Dulu
saat kulihat cakrawalaku,
Senyum dari sang surya cerah menyapakuKini
saat kulihat cakrawalaku,
Surya bercahaya, tetapi aku melihatnya suramDulu
Saat kulihat cakrawalaku
Warnanya indah, seindah lazuardiKini
Saat kulihat cakrawalaku
Hanya abu-abu yang ada di matakuDulu
Saat kulihat cakrawalaku
Burung mau berkicau menemani keriangankuKini
Saat kulihat cakrawalaku
Semesta ikut mengacuhkankuDulu
Saat kulihat cakrawalaku
Dia balik menyapaku
Entah itu dengan pelangi indahnya,
atau dengan suara rintik hujan yang menenangkan,
atau dengan bintang-bintang malamKini
Saat kulihat cakrawalaku
Seolah dia enggan untuk kulihat
Seolah dia enggan untuk kukagumi
Seolah dia enggan untuk tahu jika aku ada
Seolah dia enggan untuk menjadi tempat pelampiasan segala lara, tempat bahagiakuCakrawalaku,
Apakah dia tahu aku kagum padanya
Apakah dia tahu aku tergila-gila padanyaJika, iya...
Kenapa tidak dia biarkan saja aku mengaguminya,
biarkan aku tenggelam dengan sajak manis ku tentangnya,
biarkan aku bereaksi gila pada hal kecil yang dibuatnyaKenapa cakrawalaku berubah?
Kenapa?
Apakah aku tidak pantas berimaji, menggila mendeskripsikan cakrawala
Apakah aku tidak sepantas itu untuk sekedar ingin mengaguminya dan tenggelam dengan segala keindahannya-Bandung, 3 November 2018
Di siang hari yang kelam***
Author note : ABIS UJIAN CAPE BANGET ASDFGHJKL KZL