Bagian 6

12K 1.1K 84
                                    

Kini Sarada berada di rumah sakit dengan infus yang melekat di lengan kirinya. Menma hanya memandang sedih keadaan adik tirinya.

Drrrtttt..

Ponsel Menma yang berada di saku celana kanannya bergetar. Kemudian ia segera mengambil ponsel tersebut dan membuka pesan Whats app dari temannya. Ah, hanya foto. Menma menatap sebentar foto temannya. Kemudian matanya melihat sesosok yang ia rindukan di dalam foto tersebut. Tepatnya di belakang temannya yang sedang melakukan selfi. Matanya membola. Apa ini hanya kebetulan? Ataukah takdir?

Menma segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan hendak menemui sosok tersebut. Sebelum ia pergi, ia meminta izin kepada Sarada walaupun Sarada masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dan setelah itu ia berlari ke tempat tujuannya. Ia tidak perlu bertanya di mana tempat temannya berada. Karena ia tahu di mana tempat itu melalui background foto tersebut. Airmata Menma mengalir. Sebentar lagi.. Ya, sebentar lagi..

Di tempat lain tepatnya di taman, Naruto sedang duduk di tikar sambil bermain dengan Himawari di pangkuannya. Himawari tertawa dengan lelucon yang mamanya berikan. Sedangkan Shikamaru hanya tersenyum melihat interaksi ibu dan anak tersebut. Kemudian matanya teralihkan memandang Shikadai yang sedang menatap bosan sekitarnya.

"Ada apa Shikadai? Kau tidak suka dengan tempat ini?" Tanya Shikamaru pada anak sulungnya.

"Apa papa tahu hal kedua yang tidak kusukai setelah kakek dan nenek yang sering memelukku?"

Shikamaru menaikkan salah satu alisnya.

"Apa itu?" Tanya Shikamaru penasaran.

"Keramaian." Jawab Shikadai dengan nada datar.

Shikamaru menghela nafas. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Dulu ketika dirinya masih bocah juga sifatnya mirip dengan anak sulungnya. Naruto tersenyum menatap keduanya. Kemudian salah satu tangan Naruto menyentuh pipi kanan Shikadai.

Blushhhh

Wajah Shikadai seketika memerah. Kemudian ia segera bangkit dan berdiri untuk menghindar dari sentuhan mamanya.

"A-apa yang mama lakukan?!"

Shikadai bertanya dengan punggung tangan yang menutupi wajah merahnya. Dan bola matanya melirik ke sana ke mari agar tidak bertemu pandang dengan mamanya. Naruto tertawa terbahak melihat reaksi Shikadai.

"Sayang, kau ini masih kecil.. Salahkah jika mama menyentuh pipimu?" Ucap Naruto dengan nada dibuat sesedih mungkin.

"Si-siapa yang anak kecil?! Aku sudah besar, mama!!"

Tak jauh dari Naruto berada, terlihat Menma yang kelelahan karena habis berlari. Dipandanginya wajah mamanya dengan tatapan matanya yang penuh akan kerinduan. Kemudian dilangkahkan kakinya secara perlahan menuju tempat mamanya berada.

"Mama.."


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻


Sasuke memandang laut di hadapannya. Ia sangat frustasi akan kehidupannya. Harusnya dulu ia tahu bahwa Sakura itu seorang jalang. Andai dulu ia tidak secepat itu untuk memilih keputusan.. Ahh.. Semua sudah terjadi. Apa sekarang ia boleh mengatakan untuk menyesal? Ya, ia beribu-ribu menyesal.

"ARGGGHHHH...!!"

Sasuke berteriak untuk menghilangkan rasa frustasinya. Setelah itu ia menangis sejadi-jadinya. Biarlah.. Biarlah ia menangis.. Ia tidak malu jika ada yang melihatnya menangis saat ini.


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻


Naruto memandang tidak percaya siapa remaja di hadapannya. Shikamaru yang melihat utu segera mengambil Hinawari dari pangkuan Naruto. Sedangkan Shikadai menatao bingung ibunya dan seseorang yang tidak ia kenal.

JANGAN PISAHKAN AKU DENGAN IBUKU (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang