bab 1

28 0 0
                                    

Jogja, Januari 2017.

"Ibu, Liyana bukan berstatus gadis ibu. Alex bukan yang pertama. Dan Alex mau dia keluar dari rumah ini dan selamanya tolong jangan biarkan dia masuk rumah ini! ". Luapan emosi dari seorang laki-laki dengan tinggi badan 182cm tersebut kepada ibunya.

"...... "

"Ibu kenapa diem? Ibu tau kan maksud Alex?! "

"Ibu ndak ngerti nak maksudnya, ini ada apa? Kenapa seperti ini? Bicara baik-baik nak. "

Brakkk... (Suara pintu ditutup dengan keras).
Kemudian disusul bunyi deru mesin motor melaju. Pertanda Alex pergi dari rumah.
Sementara disisi lain. Ada seorang wanita menangis meraung atas apa yang baru saja terjadi.

5 jam sebelumnya..
"Ya, saya gak bisa pura-pura gak tau dengan apa yang ada didiri kamu. Saya gak tahan dengan ini. Saya ingin kita putus. " Alex menyugar rambutnya dengan kasar sebagai pertanda luapan kekecewaan atas kondisi wanita yang sudah hampir 2thn ini mengisi hari-harinya.

"Saya ngerti mas, saya minta maaf kalau saya tidak sesuai dengan harapan mas. Tapi apa tidak ada jalan lain selain putus. Saya belum siap untuk itu mas". Derai air mata terus saja mengalir di pipi perempuan dengan kulit sawo matang tersebut.

Perdebatan pun tak kunjung reda. Sampai Alex kalap dan mencoba menyakiti Liyana secara fisik.
Buk buk... Suara pukulan dan tendangan dari Alex pada Liyana.

" Ampun mas, ampun. Ba-baik mas, baik. Saya mau kita pisah asal mas ngomong sama ibu. Saya gak tega kalau saya yang harus menyampaikan ini. Mas tau kan kalau ibu mas sudah saya anggap seperti ibu kandung saya sendiri? ". Dengan sisa-sisa tenaga akhirnya Liyana angkat bicara.

" Baik. Saya akan bicara dan saya pastikan ibu juga tidak akan respek lagi sama kamu!".

Flashback off.

Liyana pov...
Baiklah kalau emang mas Alex ingin saya pergi dari sini. Saya sadar bahwa hubungan ini juga sudah salah. Bagaimanapun sebuah hubungan harusnya tidak berjalan atas dasar nafsu dan obsesi. Dan saya rasa, saya harus belajar ikhlas dengan semua ini.

Perlahan Liyana bangkit dari posisinya yang sedari tadi terduduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya. Liyana berdiri dan membuka lemari kemudian Liyana segera merapikan barang-barangnya dan memasukkan kedalam tas. Dengan langkah terseok dan berteman sisa-sisa air mata tanpa menghiraukan sakit pada sekujur tubuhnya, Liyana berjalan kearah ruang keluarga dimana ada bu Lusi disana sedang mencerna kalimat emosi dari anak sulungnya.

"Bu, maaf Liyana pamit. Maaf kalau Liyana ada salah sama ibu dan keluarga ini. Liyana harap ibu dan bapak serta adik-adik mau memaafkan Liyana. " Lirih Liyana menyampaikan maksudnya kepada ibu Alex.

"..... " Bu Lusi masih diam, karna sesungguhnya masih mencerna semua keadaan yang sedang terjadi ini.

"Liyana pamit bu, assalamu'alaikum". Liyana meraih tangan bu Lusi dan mengecup punggung tangannya.

" Tunggu! ". Akhirnya bu Lusi angkat bicara dan menghentikan langkah Liyana.

" Bisa jelaskan sama ibu dengan apa yang sebenarnya terjadi? Ibu ndak paham maksud kalian apa. Tiga bulan yang lalu kalian bilang sama ibu dan bapak kalau kalian akan menikah. Ibu sama bapak dukung. Tinggal nunggu dokumen dari kamu yang belum lengkap. Dan karena itu, ibu sama bapak juga udah suruh kamu sedikit demi sedikit bawa barang-barang kamu kerumah ini. Lah trs kok tiba-tiba malah bilang mau putus. Kalian gak mikirin ibu sama bapak? Terus apa kata tetangga?". Kalimat panjang lebar bu Lusi.

"Satu lagi, maksud Alex tadi bilang ke ibu kalau Alex bukan yang pertama apa Ya? ". Tambah bu Lusi.

"....... " Liyana masih bingung harus mulai berbicara dari mana. Karena semua itu adalah hal yang sangat hina untuk dibicarakan.

Sincere And Dissapointed (True story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang