Maha-Neji

594 60 9
                                    

Setelah ritual pernikahan selesai, Toneri pulang Ke Hyuuga dengan hati gundah. Sementatra Sai membawa istrinya dan keempat saudaranya menuju Senju. Mereka disambut Mikoto, Madara dan Mito saja. Hashirama dan Tobirama menunggu mereka di pengadilan karena marah luar biasa.

Hashirama tidak menyangka kalau kezaliman akan dilakukan oleh putra keponakanya yang paling sulung, yang paling ia sayang, yang paling luhur budinya, yang jika diibaratkan ia bagai batu putih yang diturunkan dari atas langit.

Orochimaru dan Kabuto sudah memasang wajah kemenangan yang kentara. Itachi juga bersorak senang untuk temannya yang akan menggantikan posisi Sai sebagai putra mahkota di Senju.

Para Izauna dan istri mereka masuk ke pengadilan bersama Mikoto, Mito dan Madara. Mereka, yakni Izauna dan istri memberikan salam. Keenamnya menghadap raja, berdiri takjim. Sementara Madara, Mito dan Mikoto duduk di tempat yang biasanya menjadi stan mereka.

"Kebodohan macam apa ini, Putra Izuna?!" Tobirama langsung membalas sapaan mereka dengan cercaan dari atas singgasananya.

"Jika ini disebut kebodohan, maka apa sebutan bagi anak durhaka, Paman Raja?" Sai membalas tenang.

Sebutan bagi anak durhaka ya anak durhaka. Apa ada sebutan lain? Tidak mungkin jadi Malin Kundang, 'kan sebutannya?

"Apa maksudmu, putraku Sai?" Hashirama bertanya lembut. Ia memang tidak bisa membentak sulung Izuna karena kasih sayangnya yang begitu besar.

Chouji maju satu langkah. Menggantikan Sai kakaknya, ia menjelaskan alasan menikahnya Ino dengan semua putra Izuna.

"Itu tetap kesalahan!" Hashirama membantah. "Dan kesalahan itu karena kalian, Izauna! Kenapa kau dan saudara-saudaramu ikut menarik panah untuk membantu Sai?"

Mereka tertunduk. Hashirama adalah tetua Senju yang adil. Ia tak menyalahkan Ino melainkan lima cucunya yang istimewa, walau sebenarnya Sai tidak ia sebut berbuat salah.

"Lihat karena ulah kalian! Sai terpaksa melepaskan jabatannya sebagai Putra Mahkota. Bodohnya kalian!" Hashirama masih berapi-api mengeluarkan isi hatinya.

Orochimaru dan Kabuto tertawa lebar, mengejek. Demikian saudara Kabuto yang lain ikut tertawa terpingkal-pingkal, kecuali Kakashi dan Shino. Sementara Itachi tersenyum sinis.

Tiba Sai yang melangkahkan satu kakinya. "Jika demikian keputusan Kakek Agung Hashirama, maka aku menerimanya."
Ia membungkuk, manaruh hormat pada kakek yang sudah mengurusinya dan adik-adiknya, menggantikan peran Izuna sebagai figur ayah. Hubungan Izauna dan Hashirama itu istimewa.

"Dan kalian tidak diperkenankan lagi tinggal di istana ini. Maafkan pamanmu ini, Nak. Bukan aku tidak berlaku adil pada putra-putra adikku. Inilah tradisi." Tobirama menyambung, ada nada tak suka ketika ia berbicara pada anak saudaranya. Ia memang sangat tidak menyukai perbuatan Izauna. Maka itu ia marah.

"Lalu, di mana anak-anakku akan tinggal, Kakak?" Mikoto refleks berdiri dan bertanya langsung pada raja Senju itu.

"Mikoto ...," Tobirama berkata lembut. Tak lagi emosi seperti yang ia tujukan pada putra Mikoto tadi. "Aku sudah memikirkan ini. Daerah Uchiwa yang pernah Izuna minta pada Ibu Suri Mayumi akan kuberi pada putra-putramu, Adik Ipar."

Mikoto tidak terima. "Di sana ular Aoda berkuasa. Bagaimana kalian bisa berbuat demikian?!"

"Kesalahan mengakibatkan hukuman, Mikoto. Jadi anggaplah ini seperti itu." Tobirama masih setia berbicara lembut pada istri dari adiknya.

Mikoto terdiam. Sesungguhnya dia juga marah akan keputusan Izauna yang tidak biasa ini.

"Kami menerimanya, Paman." Sai menanggapi tegas.

THE GRAND CLANS OF KONOHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang