Tentang ku

15 2 0
                                    

Ada beberapa orang yang mengatakan hal ini kepadaku. "Tak apa. Semua orang tetap membanggakan mu walau kau tak mendapat sebutir pun penghargaan apapun. "

Tapi aku tak yakin. Aku yang terhilangkan dan semakin menghilang.
Mereka bercakap, aku tak mengerti apapun. Aku hanya seonggok daging yang tersudut. Dan semakin tersudut.

Sama seperti aku terhadap mu. Aku selalu tersudut. Bahkan untuk memenangkan hatimu saja, aku tak mampu.
Ribuan halaman kertas ku baca untuk meluluhkan hatimu. Bukan. Bukan hanya kamu. Tetapi mereka. Aku ingin menunjukkan bahwa akulah sang juara nya.
Namun mungkin aku memang tak mampu.

Biar ku jelas kan satu persatu.

Akan ku mulai dengan betapa terlihat bodohnya aku dihadapanmu. Bodoh memang. Menatap mu saja aku tak mampu. Apalagi bertegur sapa.
Entah pandanganmu yang sulit ku gapai.
Atau pandanganku yang terlalu tertutup dan malu-malu.

Lalu dengan kebodohanku itu, aku kalah telak. Hatimu terlanjur milik orang lain.
Aku tak ingin lancang dengan masih mengharapkanmu.
Yasudah tak apa. Aku menerima kekalahan ku dengan mutlak.

Lalu aku jelaskan bagian terkahir sekaligus menyakitkannya.

Aku bukanlah seorang bintang kelas. Bukan. Aku terlalu naif untuk itu. Mungkin orang bisa mengatakan aku si manekin tertutup. Aku tidak sebagus porselen.

Ku kira, aku bisa membuat setidaknya pandangan orang terhadap ku berbeda. Ternyata tidak. Aku tetaplah kalah telak.
Aku yang dipandang beberapa hebat dalam satu hal. Namun tetaplah aku kalah telak.

Beribu manusia yang tak ku ketahui wujudnya pun juga menasihati ku. Namun lagi-lagi aku tak tahu. Aku yang terlalu kepala batu. Atau kenyataan yang begitu pahit menohok ku.

Aku tak ingin membuat pengharapan apapun sekarang.
Aku juga tak ingin menyalahkan takdir.
Aku ingin kecewa. Namun lebih tertohok lagi, karena aku tahu. Aku yang begitu sering mengecewakan.

Mungkin aku harus menyerahkan takdir ini kepada Sang pemilik semesta.

Mari aku lihat.
Jadi apa penantian atau kekalahan telak ini di sepuluh tahun kemudian.
Aku tak mau berharap lebih.

Penantian ini.
Akan menjadi tangisan sedu kah. Atau menjadi sebuah hymne kemenangan yang aku agungkan di awal sepuluh tahun kemudian.

-Aku seonggok daging yang tersurut

 Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang