Anak Ayam

15 1 2
                                    


Musim hujan telah tiba, walaupun sebenarnya kedatangan sang hujan bisa dibilang telat.
Kemarau yang panjang, menggersangkan pekarangan rumah ku.
Malam tadi, aku pulang pukul 10,bersama teman yang memang menemaniku pulang.
Kita, hanya aku dan dia.

Gang - gang yang kami lewati bisa dikatakan sepi, dan agak licin karena hujan yang tak kunjung reda.  Malam itu sangat sunyi, beberapa rumah memadamkan lampu nya. Hanya dbekali lampu senter dari hand phone, kami berjalan menyusuri gang yang lembab disertai dingin, gelap, dan sunyi nya malam.

Kami menuruni beberapa anak tangga, berhati hati khawatir jatuh. Suara serangga malam tak terdengar tertimbun suara rintik hujan yang menghujam.
Sampai aku mendengar...

Suara anak ayam

Tidak banyak, hanya beberapa kali tapi sangat jelas terdengar ke telinga ku. Aku tidak tau apakah teman ku mendengar nya  atau tidak, aku hiraukan saja suara itu. Melanjutkan jalan yang memang masih agak jauh untuk sampai ke rumah.

Kami sedikit berbincang, untuk menghilangkan rasa cemas atau takut sepertinya. Sedikit tertawa, agar suasana tidak terlalu mencekam.

Aku dengar lagi suara anak ayam
Tepat di belakang ku, Aku berhenti melanjutkan langkah ku. Aku terdiam sejenak dan Menoleh ke belakang.
“ tak ada apapun, apalagi anak ayam” pikirku

Saat menoleh kedepan untuk melanjutkan jalan,

Seseorang telah berdiri di depan ku,
Dia perempuan.
Wajahnya tertutupi rambut yang berantakan.

Teman ku sudah lumayan jauh di depan.

Aku tak bisa berkata apa apa.

Susah menggerakkan badan.

Ku tundukan kepala ku.

Berharap sosok itu pergi.

Berdoa dalam hati apa yang aku bisa dan hapal.

Membaca beberapa wirid yang sering aku lontarkan.

Sosok itu menirukan suara anak ayam lagi.

Dengan suara yang sangaaaat kecil, Aku tak kalah untuk berdoa sekuat yang aku bisa.

Ku lihat wajahnya, Dia tersenyum.
Menyunggingkan bibir yang pucat dengan tatapan mata yang kosong menerawang. Suasana disitu tiba tiba sangat mencekam.

Sampai teman ku memanggil namaku,
“ uan! “

Aku tersadar, sosok itu hilang. Keringat dingin menjuluri tubuhku, panas rasanya.

Hingga tiba di rumah, Ayah dan ibu ku sudah terlelap.
Hujan diluar masih bergema, menandakan lumayan deras. suhu saat itu sedikit dingin.
Lekas aku bersiap untuk tidur. lalu mengecek hand phone mengabari teman ku.

Ku padam kan lampu, dan terlelap.

~

suara anak ayam terdengar lagi, ditengah kesunyian yang menghampiri ku

gelap ~

Dia berdiri disana, di pinggir tembok sebuah rumah yang di apit gang sempit.
Jalan yang sering aku lewati.
Dia masih menunduk, suara anak ayam perlahan hilang sedikit demi sedikit, terganti kan suara tangis perempuan.

Merinding rasanya, masih kuperhatikan dia. Tak ada gerak gerik apapun.

Tangis nya terhenti, menatapku lamat lamat. Dia menyunggingkan bibir nya lagi.
Seketika dia tertawa sangat nyaring, menusuk telinga rasanya.

Takut? iya aku takut saat itu.
Aku tau aku bukan di alam ku, Aku berusaha sekuat yang aku bisa.

Dia menghampiri ku, berbisik di telinga kiri ku.

" Hayu ameng "

Suara nya sedikit merintih diiringi tawa sesekali, mengulang kalimat itu.

Ku pejamkan mata, berharap dia pergi secepatnya. Namun nihil, aku tetap berada disana, dengan posisi Dia bersandar di pundakku.

Teman ku datang, dia marah.

Aku terpejam, melanjutkan tidur yang seharusnya aku lakukan.

Tidak lupa berterimakasih pada teman ku yang telah menolong.

dan Dia, sesekali memperhatikan ku dari kejauhan ketika aku melewati gang itu. Namun selalu aku hiraukan :)


My Spiritual JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang