VINDICTA,meteor.

47 8 3
                                    

Klik ⭐ sebelum membaca dan
Klik 💬 setelah selesai membaca!
Happy reading💙
....................

"Selesai istirahat kita cabut, mereka pasti kabur kalo gak segera kita habisin".ucap Arlan, si ketua METEOR semua yang mendengar ucapan Arlan mengangguk setuju. METEOR, kata itu tidak asing lagi ditelinga Sma Pelita, termasuk sekolah lainnya. Geng pembuat onar yang hobinya tawuran.

Saat ini mereka tengah berkumpul dikantin dan mengambil tempat paling pojok. Kenapa harus bagian pojok? Karna mereka pikir dipojokkan itu lebih asik dan bebas untuk melakukan apapun tanpa harus takut ketahuan guru. Jika hendak mencari salah satu atau lebih dari anggota Meteor, kalian tinggal tanyakan saja pada siswa ataupun siswi bahkan guru mereka pasti tau. Kudet kalau tidak mengetahui kompolotan anak anak nakal yang suka membuat rusuh itu.

"Emang harus".ucap Agam dengan wajah datar dan nada santainya.

"Iyalah, harus banget malah, bocah bocah SMA sebelah itu harus di basmi sampe ke akar akarnya biar punah!".tegas Dio, dan diangguki oleh Gibran, Hengki, Edo, dan Encung.

"Menurut gue sih jangan selesai istirahat , ntar guru guru pada tau kan berabe, pasti bakal masuk BK lagi". Saran Gibran.

"Betul tuh, saran gue ntar aja pas pulang sekolah kan sepi tuh".ucap Edo seraya mengambil bungkus rokok.

Cowok dengan seragam yang sengaja dikeluarkan itu tampak memikirkan sesuatu, menimbangi saran yang diberikan oleh teman temannya.

"Oke, kita cabut dan lanjutin setelah pulang sekolah nanti, bilang ke yang lain pulang sekolah kita ada tugas, dan bilang juga bagi yang ga ikut langsung keluar aja".putus Arlan tegas.

"Siap bosque!".seru Encung.

"Gue cabut".ucap Agam lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Mau kemana lu?".tanya hengki.

"Kemana aja kan agam udah gede".sambar Edo.

"Nyambung aja lu nyet!".kesal encung sambil menjitak kepala Edo.

"Gam saran gue nih ya muka lu rada diekspresiin sedikit deh jangan datar amat kek yasmin, biar ada cewek yang suka sama lu".teriak Encung setelah Agam mulai menjauh dari mereka.

"Wahh parah lu, gue bilangin yasmin modar lu kena pukulan mautnya, cungkring cungkring gitu pukulannya aduhai broo nusuk sampe ke tulang".ucap Gibran dan disambut tawa oleh teman temannya, ya yasmin adalah cewek sekelasnya Encung yang memiliki body rata.

"Alay anjirr!".

🔥🔥🔥

Agam berjalan seorang diri, matanya tak henti mencari seseorang yang membuatnya penasaran. Banyak siswi yang tersenyum lebar dan menyapanya, tapi tak ada satupun senyuman bahkan sapaan yang diindahkannya, hanya raut datar yang tercetak diwajahnya.

Brukk..

Agam mendengar orang yang ditabraknya itu meringis, sontak membuat Agam berbalik dan sedikit terkejut setelah melihat siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak. Fanin ya dia orang yang tidak sengaja tertabrak dan tengah memegang jidatnya dengan keadaan terduduk dilantai.

"Eh curut pluto kalo jalan liat liat dong!".kesal Fanin.

"Gue bantu".ucap Agam seraya mengulurkan tangannya untuk membantu Fanin berdiri. Dengan angkuh Fanin menepis tangan Agam dan langsung menatap tajam kearah Agam.

"Oke gue minta maaf".kata Agam santai.

"Apa? Minta maaf kata lo? Enak aja! Lo pikir kata maaf bisa buat gue luluh setelah apa yang lo lakuin?".

"Ngapain".ucap Agam datar.

"Hah?! Apa sih kutil onta ga nyambung banget tau ga!".

"Gue harus ngapain".jelas Agam masih dengan nada dan wajah datarnya.

"Lo pergi ke gunung tangkuban perahu dan bawa sangkuriang kesini sekarang juga!, ya lo tanggung jawab lah bego!". Agam menatap Fanin intens seolah Fanin itu seorang tahanan yang akan kabur jika lengah sedikit saja.

