Dirgahayu jaya

357 34 0
                                    

"Jajeoong! Cepat! Abis ini lomba volly." teriak temanku yang membuatku kaget, apalagi lagi enak-enak an istirahat sehabis lomba volly. Huft, dengan segera aku menyapu keringat yang membasahi dahi ku. "Sebentar!" teriakku dengan sedikit lesuh. Ayolah guys! Peka kalau aku ini capek huhuhu, kenapa final nya harus cepat banget sih? Perasaan baru saja tadi pertandingan pertama di mulai, eh sekarang sudah memasuki babak final!

"Lemes sayang?" tanya temanku yang melihat wajah lesuhku. Thanks god temanku peka banget. Rambutku di sanggul sedemikian rupa kayanya itu makin buat aku tambah cantik deh hihi. "Ya, tetapi harus tetap semangat! Lomba kali ini harus kita yang menang!" teriakku sedikit manja hingga beberapa pria genit disana ikutan bersiul "Kiwww kiwww Jaejoong cantik semangat." Hal tersebut mengundang gelak tawa.

Dengan fokus terarah di bola, oke Jae! Bola adalah teman, dengan beberapa jurus andalan volly, aku mampu memenangkan pertandingan yang mempunyai waktu 35 menit ini! Gila, capek! "Huft." Aku membuang napas pelan lalu minum dan duduk di pinggir lapangan sampai ada temanku yang menghampiriku "Nanti ikut penurunan bendera merah putih jam 5?" tanya nya. Ah iya! Nanti ada upacara penurunan di kabupaten. Ulang tahun Indonesia yang ke-73!

"Hoyy iya aku lupa, ah capek." keluhku kepada teman sebayaku yang tampan itu, namanya Yunho. "Kamu kan nanti jadi tim penurunan bendera Jae, masa kamu gak ikut sih!" ujarnya. Wah pemaksaan nih. God, kenapa juga aku mau ikut jadi tim penurunan bendera merah putih sih. "Tapi aku capek banget Yun!" ujarku sedikit frustasi. Sedari tadi aku mengikuti lomba, terutama lomba volly dan basket.

"Ya tapi itu kan kewajiban kamu sayang." ujarnya sangat lembut.

"Oke deh, berangkat bareng mau?" tawarku pada Yunho, wajahnya sedikit memerah, lucu sumpah hahaha. "baik, nanti aku jemput, sana pulang, di cariin Mama mu nanti, anak gadisnya belum tidur siang ahahah." ujarnya seraya tertawa dan berlari menjauh sebelum sendal ku mengenai pundak nya. "SIALAN! JAE BUKAN ANAK MAMI, YUNHO!"

•••

Aku bersiap ketika jam sudah menunjukan pukul setengah 5 sore. Sehabis ini Yunho akan segera tiba di rumahku, dengan memakai topi upacara dan sarung tangan putih aku mematut diri di depan kaca, cantik.. Hey! Aku tidak berlebihan, sungguh aku cantik hahaha.

Aku membuka kotak riasku dan menemukan softlens hitam, segera aku memasangkan untuk kedua mataku, softlens ini membuat mataku sedikit lebih besar, dengan eyeliner tipis dan maskara membuat mataku semakin indah. "Aku sudah siap!" ujarku dengan penuh percaya diri di depan cermin.

"Baby, Yunho was here! Hurry up!" teriakan Mama membuatku terburu menyemprotkan parfum pada seragam putih yang ku kenakan. "Yes mom! Wait a minute please!"

Dengan sedikit terburu aku menuruni tangga, "Hey, hati-hati sayang, segera pulang ketika sudah selesai" ujar Mama, aku mencium tangan Mama dan segera berangkat bersama dengan, di bonceng menggunakan sepeda jadul milik Yunho, dengan erat aku melingkarkan tanganku pada perut keras miliknya.

"Kamu grogi Yun?" tanyaku sedikit menggoda kapten basket di sekolahku itu. "T..Tidak!" Ujarnya dengan gugup, ah manis sekali pria dengan kulit tan dan dengan alis yang tebal ini. Semakin jatuh hati aku di buatnya.

