Terik matahari membakar ubun ubun peluh keringat mengucur dari dahi membasahi hingga pelipis membuatku merasa risih sekali ditambah dengan rasa gatal yang tiba tiba menyerang
"Tahan tahan"
seru batinku dalam hati. Namun tidak, rasa gatal ini sangat merangsang akhirnya ku beranikan diri mengusapnya dengan sebelumnya menengok ke kanan ke kiri depan belakang memastikan posisi aman.
" Posisinya apa!!"
Suara gertakan keras nan lantang terdengar jelas dari arah belakangku, ku tahu pasti itu kakak senior yang sedang patroli di barisan belakang.
Kupikir dengan mengambil posisi baris paling belakang adalah posisi yang aman. Namun nyatanya tidak justru ini posisi menyeramkan karena ada senior menyebalkan ini yang hobinya patroli nyari kesalahan juniornya"Siap kak"
jawabku segera kembali berdiri tegap menghadap depan
" Kalo siap posisinya gimana"
gertaknya lagi. Ku biarkan saja tak ku jawab, karna kalau menjawab pun hanya gertakan lagi yang pasti ku dapat meskipun kita melakukan pembelaan dan itu benar tetap saja junior pasti yang salah karna seorang senior memiliki dua pasal, yang pertama senior tidak pernah salah dan pasal yang ke due kalau senior salah kembali ke pasal satu Senior tidak pernah salah! Aturan macam itu,gak bermutu,aku gak suka, lihat saja aku akan mengubahnya!
~Satria Aji~
Dulu dia adalah kakak seniorku yang sangat menyebalkan tapi tiba tiba dia menjelma menjadi seseorang yang membuatku rela begadang tengah malam demi sebuah chat darinya. Dialah orang yang selalu membuatku merindu, dialah orang yang memberiku bukti bahwa rindu itu candu.
.
.
.
Hayy gaes selamat membaca ceritaku yahh, masih absurd soalnya cerita pertama
Mohon kritik dan saran yang membangun yah..
Dan aku sangat berterimakasih pada kalian yang mau baca ceritaku ini apalagi + vote , terlebih lagi vote dan coment :) .
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu Rindu
Teen FictionRinduku yang terbendung hanya dapat ku ceritakan pada Tuhan lewat sujud panjangku tiap malam, dan melalui tulisan yang ku rangkai menjadi sebuah sajak dan tersimpan dalam album bernama kenangan