"Bertemu kamu sebuah ketidak sengajaan yang aku syukuri, bersama mu sebuah kesempatan yang aku perjuangkan, memilikimu sebuah kepercayaan yang aku pertahankan, kehilangan mu sebuah perpisahan yang kuindahkan, melupakanmu keharusan yang aku perjuangkan mati matian." -sarragika.
Sedetik setelah aku memandangmu dari kejauhan, tampak matamu yang begitu menarik, mengundang rasa penasaran akan dirimu. Mengenalmu tidak lah sulit, sangat mudah bahkan. Dirimu yang begitu supel dan mudah bergaul, tampak jujur dan melakukan apapun yang kau suka. Sangat mudah mengundang tawa dari kawanmu, begitu juga aku yang diam diam memperhatikanmu, sangat mudah dirimu mengangkat sudut bibirku, membuatku tersenyum sendiri karena mu. Memilikimu memerlukan waktu yang lama, tapi tak akan selama waktu untuk melupakan kenangan dan kasihmu. Tiap hariku penuh akan bayanganmu, tentang bagaimana mata indahmu memandang, tentang bagaimana bibir manismu terangkat menampakan jejeran gigi rapi yang begitu menarik. Kamu dan aku yang begitu berbeda, kamu yang dikerumuni dengan orang orang yang begitu menyayangimu, dengan banyak perempuan yang begitu megharapkan hadirmu.
Paras tampanmu yang membuat tiap perempuan yang kau beri perhatian luluh, bukan karena dirimu menyukai mereka, tapi karena sifatmu yang memang baik kepada semua orang yang kamu temui, termasuk juga aku. Sedangkan aku hanya perempuan yang biasa saja, tak begitu banyak teman juga tidak dengan paras yang cantik, bahkan jauh dari itu, entah aku hanya merasakan dan berhalusinasi terlalu tinggi atau kau memang memandang lebih untuk ku. Sikapmu, membuatku jungkir balik mengerti dirimu, merasakan setiap kepedulian untukku dibalik semua sikap baikmu pada yang lain. Sangat manis memang, manis untuk dikenang. Hari hari kulewatkan dengan memberikan segenap perhatianku padamu, entah lewat kata ataupun tindakan sederhana ku, nyata atau tidak aku merasa diriku berharga untukmu. Detik demi detik berlalu, kata dalam tiap barisku terlukis penuh dengan hayalku akan dirimu. Begitu banyak hal baik maupun buruk yang kita lewati, menyadari kita yang terlalu malu malu ungkapkan rasa, atau kita yang terlalu tak yakin akan diri sendiri, atau juga aku yang terlalu percaya diri, merasa dicintai oleh seorang seperti dirimu.
Segala keraguanku akhirnya terjawab, saat itu kau nyatakan perasaanmu dengan cara yang unik. Kau ambil setangkai bunga kecil dari pohon yang ada disebelah kita, "maaf hanya ini, tapi nanti akan kulamar dirimu dengan jas dan bunga yang banyak!" begitu sederhana ucapanmu, namun sangat dalam kasihmu yang kurasa. Begitu banyak hari yang kita lalui, lelucon yang kau lontarkan yang selalu undang senyumku, tangisku yang selalu kau ubah jadi tawa, aku juga selalu ingat saat kita tersesat di jalan, saat bermain dengan hujan dengan kamu yang begitu khawatir dan takut aku akan sakit, setiap saat kita makan bersama juga setiap saat kita bertengkar dan meminta maaf untuk setiap masalah, kita selesaikan dengan baik dan penuh kerendah hati. Begitu banyak yang telah kita lewati tak mampu kusebutkan satu persatu, tak sanggup ku ingat lagi menyadari itu semua adalah memori yang terlalu indah untuk kutangisi.
Kini, kurang lebih 1095 hari yang telah kita lewati hanya bisa kukenag, menitipkan setiap doa pada langit, menitipkan setiap rindu pada hujan, menyadari kamu telah menemukan penggantiku, melihat tawa yang biasa kau berikan padaku kau suguhkan dengan modifikasi yang begitu indah untuknya, melihat semua gerak gerikmu padanya yang dulu tertuju padaku, hingga detik aku menemukan dirimu dalam sosok yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Philophobia Tears
Teen FictionTentang rasa yang akan tetap menjadi hayal. Tentang rindu yg akan tetap menjadi sendu.