"Ma! Mana ini perawatnya? Olin 'kan mau UN bentar lagi, Ma," kata seorang gadis yang baru terjaga dari tidur tak seberapa nyenyaknya itu. Saat ia bangun, ia kesal karena jarum infus masih terpasang rapi di tangan sebelah kanannya.
"Sabar, ya, Lin. Bentar coba Mama lihat perawatnya dulu," kata wanita paruh baya yang langsung bangkit dari duduknya di lantai ruang rawat inap klink Harapan Kasih. Ia langsung keluar meninggalkan putri terakhirnya yang sedang berbaring tak sabaran di atas ranjang ruang rawat inap.
Gadis yang tak sabaran itu dengan kesal meraih ponselnya yang tergeletak di samping bantalnya. Dengan cemas dan kesal ia mengusap layar ponselnya. Pusat penglihatannya saat pertama kali ponsel itu nyala adalah angka-angka yang berdiri tegak di balik layar 6,5 inc itu.
Jam menunjukkan pukul 06.36 WIB. Dan itu artinya, waktu untuk ia bersiap-siap semakin sempit. Apa lagi jarak tempuh dari rumah ke sekolah bisa dibilang cukup jauh, dan juga berbeda kabupaten.
Ia membuka sebuah aplikasi chat yang lagi booming-boomingnya saat ini. Ia melihat updatean status teman-temannya yang siap berangkat ke sekolah. Ia semakin cemas, sebentar lagi Ujian Nasional (UN) akan dimulai. Sedangkan dirinya masih terbaring di ranjang sebuah klinik.
Gadis itu menghela napas lega saat melihat mama tercintanya kembali masuk ke dalam kamar dengan seorang perawat muda. Dengan cekatan ia langsung membuka jarum beserta selang infus yang masih tertancap elegan di atas kulit kuning langsat gadis itu.
"Mau UN, ya?" tanya perawat laki-laki muda itu. Orang yang ditanya hanya mengangguk tanpa ekspresi. Ia sedikit kesal karena jadwal yang ditentukan untuk membuka infusnya dilambat-lambatkan. Terlebih mamanya sudah dua kali ke lobi perawat namun tak ada satu pun perawat yang terjaga di sana.
"Jangan sakit-sakit lagi. Abang doain UN kamu lancar, ya. Jangan kunjungi klinik lagi. Nggak enak 'kan sakit?" petuah perawat itu yang hanya diangguki malas oleh gadis itu.
"Sudah siap. Selamat menjalankan UN, ya," kata perawat itu yang sedang merapikan kembali peralatan yang dibawanya tadi. Dan gadis itu hanya menganggukkan kepalanya lagi.
"Makasih, ya, Dek!" seru wanita paruh baya yang ternyata mama dari gadis itu.
Perawat itu menganggukkan kepalanya sopan dan berkata, "Sama-sama, Buk. Ambil obat di bawah, ya!"
"Turun terus duluan. Ayah udah tunggu di lobi," kata mamanya yang mengambil alih merapikan barang bawaan mereka.
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Ia langsung meraih kain sarung dan mengenakannya. Juga ia meraih kerudung tipis berlebel menara terkenal di negara Pranciss. Dengan cepat ia langsung keluar ruangan itu. Jam menunjukkan pukul 06.50 WIB. Waktu semakin mepet.
"Sudah?" tanya pria paruh baya saat melihat gadis itu muncul di balik pintu penghubung lobi dan tangga lantai dua yang membawa siapa saja ke ruang-ruang rawat inap yang sepi.
"Yuk!" Ajak pria itu yang langsung mengeluarkan kunci motor maticnya.
💐
Gadis setengah matang itu turun dengan cepat dari atas motor matic. Ia meraih kunci rumah yang diberikan oleh sang ayah. Dengan cepat ia berjalan ke arah belakang tempat olahan perabotan rumah. Ia membukakan pintu rumahnya yang bisa dibilang gubuk. Gubuk itu tempat mereka tinggal sementara di kota itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love : Awal Pertemuan [Terbit]
Teen FictionSudah terbit. Untuk pembelian bisa pc . . Ini cerita yang ringan. Belum ada konflik di dalamnya. Judulnya saja Awal Pertemuan. Ini hanya kisah pertemuan dua insan yang berbeda kelamin. Semoga suka dan tertarik. Selamat membaca ^^ ===============♡♡==...