MULAI GANGGUAN #3

500 95 15
                                    

Kendaraan yang mereka kendarai sudah sampai kampus, mobil Stefan kacanya terbuka tapi para penumpangnya masih tertidur pulas di dalam mobil.

"aaaaaa"

"apa apa kenapa kenapa?" Stefan gelagapan bangun, Arnold yang tidur disebelahnya juga langsung membulatkan matanya, mereka turun dari mobil dan menuju arah bagasinya. Disana ada gresia dengan wajah panik karena kopernya terbuka dan tidak ada isinya.

"kenapa sih? Itu kenapa?" tanya Arnold

"gatau, koper gue gak ada isinya"

"tadi beneran udah lo beresin barang lo dari vila?" tanya Stefan

"udalah, semuanya udah gue bawa. Tapi kok ilang sih, tiba-tiba gue bangun gue liat koper gue udah kebuka dan posisinya dibawah gini"

"jangan jangan...."

"apa deh" gresinya menatap Arnold kesal

"lo inget gak hantu yang kita liat ngobrol sama Stefan? Jangan-jangan dia lagi"

"serius hantu bias ganggu sampai kayak gini?" tatap mereka berdua ke Stefan

"apaan sih, udahlah beli lagi aja" Stefan meninggalkan mereka, "Arnold turunin koper lo, gue mau pulang" teriak Stefan dari jok depan.

****

Seharian Stefan tidur pulas sampai pagi, dirumah ini ia tinggal sendiri, hanya dengan pembantu yang datang hanya untuk beres-beres dan menyiapkan sarapan.

"aww pusing banget kepala gue" Stefan duduk diatas kasurnya, jam menunjukkan pukul 7 pagi. Setelah mengecek notif handphone ia turun ke lantai 1, ia melihat bibi menyiapkan makanannya

"pagi den"

"pagi bi, oh iya. Tolong cuciin baju kotor dikamar saya ya bi, semalem udah saya pisah-pisahin" bibi mengacungkan jempolnya, dimeja makan banyak makanan dan tersedia dua piring. "enak nih" Stefan langsung mengambil satu buah dada ayam goreng serundeng dan melahapnya, bibi setelah membereskan meja lansung bergegas ke atas. "bi, makan dulu aja. Nyucinya abis makan"

"saya udah den"

"terus kenapa piringnya dua?"

"kan satunya temen den Stefan"

"temen?" Stefan membulatkan matanya

"itu, pagi non" Stefan mengikuti mata bibi, ia melihat ke lantai atas, disana ia melihat wanita dengan pakaian putih lusuh, rambut panjang dengan mata biru

"aaaa" Stefan terjengkang dari kursi masih dengan dada ayam dimulutnya, "puihh" ia melepaskannya

"deh den, den Stefan gapapa" bibi membantunya berdiri

"bi...bii, bibi bias liat dia?"

"bisalah den, bibikan udah pake kacamata dari den Stefan" Stefan masih menatap gadis itu heran. Tatapannya dingin ke arah Stefan, "yaudah bibi nyuci ya den. Non silakan sarapan dulu" katanya menatap gadis itu dengan senyum

"bibi bisa liat, terus kalua bukan hantu dia apa? Dia bias ngikutin gue sampe sini kalau bukan hantu terus apa?" Stefan masih terus memutar otaknya, ia memang memiliki kelebihan dengan melihat hal-hal aneh, dia juga sering susah membedakan antara manusia dan bukan, tapi untuk kali ini, anehnya bibi yang orang normal juga melihat hal yang sama, ketika Stefan yakin bahwa gadis itu bukan manusia.

Stefan memandang gadis itu lagi, tatapannya masih dingin. Tiba-tiba gadis itu terbang ke arahnya, ya terbang, dengan gaun yang menyibak lengkap dengan rambutnya yang hamper menutupi wajahnya dan dengan 2 bola mata berwarna biru. Leher Stefan dingin, kedua tangan gadis itu sudah mengunci leher Stefan masih dengan posisi ia terbang di atas Stefan.

"sory sory, aarrggg....aaarggg lepasin sory" Stefan berusaha bernafas, ia memegang tangan dingin itu, dan berusaha melepaskannya,

Brakkk.....

Tubuh Stefan terdorong keras dan menabrak almari, sampai vas-vas bunga diatasnya jatuh dan pecah...

