Close Up

1.8K 201 22
                                    

"WAGELASEHHHH..."

"Ini beneran mama Risa mau nikah?"

"Ya ampun. Kita dapet seragam kan, Bey?!"

"Bey, Calon papa lo cakep juga..."

Gue cuma senyum lebar aja ngeliat respon sohibs gue yang lagi ngerubungin undangan di atas meja.

"Iya dong. Pokoknya semua kudu dateng. Terutama Wonwoo Jeon S.Ked. WAJIB DATENG!"

"Iyalah Bey, gak mungkin gue ngelewatin acara yang banyak makanan gratis dan banyak wanita cantik."

"Jibang banget, Won. Cewek terakhir lo putusin dengan alasan bau ketek padahal lo mau gebet anaknya ibu kantin, kan?! Ngaku lo!"

"Seungkwan tau banget njir!" Yolan berseru.

"Yaiyalah, Bey.... secara. Seung to the Kwan. Paling uptudate disepanjang sejarah sejak dia ngisep debu dunia."

"Iya doooong.... panca indra gue itu ada dimana-mana. Worth it on everyday and everywhere."

"Btw, Del...."panggil Wonwoo yang bikin perhatian kami berempat teralih ke doi.

"Johan Hong. Lo udah kenal?"

"Of course. Dia pimpinan salah satu perusahaan minyak BUMN." Jawab gue yang bikin mereka berdecak.

"WAGELASEH... TAJIR BANGET!"

"Trus... trus?"

Gue diem. Berusaha inget apa aja yang om Johan ceritain selama ini...

"Istri saya wafat setelah melahirkan anak laki-laki saya. Umurnya dua tahun lebih muda dari kamu, sekarang lagi kuliah teknik perminyakan semester 4. Satu universitas sama kamu...."

"Trus lo belum pernah ketemu gitu sama lo?" Tanya Satia.

"Nggak pernah."

"Kok gitu?"

"Soalnya...." gue diem, berusaha nginget lagi apa yang om Johan ceritain.

"Maaf dia nggak bisa dateng, nak Delia. Dia ada studi banding ke Qatar. Jum'at nanti baru pulang..."

"Wooooowww...." seru keempat sohibs gue.

"Jum'at? Kemaren dong!"

"Keren banget adek lo."

"Adek tiri. Okey."

"Gue jadi penasaran sama dia."gumam Yolan yang disetujui bersama.

"Bapaknya aja ganteng apalagi anaknya. Yang gue denger sih, anak teknik perminyakan tuh tajir-tajir. Gaji mereka bisa di tebak kisaran hampir 16 juta perbulan. Gila gak sih, Bey!"

"Del, nanti kenalin adek lo ke gue dong. Gue mau daftar jadi calon bininya..."

"Gue kasih tau dokter Mingyu ah..."

"Eh, Won. Gak boleh gitu!" Gue ketawa sampai akhirnya ponsel gue berbunyi.

Dari mama.

"Hm... Bey, kayaknya gue kudu pergi nih. Mau nemenin mama fitting gaun."

"Ih Fitting gauuuun...."

"Kita dapet seragam juga kan yak?"

"Gue gak mau pake gaun press body."

"Tia pake gaun press body kayak bongkol."

"Bangsat Wonu..." gue dan lainnya ngakak.

"Udah ah. Mama gu nungguin. Babaaayyy...." pamit gue sambil bawa gulungan design taman kota punya kelompok gue dan keluar dari kafetaria.

Step (to loving my) Brother [ Joshua Hong ]Where stories live. Discover now