"Kenapa tadi gak bawa sepeda motor? Kamu gak capek bonceng aku?" tanyaku sembari menyadarkan pipiku pada punggung lebarnya. "Nungguin kamu aja aku gak capek, apalagi bonceng kamu." ujarnya membuatku tertawa. "Haha iya iya Pak ketua upacara haha iya deh iya percaya aku."

Waktu 13 menit kami habiskan dalam bercanda hingga kami sampai di lapangan kabupaten, terik yang panas membuatku sedikit enggan untuk turun, tetapi mau tidak mau aku harus turun. "Semangat Jaejoongie" ujar Yunho. "Kamu juga semangat, Pemimpin!"

•••

Hampir satu jam lebih, akhirnya upacara ini telah selesai, hanya tinggal penutupan. "Hari ini merupakan hari yang berharga, izinkan saya memanggilkan salah satu anak didik saya, Kim Jaejoong, wanita blasteran Korea yang mencintai negeri ini sama besarnya dengan mencintai dirinya sendiri" ujar pembina yang tak lain adalah kepala sekolah ku, hey mengapa namaku yang dipanggil olehnya? Sialan!

Dengan langkah tegap aku maju ke depan lapangan, memberi hormat dan berujar, "Siap! kim Jaejoong." ujarku. "Bisakah kamu membacakan puisi untuk semua orang disini? Bukankah kamu menjadi juara Nasional?" Sialan, ternyata ini? Aku tidak mempunyai persiapan apapun, sungguh.

"Baik! Laksanakan!" ujarku lantang, dengan segera aku membalikkan badan dan membacakan puisi dengan acak.

"Angin berhembus pelan mewati jurang yang kelam,
Takdi membawa mu kembali pada sang garuda,
Pencipta menciptakan semua untuk kita jaga dan kita bina,
Tanpa harus ada yang terluka dan kecewa,
Wahai pemimpin negeri..
Ku serahkan jiwa dan ragaku pada sang merah putih,
Disini dimana tanah kita pernah menelan darah sebagai air mata,
Tak ada seruling selembut alunan tawa rakyat atas kemenangan,
Deburan ombak yang indah membuang semua kesedihan,
Mawar yang merona membuat hujan darah sebagai lautan api,
Wahai raja negeri..
Ku serahkan kedewasaan ku pada sang garuda,
Menggerakkan sayap menuju dunia dengan membawa nama Indonesia.
Hanya satu nama, yaitu Indonesia!"

Puisi acak telah ku selesaikan, dengan meriah mereka semua memberikan tepuk tangan, apa itu puisi yang indah?

"Terima kasih." ujar sang pembina, dengan memberi hormat sekilas aku kembali menuju tempat dimana tadi aku berdiri. Dan ya, akhirnya upacara hari itu benar-benar berakhir.

•••

Sudah jam 6 malam, ah sore? Ya intinya jam 6 , malam ini ada lomba makan kerupuk. Tuhanku, aku sudah dewasa tidak kah aku sangat tidak pantas mengikuti lomba ini? Lalu mengapa aku berada di arena lomba dengan tangan terikat kebelakang dan dengan suara teriakan yang memberiku semangat untuk segera memakan kerupuk di atasku.

"JAE AYOOO!" "JAE SEMANGAT!" "KERUPUK NYA TELEN AJA UDA GAK UDAH DI KUNYAH" Ah, yang terakhir itu suara Yunho, ditelan? Tanpa dikunyah? Oh tidak! Aku masih sayang lambung ku.

Dengan segera aku mengunyah kerupuk yang telah ku gigit, tanpa memperdulikan apapun, seperti manusia bar-bar aku memakan kerupuk itu sampai habis hingga teriakan membuat ku sadar, aku menag! "JAEJOONGIEE SELAMATTT!" Teriakan sorak sorai yang begitu ramai, ternyata seperti ini, memenangkan lomba kecil, tak kalah nikmat dengan lomba besar, aku menikmati semua ini.

END

shoot for my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang