Aku tau, dia pasti ada di sini saat ini. Bahkan dapat kupastikan 100%. Kalut di pikiranku mulai tak dapat kupagari. Harus sering-sering kuingat ekspresiku di hadapan anak-anakku yang kini asik berkeliling di lobi sekolah Bintang Harapan. Sulit untuk memfokuskan diri pada mereka karena ada hal besar lain yang mengganjal di kepalaku.
"Ms....!!!"
Jujur saja panggilan Auryn mengagetkanku, untung saja sandiwaraku yang sibuk dengan HP dapat menghalaunya.
"What's wrong girl?"
"I will find Mr. Yudha. May I?"
"For what?"
Jawaban yang sinis memang, namun gadis kelas 7 ini memang siswi yang sudah biasa menyandaiku. Dan aku tau alasannya mengapa dia ingin mencari mantan guru SD nya di sekolah ini.
Anak itu tertawa geli melihat ekspresi galakku.
"It's ok Ms. It's will be fine..... fine for me to watching" ucapannya dilanjutkan tawa puasnya yang ditahan.
"I will not accompanies you then."
Auryn hanya tertawa mendengar ancamanku. Aku tau Auryn sangat senang dengan candaannya ini dan dia pun tau aku tidak mungkin marah, tidak ada predikat pemarah dari siswa-siswaku untukku. Dari jauh-jauh hari dia sudah mengolok-olokku tentang hal ini.
Harapanku, semoga kali ini aku tidak bertemu dengan mantan guru Auryn itu. Setidaknya jangan di tempat ini. Walaupun aku sebenarnya ingin bertemu dengannya.
Sesaat aku melihat siswa dan guru-guru yang mendampingi mereka berjalan ke suatu arah. Kulihat jam tanganku. Ya, syukurlah, ini saatnya siswa-siswaku untuk registrasi dan bersiap untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah Bintang Harapan. Setidaknya aku akan sibuk.
"Good Luck My Girls!"
Ucapku kepada 3 siswiku yang akan memasuki ruangan untuk mengikuti lomba menulis cerpen.
***
Aku menyibukan diri dengan menulis lanjutan novel onlineku di layar HP. Lebih baik dari pada aku terbengong ataupun memakan sesuatu yang bisa membuat badanku yang sudah ku atur di GYM ini melebar. Aku pengikut Body Goal garis keras.
Di bangku kantin yang tergolong bersih dan sejuk ini, aku bisa dengan mudah mencari inspirasi. Semakin waktu berlalu, aku juga berpikir tidak mungkin bertemu teman kuliahku itu. Dia pasti sibuk dengan kepanitiannya bukan?
Mengakhiri satu part dari novelku. Dan aku hanya menghabiskan waktu 30 menit. Ya, mungkin karena terbiasa.
"Bu Guru, sendiriian aja?"
Fix, cerita picisan. Tiba-tiba manusia ini muncul. Laki-laki bertubuh jangkung dan berotot ini sudah duduk di depanku. Aku tau berotot walaupun dia tertutupi kemeja biru mudanya. Ya, karena aku memang tau. Tapi hari ini wajah tampannya dihiasi kaca mata. Terlihat aneh, tapi masih bisa dinikmati. Keringat masih mengganggu di wajahnya yang putih bersih. Dan aku masih berwajah kesal.
"Sekolah!!! Bedain dikit!" jawabku sinis.
"Dari tadik aku cariin."
"Oh... nyariin toh?"
"Udah published tu? Aku belum dapet notif dari watpad"
Aku tau dia berusaha mengalihkan, walaupun memang benar, dia selalu jadi orang pertama yang memberi komentar di setiap part novel yang aku published.
"Belum, masih aku edit."
Yudha hanya mengangguk mengejek. Hal itu memang menjadi kebiasaan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rani's (Short Story Compilation)
ContoManjakan dirimu dengan sebuah cerita, dan masuklah ke dalam dunia yang berbeda untuk sesaat.