"Gue anter lo ntar sepulang sekolah".enam kalimat dua puluh sembilan huruf, mungkin ini adalah kata terpanjang yang pernah Agam katakan.

🔥🔥🔥

"Emang siapa sih orang yang nabrak lo? Tunggu apa jangan jangan lo jatuh cinta pada tabrakan pertama ya?!".kali ini Ola bertanya dengan ekspresi menyelidik, dan sekarang mereka didalam mobil pribadi milik Diba.

"Dih ogah, siapa juga yang suka sama cowok gak ada ekspresi gitu, dari tampangnya ya dia itu kek hidup segan mati tak mau".

"Terus?". Fanin menghela nafas pelan, lalu mulai menceritakan semuanya.

"Ohh". Ola hanya ber'oh' ria seraya mengangguk paham dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Sebuah deringan ponsel menandakan ada telpon masuk, Fanin mengernyit bingung tidak tau siapa orang yang sedang berusaha menghubunginya, karna ia tidak pernah memberikan nomor ponselnya kepada siapapun kecuali kedua orang tuanya, dan kedua temannya, akhirnya tanpa pikir panjang Fanin mengangkat telpon tersebut.'siapa tau penting' itu lah yang ada difikiran Fanin saat ini.

"Dibelakang".

"Dihh siapa lo?! Ngomong ga jelas".

"Yang nabrak".

"Ngapain lo nelpon nelpon gue!".

"Gue dibelakang".ucap Agam santai.

"Hah?! Dibelakang apaan sih?".

"Mobil".

Fanin menoleh kebelakang dan melihat sebuah motor tengah mengikuti mereka. Terkejut? Pastilah, karna masih menduga itu bukan cowok yang menabraknya tadi , ia sekali lagi melihat dari kaca spion mobil dan benar saja ternyata itu memang cowok yang menabraknya, yang sedang mengendarai motor ninja hitam dengan satu tangan, karna tangan kirinya ia gunakan untuk memegang handphone.

"What! Itu lo?!".tanya Fanin pada Agam karna sambungan telepon belum dimatikan.

"Kenapa sih nin?".tanya Diba, Fanin memutuskan sambungan teleponnya, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan, lalu ia melihat ke arah Diba.

"Cowok yang gue ceritain tadi, ngikutin kita!".jawab fanin, Diba melihat ke arah kaca spion.

"Yang pake motor item itu nin?".

"Ho'oh".

"Ngapain dia ngikutin kita".tanya Diba, Fanin mengedikan bahunya, tanda kalau ia tidak tahu sama sekali. Hingga tibalah mereka didepan apartemen Fanin, dengan terburu buru Fanin turun dari mobil dan benar saja, cowok itu masih mengikuti mereka. Fanin menghampiri Agam seraya berkacak pinggang. Cowok tersebut turun dari motornya dan melepaskan helm yang ia kenakan.

"Omg nin! Itu mah es baloknya pelita dia senior kita Agam namanya masa sih lo ga kenal! Kudet sumpah!".

"Emang penting banget gitu ngenalin nama dia?! mau Agam kek, apa kek bodo amat gue ga peduli".ucap Fanin lalu berjalan kearah Agam.

"Ngapain lo ngikutin gue?!".

"Gak ngikutin".

"Terus apa namanya kalo gak ngikutin es balok!, nganterin jenazah?".kesal cewek itu.

"Hm nganterin".jawabnya santai dengan muka datar.

"Nganterin? Apaan sih? Yang jelas kalo ngomong, ohh jadi bener lo nganterin jenazah?!".bentak gadis itu.

"Gue nganterin lo sesuai dengan apa yang gue bilang".lagi lagi kata panjang hanya terucap untuk seorang Fanin.

"sosweet banget njirr, Agam rela ngikutin lo biar dia nepatin ucapannya sama lo, iihh jadi mau".teriak Ola yang mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Apaan lu nyet".Fanin melirik kesal kearah Ola, dan pergi masuk kedalam apartemen begitu saja dengan perasaan yang tidak bisa didefinisikan saat ini. Membuat Diba dan Ola terkekeh melihatnya, sedangkan Agam entah kenapa ia juga tersenyum walaupun hanya sedikit dan nyaris tidak terlihat.

🔥🔥🔥

pisyah kombek gaess💃😂
readers dapet salam dari abang abang meteor😝

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VINDICTA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang