Golden High School. 10:00 am.
Gadis itu menjatuhkan puntung rokok yang sudah tinggal setengah dengan sengaja. Ia lalu meremukkannya dengan ujung boots hingga kepulan asap itu bersatu dengan debu jalanan dan melebur begitu saja.
Gadis itu adalah Alicia, Alicia Perth.
Ia menggenggam secarik amplop undangan dengan logo mawar emas di depannya, sementara tangan satunya yang berbalut gelang suede penuh warna itu meremas ransel abunya dibahu.
Alicia meninggalkan mobil sport miliknya di area parkir dan bergegas masuk ke dalam gedung. Gadis bertubuh jenjang itu melewati pintu kaca yang transparant dengan gagang besi yang terbuat dari besi terbaik di kota New york.
Selama perjalanannya di lorong, Alicia hanya menemukan beberapa orang berlalu lalang. Suasana terbilang cukup sepi. Mungkin karena ia sudah terlambat sejak sepuluh menit yang lalu--entahlah.
Netra biru miliknyapun kemudian teralih pada tulisan hall utama di depan sebuah pintu besar. Ia berhenti dan melirik amplop di tangannya memastikan.
Setelah merasa sudah menemukan ruangan yang sesuai dengan surat undangan siswa baru miliknya, Alicia segera mendorong pintu yang terbuat dari kayu jati di depannya itu dengan satu tangan.
Sebuah ruangan besar bergaya yunani menyambut indera penglihatan Alicia. Lukisan-lukisan dunia hasil karya pablo picasso, Leonardo da vinci sampai Vincent van gogh tersusun secara apik di dinding. Tiang-tiang arsitektur bergaya romawi kokoh menahan langit-langit. Hingga beberapa lampu gantung chandelier yang menjatuhkan cahaya indah nan mewah.
Hall utama. Ruangan yang menyediakan sekitar lima ratus kursi lipat chitose untuk acara resmi hari itu. Dengan lounge chair khusus untuk para petinggi Golden High di barisan depannya.
Alicia berdiri di ambang pintu dan melihat semua kursi sudah terisi. Ia mengerutkan kening hingga akhirnya menemukan satu kursi kosong di sudut ruangan. Buru-buru gadis berambut perak itu duduk di satu-satunya kursi yang tersisa dan menyimpan ransel abu milikknya di pangkuannya.
"Halo," sapa seseorang.
Alicia menoleh, menemukan gadis berambut pirang sedang tersenyum ramah di sebelahnya. "Aku Brittany," katanya sopan.
"Alicia," ucapnya singkat.
Brittany mendekatkan tubuhnya pada Alicia dan melirik ransel abunya. "Apa kau punya ganja di dalam tasmu?"
Kening Alicia berkerut. "Apa?"
Brittany mendesis pelan, memberi kode agar gadis itu tidak berisik. "Apa kau punya senjata disana?"
Alicia menekuk dahinya dalam-dalam dan menggeleng. Kebingungan.
Tapi Brittany kembali melempar pertanyaan. "Apa kau pernah membunuh seseorang?"
Alicia lagi-lagi mengernyitkan dahi dan menggeleng cepat. Ia sama sekali tidak mengerti dengan topik pembicaraan Brittany dan hal itu memunculkan ekspresi bingung yang tercetak jelas pada wajah mulus Alicia.
Brittany terkekeh geli dan menyenggol lengan Alicia pelan, "Ayolah, aku hanya bercanda."
Alicia tersenyum kikuk dan mengalihkan pandangan ke depan. Alih-alih tidak berminat pada guyonan teman barunya itu, Alicia lebih memilih memperhatikan pria tua yang sedang berbicara di podium dan membiarkan Brittany mengerucutkan bibirnya.
Brittany mengangkat dagunya. "Mr. Wilson adalah CEO Golden group, petinggi utama di Golden High. Selain dikenal dingin, kau bisa menemuinya di kelas sejarah," ujarnya memberi tahu.
Setelah menjelaskan beberapa mekanisme pelajaran dan perubahan peraturan di asrama tersebut, CEO kaya raya itu membacakan daftar nama beserta kamar para siswa di asrama Golden High yang baru.
Brittany langsung memeluk Alicia saat namanya mendapat kamar yang sama dengannya. Dan bisa dipastikan, keduanya akan tinggal di kamar yang sama sampai semester akhir nanti.
Kamar 20, lorong 001.
Semua orang tampaknya memilih mendengarkan pesan dari seorang Wilson Blake dengan saksama saat nama mereka mulai dipanggil satu-persatu.
Tapi tiba-tiba suara benturan keras terdengar dari arah belakang.
Pintu hall utama baru saja dibuka paksa oleh seseorang hingga daun pintunya bertubrukan dengan dinding-dinding di belakangnya. Menimbulkan bunyi gebrakan yang mampu menarik perhatian semua orang untuk melihat ke sumber suara.
Seorang siswa laki-laki berdiri di ambang pintu, dengan peluh berjatuhan di pelipisnya dan bibir pucat yang sedikit gemetaran. Jari-jemarinyapun bahkan terlihat bersimbah darah, sementara pakaiannya terlihat lembab karena keringat di tubuhnya sendiri.
Ia kemudian menatap lurus ke arah Mr. Wilson dan menarik napasnya kuat-kuat, sebelum akhirnya berkata,
"ADA MAYAT DI LORONG, sir!" pekikknya panik.
Suaranya yang menggema di ruangan hall yang hening, terdengar bak petir di siang bolong. Ia lalu hanya bisa meneguk salivanya berat dan memegang tembok putih di sebelahnya kuat-kuat; berusaha bertahan agar tubuhnya tidak tumbang.
Tapi tubuh itu terlalu lemah untuk bertahan. Saat tubuhnya terjatuh karena lemas, disitulah semua orang baru tersadar dengan apa yang sedang terjadi.
Guru-guru atau disebut juga para petinggi langsung membantu anak itu untuk bangun. Sementara CEO Golden Group bergegas menuju ke lorong. Bahkan demi keamanan, tangan keriput itu tidak lupa menekan nomor polisi dan medis kepercayaannya saat menuju ke TKP.
Seisi ruangan yang panik, berhamburan meninggalkan hall dan membuntuti para petinggi ke lokasi kejadian.
Namun Alicia memilih tetap di tempatnya saat Brittany terus memaksanya ikut. Ia tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang mengerikan seperti itu. Ia tidak lagi memiliki keingintahuan pada kematian.
Disaat semua orang meninggalkan hall untuk memecah rasa penasaran mereka, Alicia justru duduk termenung di kursinya sendirian. Ia menatap podium yang ditinggalkan sang CEO secara mendadak dengan gusar.
kenapa ia harus menemui kematian lagi di tempat barunya.
Ponsel di saku ranselnya tiba-tiba bergetar, membuat Alicia tersadar dari asumsi-asumsi fana yang dibayangkannya sendiri.
Keningnya berkerut tatkala menemukan nomor asing mengiriminya pesan. Sebuah pesan ganjil yang membuatnya membulatkan kedua matanya seketika.
.
.
."Kau bisa lari dari masa lalumu, tapi tidak akan bisa lari dari kematianmu." -Unknown number.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOMATE : SECRET SERIES (TAMAT)
Mystery / ThrillerAlicia memiliki kemampuan mendikte kronologi pembunuhan. Terutama, saat pembunuhan berantai terjadi di asramanya yang baru. Dibantu seorang detektif tampan bernama Nicholas Gray dan anak pemilik asrama, Ace Blake. Mungkinkah pelaku adalah salah satu...