"aaawwww" ia memegangi kepalanya, ada darah dari pelipisnya, "baru kali ini, 'mereka' bias nyentuh gue" tatapnya ke arah si gadis, ia sekarang sudah berdiri diatas lantai. Menatapnya kosong dengan mata biru, ia berjalan pelan-pelan ke arah Stefan, "aaaw, apaan lagi ini" katanya lirih, "gadis itu tepat di depannya, "sory. Gue minta maaf udah ninggalin lo, gue gabisa ajak lo, kita beda"

Prakk... sebuah lukisan dibelakang Stefan jatuh dan mengenai lengan kanan Stefan...

"aww" rintihnya lagi, dan ia mulai lemas. "gue minta maaf banget, gue gabisa bawa lo"

"den Stefan" bibi yang masih ditengah-tengah anak tangga sambil membawa pakaian kotor Stefan panik melihat tuannya terduduk lemas dengan darah dikepalanya, gadis itu berputar balik dan menatap bibi dengan tatapan dingin, "deeeenn" ia berlari ke arah Stefan, gadis itu mulai melangkahkan kakinya

"bi jangan bi" dengan sekuat tenaga Stefan berdiri dan memegang lengan gadis itu, benar saja, ia bisa memegangnya. Ia menarik gadis itu kebelakang tubuhnya, "gapapa bi"

"den aden kenapa? Aduh non kalau berantem jangan kayak gini, dia siapa sih den? Saya telfon ke tuan besar ya den, aden perlu dibawa kerumah sakit"

"jangan bi jangan, jangan telfon orang rumah" ia meras yuki berusaha melepaskan tangannya dan Stefan kembali mencoba mencengkramnya dengan erat dan berusaha tetap menempatkan gadis itu dibelakang tubuhnya, ia harus melindungi bibi itu.

"tapi itu berdarah den, dia siapa sih den? Kok tega giniin aden"

"dia..diaa...dia pa..pa..pacar saya bi"

"pacar? Saya belum pernah liat dia tapi den"

"baru main kesini, dia pacar saya dan ia marah sama saya, memang saya yang salah bi, gapapa, udah bibi tenang aja, saya gapapa. Dan tolooooong banget, bibi jangan telfon orang rumah dan jangan bilang ada dia disini, bibi bisakan janji sama saya?"

"tapi den..."

"bibi tenang aja, dia gak jahat, saya aja yang salah. Yaudah bibi sekarang pulang aja, nyuci bajunya besok gapapa"

"beneran aden disini sendiri?"

"iya bi gapapa" gadis itu menatap bibi dengan kosong dan bibi juga menatapnya dengan tatapan kesal, bibi pergi dan gadis itu kembali menatap Stefan setelah mereka berhadap-hadapan.

"aww" ia memegangi kepalanya lagi, "gue salah, lakuin apa aja ke gue, tapi jangan ke bibi" matanya mulai bersinar lagi dan Stefan kembali terdorong, tubuhnya menabrak ke sofa, untungnya. "awwww" gadis itu berjalan dengan cepat mendekatinya, Stefan memejamkan matanya, bersiap-siap.

"kenapa kamu berbohong?" Stefan membuka matanya pelan, gadis itu duduk di depannya dengan dua kaki menyila, mata birunya mulai meredup, seperti kemarahannya mulai berkurang, "aku sudah menunggumu, tapi kamu meninggalkanku. Padahal aku pernah menolongmu, tapi kenapa kamu membohongiku?"

"ma..maaf" tatap Stefan masih sambil meringis, "aku gak tau kamu siapa, aku..."

"aku yuki, kamu Stefan, kita sudah berkenalan di pulau. Kenapa kamu bilang kamu tidak mengenalku?"

"maksudnya... aku gatau kamu dari mana, terus mau ngapain ikut aku, jadi aku gabisa bawa kamu, aawww"

"maaf" tatapnya, gadis itu memegang kening Stefan tempatnya berdarah, dan memejamkan matanya sebentar, Stefan merasa sentuhannya dingin. Gadis itu melepaskan tangannya.

"kamu, ngilangin rasa sakit aku lagi?" memegang darahnya masih ada, tapi saat Stefan sentuh, kepalanya tidak merasakan sakit lagi. Gadis itu mengangguk.
"terus sekarang, kamu udah di kota, kamu mau ngapain lagi?"

"mau pulang"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Human Please !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang