SM 1

8.1K 119 7
                                    


Kumandang adzan terdengar menyuarakan panggilannya, agar umat Islam segera bergegas menunaikan sholat.

Begitupun dengan keluarga Rani yang sudah bangun untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Alarm suara adzan seakan sudah biasa untuk membangunkan keluarga tersebut terbukti Rani sekarang berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus berwudhu.

sementara sang Ayah sudah pergi ke mushola dekat rumahnya. Sang Ibu sedang menyiapkan bahan kue untuk berjualan di pagi hari, ia akan bergantian dengan Rani jika Rani sudah menyelesaikan sholat nya.

Sepuluh menit kemudian Rani sudah selesai dan ia bergantian dengan ibunya untuk melanjutkan kegiatan membuat kue.
Langkah kaki terdengar menggema menuju ke dapur! Siapa lagi kalau bukan Rani.

"Bu ! Biar Rani yang meneruskan membuat kuenya, keburu waktunya habis buat sholatnya"

"Iya, kalau begitu Ibu sholat dulu yah, nanti sekalian ibu membangunkan adik-adik kamu"
Rani mengangguk kepala dan duduk di kursi yang ada di dapur dan mengolah kue dengan berbagai varian.

Jajan tradisional lah yang ia dan ibunya buat seperti Dadar gulung, Kue cucur dan Kue cincin. Harganya sangat terjangkau hanya seribu rupiah per biji-nya. Walaupun keadaannya serba kekurangan ia tak menyesali akan takdir hidupnya, ia percaya pasti Allah telah merencanakan begitu indah untuk jalan hidup keluarganya.

Kadang ia merasa sedih melihat anak seusianya yang bisa melanjutkan sekolahnya, sementara ia tidak bisa. Padahal ia bercita-cita untuk menjadi seorang Dokter dan bisa mendirikan sebuah Klinik. Tapi itu sudah keputusan yang ia buat agar beban orang tua-nya tidak semakin berat.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan angka Enam pagi, dan ia harus berjualan berkeliling kompleks kadang ia berjualan keluar dari jalur komplek rumahnya. Dan alhamdulilah setiap harinya selalu habis kadang ada saja pesanan, entah itu buat pengajian atau yang lainnya.

"Bu, aku berangkat jualan dulu ya. Doa kan semoga jualannya habis"

"Ya sudah! Kamu hati-hati jualannya. Aamiin, semoga semuanya habis"

Rani mencium punggung tangan Ibunya, dan mengucapkan salam. Di dalam hati ia mengucapkan Basmalah Kemudian ia berjalan keliling menjajakan dagangannya.

***

Suara teriakan terdengar di sepanjang jalan dengan menyebut kan kata Kue ... Kue. Lalu lalang pejalan kaki silih berganti dan tak lupa dia selalu menawarkan dagangannya.

Terdengar suara memanggil dirinya untuk membeli kuenya.

"Iya, Mbak mau beli kue?" Tanya Rani memastikan orang itu memanggil dirinya untuk membeli kue dagangannya.

"Iya! Satunya berapa?" Kebetulan ada kursi panjang, Rani menaruh dagangannya di situ agar tetap bersih dan tidak ada debu yang masuk.
Masalah kebersihan selalu nomor satu bagi Rani.

"Seribu aja Mbak, murah kok" sambil tersenyum ke pembelinya.

"Mau beli berapa, mbak?" Rani mengambil kantong kresek dan membentangkannya agar mempermudah ia masukan kuenya.

"Lima ribu saja, tapi campur-campur ya!!"

"Boleh, mbak" Lalu ia membungkus tangannya dengan plastik dan satu persatu ia masukan kuenya ke dalam plastik tersebut.

Tak lama temannya yang satupun ikut  membeli kuenya.

"Saya juga beli sepuluh ya"

"Oh. Iya mbak, sebentar ya. Mau yang mana?"

"Kue cincin aja semuanya"

"Ini uangnya .." pembeli itu mengambil uang dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Rani

"Terima kasih, mbak" setelah mengucapkan 'sama-sama' para pembeli itu melanjutkan perjalanan nya.

"Alhamdulillah .. ya Allah! Laris manis, yang beli si mbak yang cantik" Dan ia berkeliling lagi ke tempat yang biasa orang beli dagangannya.

Jualan hari ini ia harus melangkah jauh dari rumahnya, karena orang-orang yang biasa beli dagangannya sudah berangkat kerja. Padahal ia seperti biasa jualannya, mungkin orang-orang sedang di kejar target oleh atasannya.

Lima kilometer yang ia harus tempuh agar jualannya habis, kalau di lihat dari bentuknya mungkin ia masuk di perumahan elit. Tidak ada salahnya ia mencari peruntungan di kompleks elit tersebut.

Ia pun masuk ke dalam dan meneriakkan kata kue-kue ...
Setelah masuk agak ke dalam ada ibu-ibu yang menurut Rani masih cantik meskipun usianya sudah tidak mudah lagi.

"Nak ..!! Sini ibu mau beli kuenya" panggil seorang ibu-ibu yang dari penampilan nya sangat sosialita, walaupun dengan pakaian sederhana nya tapi semua orang tau kalau itu sangat mahal.

"Nyonya, mau beli dagangan saya?" Tanya Rani, yang syukur Alhamdulillah ada juga orang kaya yang masih mau makan jajanan zaman dulu

"Iya, satunya berapa?"

"Seribu nyonya" jawab Rani.

"Kebetulan banget kamu lewat, ibu mau ngadain acara sebentar lagi jadi gak sempat bikin kue, saya borong semuanya aja"

"Ya Allah.. bener, Nyonya" ucap Rani dengan wajah ceria dan tersenyum lebar. Si Ibu hanya tersenyum sambil mengangguk kan kepalanya.

"Sebentar ya nyonya, saya bungkusan dulu" ia menyerahkan kantong berisi kue-kue ke ibu tersebut.

"Semuanya seratus ribu, nyonya" Si ibu tersebut mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribuan kepada Rani.

"Loh Bu? Ini kebanyakan, kan cuma seratus ribu" ucap Rani bingung.

"Iya, yang lebihnya buat kamu saja." Ujar ibu itu ramah, tak lupa senyum lembut terbit di bibirnya.

"Nyonya serius ..?" Tanya ia begitu senang.

"Iya. Panggil ibu saja jangan Nyonya, boleh minta nomor ponsel kamu? Biar kalau ada acara, ibu bisa pesan kue ke kamu"

"Nanti ibu akan rekomendasi sama teman ibu, kalau mau beli jajanan tradisional biar ke kamu aja" lanjutnya

"Boleh Bu, ini nomor saya" dengan raut senang ia pun mengeluarkan ponsel bututnya dan menyebutkan angka digit pada ponselnya.

"Coba ibu Miss call dulu" ponsel Rani pun berbunyi, yang berati sudah tersambung.

"Simpen nomor ibu yah..."

"Ya sudah! Terima kasih ya, ibu masuk dulu"lanjutnya.

"Ya .. Makasih ya Bu udah borong semua dagangan saya, semoga rezeki ibu semakin lancar dan membeli kue saya lagi"

"Aamiin ... Sama-sama"

Ia pun melangkah pergi dari kediaman ibu itu, dan melanjutkan jalannya untuk pulang kerumah.

Di sepanjang jalan tak henti-hentinya ia mengucapkan syukur, tidak sia-sia dia melangkah jauh akhirnya ada orang yang membeli semua dagangannya.

Di jalan ia berhenti sebentar untuk istirahat sejenak, lalu ia  mengeluarkan botol minuman untuk menghilangkan dahaganya. Sambil menghitung jumlah uang yang ia dapat hari ini, dan semuanya Rani  mendapatkan uang tiga ratus ribu rupiah. Setelah cukup istirahatnya ia bergegas pulang kerumahnya dengan menaiki angkot agar cepat selesai ke rumahnya.

🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️

Salam manis 😘
By. Ulyanah
Jumat, 09 November 2018
Tanara, Serang Banten
00.32

Surrogate Mother (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang