdiri sekarang, Hyunjin melihat Serra yang tengah menenggelamkan kepala pada tumpuan tanganya di atas meja makan.

"Ser.." Panggil Hyunjin lagi.

/Bruk

Saat ia menggoncangkan tubuh gadis itu, Serra justru terjauh kelantai dan dalam keadaan tidak sadarkan diri serta mulutnya yang dipenuhi busa.

"SERRA!!"

+++++

Hyunjin masih menunggu hasil pemeriksaan dengan tubuhnya yang bergetar. Ini sudah 2 jam pria itu menunggu. Namun sampai sekarang, belum juga ada keluarga Serra yang datang ke rumah sakit. Padahal tadi Hyunjin sudah mengirim pesan pada mereka melalu ponsel Serra yang ia temukan di nakas kamar gadis itu.

Hyunjin juga tak lupa mengabari Siyeon, Jaemin, dan Guanlin. Serra selalu menyebutkan nama-nama itu yang membuat Hyunjin memilih memberi tahu mereka juga.

Hyunjin tidak menghubungi Mark Lee, karena Hyunjin sendiri tidak tahu jika Serra memiliki kakak laki-laki.

Balasan dari Guanlin, ia tidak bisa datang karena sudah berada di Taiwan sekarang.

Siyeon pun sama. Ia sudah di Daegu dan butuh biaya mahal untuk kembali ke Seoul. Gadis itu mungkin akan menjengguk Serra, namun tidak sekarang.

Sedangkan Jaemin, ia bilang dirinya bisa kesana. Namun nanti, karena masih di sekolah.

"Apa kamu perwakilan dari pasien Lee Serra?" Tanya seorang perawat menghampiri Hyunjin.

Hyunjin mengangguk cepat, "Bagaimana keadaan teman saya sus?" Tanyanya cemas.

Sang suster tersenyum kecil, "Kamu bisa bicarakan itu dengan dokter sekarang. Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik."

+++++

"Paman, bibi, ini saya temennya Serra. Apa perjalanan kalian masih lama?"

"Kami baru saja tiba di bandara. Mungkin setengah jam lagi sampai ke rumah sakit. Apa Serra dalam keadaan baik?"

"Maaf, Paman. Kata dokter Serra terlalu banyak mengonsumsi obat penenang dan obat tidur. Dokter juga bilang, semalam Serra meminum lebih dari 10 jenis obat yang berbeda-beda."

Hyunjin menjeda kalimatnya sesaat. Airmatanya sudah penuh di pelupuknya, hidungnya pun basah karena tadi menangis.

 Airmatanya sudah penuh di pelupuknya, hidungnya pun basah karena tadi menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu merasa begitu bersalah. 

Hidup Serra pasti sudah sulit. Ditambah permainam kecil yang dibuat Hyunjin, pasti bisa meningkatkan kadar depresi gadis itu.

"Serra overdosis obat dan dokter tidak bisa menyelamatkan-nya."

Solitude | hhj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang