Part 3: They Died

29 3 0
                                    

Rick kini berada dalam situasi mencekam, pasalnya, ia yang berniat untuk membantu  malah mendapat serangan dari petugas tersebut.
.
"Kumohon, hentikan!" Bentak Rick.
.
Petugas itu mencemooh permohonan Rick, bahkan meski dalam keadaan sekarat, jarinya masih kuat untuk segera menarik pelatuk.
.
Melihat aksi gila tersebut, mau tidak mau Rick harus membela diri. Tanpa memperdulikan apapun yang terjadi selanjutnya, ia pun dengan cepat melayangkan tinjuan keras ke arah wajah petugas gila tersebut, sehingga suara pukulan dan tembakan terdengar keras bersamaan.
.
# Beberapa menit kemudian.
.
"cit... cit... cit"
.
Terdengar suara rung-burung pun berterbangan menghiasi langit yang sudah menggelap, selain itu suasana senyap jalanan River Wood semakin terasa mencekam di kala bayang rembulan sudah menyelimuti rindang pepohonan, serta daun-daun kering berjatuhan di atas keruhnya jalanan. Nuansa dingin nan menusuk tulang mulai menelusuri tiap sudut lokasi sehingga menambah kesan menegangkan yang tiada tara. Seolah suasana itu menjadi penonton setia atas dua insan yang sedang beradu nyawa.
.
"Akh!"
.
Darah terlihat menetes dari tubuh Rick, sementara pria sekarat tersebut kini sudah benar-benar tak bernyawa. Mata Rick hampir terlihat kabur, wajahnya tidak dapat menutupi rasa sakit yang ia alami akibat terkena tembakan. Ia lalu membuka jaket dengan perlahan untuk mencari di mana letak peluru itu bersarang.
.
"Owh, syukurlah...."
.
Ia kembali lega, ternyata peluru tersebut tidak mengenai bagian vital, melainkan hanya bersarang pada bahu sebelah kiri. Segera ia tutup luka tersebut dengan perban lalu kemudian lari memasuki mobil serta mengunci seluruh pintu.
.
Hawa dingin yang meliputi kawasan tersebut membuat Rick merasa menggigil. Tubuhnya semakin melemah bahkan untuk mengendarai mobil sekalipun ia tak sanggup. Matanya yang mulai sayuh hampir membuat ia kehilangan pandangan, ditambah dengan adanya lubang menganga ditubuhnya. Hingga tanpa disadari, ia berangsur tak sadarkan diri.
.
# Pagi harinya.
.
Perlahan, pria malang itu mulai siuman dari pingsan oleh karena sinar matahari yang menyorot langsung ke wajahnya. Untuk beberapa saat ia sempat menahan rasa sakit pada lokasi luka tembak yang ia terima. Maka ketika ia mulai terbiasa dengan perih yang ia rasakan, segeralah ia menekan tombol start pada mobil untuk melajukan kendaraan guna menemukan orang yang masih selamat seperti dirinya.
.
***
.
# Jonathan Hill.
.
Setelah melewati 8 KM perjalanan, sampailah Rick pada sebuah kota dengan banyak pertokoan sederhana yang berjejer sepanjang jalan Jonathan Hill. Ia memutuskan untuk singgah ditempat itu, sebab selain berharap dapat bertemu dengan seseorang, ia juga perlu mencari persediaan obat penghilang rasa sakit serta pasokan makanan untuk menunjang kehidupan selanjutnya.
.
Rick sempat memantau keadaan sekitar, dan ajaibnya, ia menemukan beberapa sosok manusia berlalu lalang di dalam bangunan-bangunan sekitar, maka ia segera berlari menuju tempat mereka berada. Namun anehnya pintu-pintu bangunan mereka semua terkunci.
.
"Hallo, ada seseorang di dalam?"
.
Namun tak seorangpun dari mereka merespons panggilan Rick. Maka Rick kembali meneriaki mereka.
.
"Kumohon keluarlah, aku butuh pertolongan!" Teriak Rick.
.
Namun tetap saja mereka tidak menyahuti panggilan Rick, jangankan menjawab permintaannya, bahkan untuk menunjukkan dirinya saja mereka tidak mau. Maka Rick pun bertolak dari tempat mereka menuju sebuah toko yang yang pintunya terbuka.
.
Selain daripada penghuni-penghuni sombong yang mengumpat di dalam bangunan, anehnya jalanan Jonathan Hill juga terlihat kosong tanpa satupun pejalan kaki berkeliaran, namun setidaknya di daerah ini tidak terdapat satupun noda darah dan mayat bergelimpangan, dengan kata lain, kemungkinan besar di sini aman dari kutukan laknat, dan penghuninya lebih memilih bersembunyi. Ya, setidaknya itu lebih baik daripada mereka bunuh diri, dan sekiranya ia akan mendapatkan pertolongan dari penduduk yang berbaik hati.
.
"Helo," sahut Rick saat memasuki toko, "aku membutuhkan parasetamol dan beberapa makanan."
.
Ternyata tak ada satupun penjaga di dalamnya, Rick kembali bingung, nyatanya pintu swalayan ini terbuka lebar, tetapi mengapa tidak ada satupun orang yang melayaninya. Hingga pada akhirnya Rick mengambil barang-barang yang ia butuhkan dan menaruh uang di meja kasir, lalu beranjak meninggalkan toko itu serta berniat berkeliling mencari pertolongan.
.
Tetapi tiba-tiba saja, sewaktu kaki Rick hampir melewati garis pintu keluar, ia dikejutkan oleh sesuatu yang terjatuh dengan sangat keras tepat di hadapannya.
.
"Buuggg!"
.
Dan saat Rick menyadarinya, ternyata yang terjatuh itu adalah tubuh seorang gadis yang mengenakan pakaian berlogo toko tersebut, dan yang lebih mengenaskannya lagi, kepalanya sudah hacur berkeping-keping akibat jatuh dari lantai teratas toko tersebut.
.
"Te-terjadi lagi, kah!" Rick panik.
.
Rick pun cemas mulai mundur beberapa langkah kala melihat kejadian mengerikan lagi-lagi terulang kembali ditempat yang ia kira aman. Meski begitu, ia tak ingin panik begitu saja, sebab ia masih mencoba beranggapan bahwa wanita tersebut hanya tak sengaja jatuh terpeleset dari lantai atas, bukan karena wabah kutukan. Ya, begitulah cara ia membohongi diri sendiri, setidaknya itu bisa membuat ia kembali waras.
.
Maka segera ia langkahi jasad sang wanita malang untuk kembali ke tempat kendarannya terparkir. Tetapi begitu ia hendak memasuki mobil, anggota tubuhnya kembali dihentakkan oleh pemandangan yang amat sangat membuat bulu kuduknya berdiri merinding. Pasalnya kini ia diperlihatkan oleh suasana yang sungguh luar biasa menakutkan. Yaitu dengan tampaknya berpuluh-puluh sosok pria, wanita bahkan anak-anak tengah berdiri dihadapan jendela yang berada pada lantai teratas di tiap-tiap bangunan. Mereka semua menatap ke arah Rick dengan ekspresi wajah yang sama seperti para peserta bunuh diri lainnya, serta bersikap sangat dingin. Rick yang tak asing dengan kelakuan mereka langsung berteriak.
.
"Hentikan, kalian semua sudah gila!"
.
Seolah tak mau perduli dengan ocehan Rick, mereka akhirnya melakukan perbuatan di luar nalar, hingga terjadilah adegan memilukan tersebut, yaitu satu persatu dari mereka membuka jendela dan mulai menjutahkan diri masing-masing dari ketinggian, selain itu, banyak pula di antara mereka yang melompat menerobos kaca jendela hingga jatuh tak berdaya.
.
"Sial," teriak Rick panik sembari memasuki mobil, "ini lebih parah!"
.
Menurut Rick akan hanya percuma saja, sebab bila ia hanya ingin menyelamatkan mereka, ia khawatir kejadian dengan polisi tadi terulang kembali. Lagi pula gerak tubuhnya juga terhambat akibat luka tembak tadi. "Bodoh" hanya kalimat pendek itu yang tepat untuk orang bebal seperti mereka, bahkan semakin dilarang, tentu saja mereka malah semakin bergairah untuk lekas mencelakakan dirinya masing-masing.
.
Rick dengan raut wajah penuh ketakutan, seolah tak sanggup memalingkan wajah, ia hanya dapat menatap orang-orang dari tiap-tiap bangunan yang berjumlah kurang lebih ratusan tubuh itu terus berjatuhan bagaikan daun berguguran dimusim kering, hingga darah segar mereka pun bermuncratan kesegala arah membanjiri seluruh jalanan Jonathan Hills . Maka dengan penuh perasaan panik, Rick yang tak sanggup lagi memandang kejadian itu, langsung menyalakan mesin mobil kemudian segera menancap gas sekencang-kencangnya.
.
Kendaraan Rick menembus sejumlah tubuh yang berjatuhan terus menerus di sepanjang jalan Jonathan Hill, jadi tak khayal jika kaca mobil yang digunakan Rick tertutup oleh semburan darah segar mereka. Batang weaper pun terpaksa dinyalakan oleh Rick guna menghapus hujan darah yang menghalangi kaca kemudi. Hingga sekelibat sesosok tubuh jatuh tepat menghantam kaca kemudi Rick, dan lantas membuat Rick kalang kabut serta kehilangan kendali, sampai pada akhirnya sebelum ia sempat menekan rem, mobil pun menabrak tiang listrik dalam kecepatan tinggi.
.
"Bruuuaakkk!"
.
-Continue-

Evrybody's DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang