"It's fine even if it's everyday"
-----
Kelas berakhir begitu cepat bagi Nami, karena seluruh anggota kelas menerimanya dengan sangat baik. Bahkan Nami sudah mempunyai seluruh kontak teman sekelasnya.
Tapi mungkin berbeda bagi Jimin, setelah sesi perkenalan ia hanya duduk membaca buku dan memperhatikan guru.
'Gimana lo bisa punya temen kalo lo dingin gitu' batin Nami melirik kearah Jimin
"Gue ga langsung pulang, mau pergi ke suatu tempat dulu. Lo balik sendiri ya?"
Jimin yang merasa diajak bicara, mengalihkan pandangannya dari buku melihat Nami.
"Kau mau kemana?" Masih dengan nada dingin, Jimin balik bertanya pada Nami
"Kepo lo, udah ya gue pergi"
Nami melenggang keluar kelas meninggalkan Jimin sendirian.
-
-Tanpa basi basi Nami langsung meluncur dengan mobilnya menuju tempat favoritnya, dimana dia bisa menikmati keindahan yang sesungguhnya.
Ckit-
Nami menepikan mobilnya dan segera masuk kedalam cafe itu. Senyumnya sudah merekah tatkala dia membuka pintu cafe itu. Wajah tampan sang barista cafe membuat Nami semakin bersemangat untuk selalu mengunjungi cafe ini setiap hari
Tapi sayangnya, pengunjung hari ini cukup banyak. Tempat duduk favorit Nami sudah ada yang menempati. Bahkan sekarang Nami bingung hendak duduk dimana.
"Selamat sore, Mbak lagi cari tempat duduk ya?"
Nami mengagguk saat waitress cafe menghampirinya.
"Disana ada meja kosong, mbak mau yang disebelah sana?"
Sang waitress menunjuk meja kosong, iya meja itu memang kosong belum ada yang menempati. Tapi masalahnya, posisi meja itu terlalu dekat dengan tempat barista meracik pesanan. Nami tidak bisa terlalu dekat dengan barista itu, dia akan membeku karena grogi.
"Gimana mbak?"
"Em- iya dehh iya" dengan terpaksa Nami menerima tawaran sang waitres, karena tidak mungkin baginya untuk berdiri selagi meminum pesanannya.
Nami segera menuju tempat duduknya.
Pandangannya masih tertuju pada barista tampan itu.
'Apa dia selalu memasang wajah datar seperti itu?' batin Nami
Sedetik kemudian pandangan mereka bertemu.
Deg-
Dengan cepat Nami segera mengalihkan pandangannya kepada waitress didepannya.
Sebentar, tapi itu sukses membuat Nami benar benar beku."Mau pesan espresso lagi mbak?" seakan tau apa yang akan di pesan Nami waitress itu dengan yakin menebak orderan Nami.
Nami mengangguk pertanda bahwa dugaan waitress itu benar.
"Siap, apa hanya itu?"
"Tunggu, aku boleh nanya ngga mbak?" Nami memberanikan dirinya untuk bertanya perihal sang barista
"Tentu saja"
"Barista cafe ini" Nami menunjuk sang barista yang sedang sibuk meracik kopi. "dia selalu masang wajah yang ngga ada ekspresinya gitu ya?"
Waitress itu tersenyum mendengar pertanyaan Nami sebelum menjawabnya.
"Barista? Maksud mbak pak Owner yang ganteng itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Different World | PJM | BBH
ФанфикBagaimana jadinya jika seorang bangsa peri menaruh hati pada manusia? Park Jimin dan Choi Nami terpaksa mencari mate mereka masing-masing di bumi demi menghindari perjodohan konyol yang diajukan sang Raja. ----- Park Jimin yang ketus dan dingin, m...