NODUS TOLLENS [3]

288 28 3
                                    


Segalanya terlihat lebih mudah jika Chanyeol berperan seperti selayaknya. Diam dari awal sebagaimana dirinya, dan tidak peduli. Entah mengapa Baekhyun lebih nyaman dengan hal itu.

"Bersiap-siaplah, jam enam kita pergi ke Perancis."

Bukannya dengan menepati janjinya.

"Dia pasti bercanda." Baekhyun hanya bisa berbisik. Menjauhkan mangkuk kentang yang berada di pangkuannya. Selera makannya hilang seketika.

"Aku tidak menerima penolakan."

Chanyeol menemukan Baekhyun mengerjap beberapa kali. Pasti gadis itu tengah berpikir.

Untuk menolak.

Bagaimana Baekhyun mengatakannya?

Kau bisa bayangkan pulang larut jam dua dini hari dan berkata akan melakukan perjalanan pada empat jam setelahnya.

Baekhyun heran bagaimana cara kerja lelaki itu. Tidak. Ini bukan saatnya mengomentari Chanyeol walau terlihat menarik karena pria itu tak kehilangan ketampananya walau sadar atau tidak sadar beberapa hari ini membuat Chanyeol memiliki mata panda.

"Aku..."

"Kau harus ikut."

Setelahnya Chanyeol berlalu. Mengambil langkah sebanyak mungkin untuk enyah di hadapan Baekhyun.

Kalimat Chanyeol membuat Baekhyun tak bisa tidur. Rupanya ajakan ringan dari suaminya mampu membuat Baekhyun mengulangi hal sama seperti saat Chanyeol mengajaknya menikah beberapa bulan lalu.

Dua kejadian yang sama, pelaku sama namun dengan rasa yang berbeda.

Apa Chanyeol berusaha merubah keadaan untuk menjadi lebih baik?

Untuk sejenak hati Baekhyun terasa hangat.

Namun kilas balik sebelumnya membuat senyuman tipis dan harapannya luntur. Chanyeol hanya tak mau ambil pusing setelah mengatakan beberapa hari yang lalu kepada Ny. Byun.

Jadi yang mana?

Jika Byun Sooyeonlah alasan bagi Chanyeol, pria tersebut tak perlu bersusah payah untuk menepati janjinya. Baekhyun punya kemampuan mengarang cerita jika Chanyeol menginginkan itu.

Dan sial, dua jam Baekhyun habiskan dengan bergelung di kasur tidurnya. Dan jam empat adalah waktu yang tepat untuk berkemas juga bersiap.

Tapi haruskah?

Oke, pikirkan kata itu.

Perancis. Paris. Menara Eiffel.

Kalaupun di sana Chanyeol membuangya Baekhyun bisa berjalan untuk pergi ke Menara Eiffel.

Rasanya seperti ini kesempatan terakhir.

Sekali seumur hidup.

Ck, Baekhyun bergegas saat itu juga. Mendesah kesal pada dirinya sendiri yang terlalu gampang untuk terbuai dengan negara fashion dunia itu hingga melupakan perangai di baliknya.

Hei, Baekhyun bersumpah ia tidak akan menyesal jika Chanyeol benar-benar membuangnya.

Jam lima lebih beberapa menit. Baekhyun melangakah menuju dapur untuk mendapatkan kudapannya. Kripik kentang yang tadi ia abaikan terdengar tidak buruk untuk dibawanya sebagai bekal. Rasanya begitu tak tega jika membiarkannya beberapa hari di rumah tanpa ada yang menyantap.

Ya, itu hanya akal-akalan Baekhyun.

"Pastikan ia tidak lari."

Baekhyun menghentikan langkahnya sebelum menuju anak tangga. Chanyeol dengan koper di sampinya sambil menghisap ujung rokok di tangan kanan.

Nodus TollensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang