bab 2

2 0 0
                                    

Februari 2018.
Kos Liyana...

Liyana masih sama, masih larut dalam kesedihan dan keterpurukan. Tak ada semangat dalam dirinya. Dia sendiri.
Ya, Liyana memang benar-benar sendiri setelah semua teman dan sahabatnya dia tinggalkan satu demi satu demi Alex. Masih ingatkan bahwa Alex begitu protektif terhadap Liyana? Ya, meski itu dulu beberapa bulan yang lalu sebelum semua berubah seperti sekarang.
Selain teman dan sahabat, Liyana juga berhenti dari pekerjaannya sebagai Fronliner di sebuah rumah kecantikan khusus wanita. Alasannya juga sama, Alex melarangnya. Bagi Alex, semua harus sesuai kehendaknya. Alex tak ingin ada secuil saja kesempatan bagi Liyana untuk mengkhianatinya.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus mencari kerja lagi. Tapi aku rasa aku juga sudah mulai nyaman bekerja secara online seperti ini. Apa aku tambah lagi dengan terima layanan COD ya biar aku ada kegiatan.
Batin Liyana bermonolog. Namun tiba-tiba saja Liyana mual. Dan mual ini sudah Liyana rasakan 2bulan belakangan. Meski awalnya tidak separah beberapa minggu ini.

"Hoek hoek... ". Liyana memuntahkan apa saja yang ada di perutnya sore itu.

Seketika Liyana sadar bahwa ada yang salah dengan dirinya. Liyana melihat pantulan dirinya dicermin dan dia semakin sadar bahwa ada yang berubah pada dirinya. Tubuhnya kurusan namun bagian perut Liyana tidak. Terlihat bagai busung lapar.
Liyana langsung membuka aplikasi kesehatan dalam ponsel berlogo apel digigit miliknya. Liyana mengecek jadwal rutin menstruasi nya. Dan dia begitu syok melihat 4lembar jadwal yang seharusnya terisi masih kosong.

Liyana panik dan segera menyambar jaket beserta kunci motornya. Dia langsung pergi ke sebuah klinik khusus dokter kandungan.

Setelah mengantri dan mengisi form pendaftarannya, Liyana duduk pada bangku tunggu pasien. Ada rasa was-was dalam dirinya. Antara takut dan bingung. Ditambah lagi tadi dalam formulir yang di isinya, Liyana asal menyertakan nama Alex sebagai suaminya. Liyana benar-benar kalut sekarang. Dia butuh seseorang, lebih tepatnya butuh Alex disisinya.

" Nyonya Liyana Saridewi". Ucap perawat memanggil nama Liyana dan tersenyum sambil memberikan arahan agar Liyana masuk ke ruang periksa.

"Selamat sore ibu Liyana, ada yang bisa saya bantu?". Ucap laki-laki yang Liyana yakini adalah dokter di klinik ini. Liyana tak begitu memperhatikan siapa dokter tersebut.

" Eh- i-iya dok, jadi begini... ". Liyana menjelaskan dengan detail apa yang dia rasakan dan tentu dengan menjelaskan juga bahwa sudah hampir 4bulan ini Liyana tidak mendapatkan menstruasinya.

" Baik bu mari sebelum saya periksa, terlebih dulu ibu bisa tes urin. Ibu bisa ikuti perawat tersebut". Arahan dokter kandungan itu seraya tersenyum.

"Mari bu silahkan ke toilet. Dan ini alat tampung urin ibu. Ibu bisa skalian ganti juga celana ibu dengan kain ini agar nanti dokter bisa lebih mudah untuk memeriksa ibu". Perawat yang Liyana tidak tau namanya itu membimbing Liyana masuk ke toilet dan memberikan arahan apa saja yang harus Liyana lakukan.

Serangkai pemeriksaan sudah Liyana lakukan. Seketika rasa bingung skaligus bahagia membuncah menjadi satu.

Liyana menebus obat dan segera kembali ke kos. Liyana butuh ruang untuk dirinya saat ini.

Dalam rasa yang masih begitu sulit untuk dipahami oleh Liyana sendiri. Tiba-tiba saja pintu kosnya terbuka. Sosok Alex datang dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.

Masih terlintas kekerasan yang Alex lakukan bulan lalu, Liyana kembali merasa takut pada Alex. Segera Liyana memasang mode siaga. Liyana gak mau terjadi sesuatu dirinya terlebih ada nyawa baru yang harus ia jaga.

" Ikut saya kerumah. Bapak dan ibu mau bicara dengan kita". Kalimat tegas bagai sebuah perintah yang menentang untuk dibantah.

"Tat- tapi... Buat apa? Saya gak mau mas. Saya sudah ikhlas melepas kamu. Lain waktu saja saya kerumah ibu dan bapak". Meski pada awalnya terbata, namun akhirnya Liyana sanggup mengutarakan apa yang dia mau. Sungguh Liyana takut terjadi sesuatu hal buruk. Saat ini Liyana hanya ingin fokus menjalani hidupnya sendirian. Liyana sudah mulai ikhlas dengan keadaan. Terlebih sekarang ada janin dalam rahim nya yang tentu saja menjadi alasan dan tujuan baru bagi Liyana untuk tetap hidup.

" Gak ada penolakan. Ayo!". Alex segera menyeret Liyana untuk ikut bersamanya.

Tidak lebih dari 20menit mereka sudah sampai dirumah Alex. Dan benar saja, orang tua Alex sudah menunggu mereka di ruang tamu.

"Assalamu'alaikum". Suara lirih Liyana mengucap salam.

" Walaikumsalam. Sini kalian berdua duduk. Dan jelaskan apa yang terjadi pada kalian. Bapak tidak mau basa-basi". Suara lantang pak Nano membuka pembicaraan.

Alex selalu seperti ini. Dia memasang mode silent ketika berhadapan dengan orang tua nya. Dan Liyana tidak tau harus menjelaskan semua yang terjadi dari mana. Liyana merasa lelah skaligus takut. Liyana tidak mau dianggap membela diri karena pada nyatanya Liyana memang salah. Selain itu Liyana juga takut pada Alex. Takut Alex kembali menyakitinya.

"Bapak bertanya. Jadi tolong jawab". Pak Nano kembali bersuara.

" Maaf Pak, Liyana sudah jelaskan semua pada ibu kemaren. Liyana sudah ikhlas melepas mas Alex. Dan Liyana minta maaf atas semua yang terjadi". Jawaban lirih Liyana.

"Cuma it... ".

Kring kring...
Suara HP Liyana menghentikan pak Nano yang ingin kembali bertanya. Liyana menaruh hp dalam tasnya dan kebetulan tas Liyana tadi Liyana taruh di dekat ibu Lusi, ibu Alex.

" Ibu ambilin ya Ya? ". Suara ibu Lusi.

Tanpa mengingat ada apa saja didalam tasnya, Liyana mengiyakan bu Lusi.

" Ini apa Ya? Kok ada cetak foto USG dan hasil tes peck? Ini atas nama kamu loh Ya". Ibu Lusi tak lagi menghiraukan HP Liyana karena toh HP sudah berhenti berdering. Kita beliau malah fokus pada kedua benda yang tanpa sengaja beliau temukan ditas Liyana.

"An-anu bu maaf, bisa Liyana minta itu bu. Itu bukan apa-apa kok". Liyana mencoba bertahan akan niatnya untuk menutupi semua itu dari Alex dan keluarganya.

Disisi kanan Liyana, tampak Alex mencoba mencerna situasi yang tiba-tiba saja terjadi.

Meski alot karena awalnya Liyana mencoba bertahan menyembunyikan, namun akhirnya semua terkuak. Alex dan kedua orang tuanya tau bahwa Liyana hamil dan hal tersebut dianggap sebagai pertanda bahwa Liyana dan Alex berjodoh. Tuhan menghadirkan janin dalam rahim Liyana sebagai tanda bahwa mereka tidak bisa berpisah. Itulah yang diyakini ibu Lusi.

Memang ada raut kekecewaan yang mendalam dari sorot ibu kandung Alex tersebut. Namun semua itu coba ditepis dengan keadaan Liyana yang tengah mengandung calon cucunya.
Bagaimanapun semua ini sudah menjadi jalan hidup yang harus dijalani meskipun semua ini jauh dari kata baik untuk memulai langkah yang diridhoi Allah.

Sincere And Dissapointed (True story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang