chapter 2

19 0 0
                                    

Bagaikan alien yang baru turun dari bumi yang merasakan keasingan begitupula Roma, meskipun ia telah pernah melihat ini disebuah film yang ia tonton tetapi tetap saja berbeda.

dulu ia ingin sekali pergi ketempat ini tetapi saat merasakannya,ia ingin menariknya kembali. Tempat ini sangat bising, suara musik berrdentu-dentum menginvasi telinganya tetapi tidak membuatnya bergoyang seperti wanita-wanita yang memakai baju yang kurang bahan dan lelaki yang memandang mereka dengan tatapan lapar bagaikan predator yang juga ikut bergoyang seperti mereka. Roma jadi berfikir kemungkinan bahwa ia adalah alien itu benar, buktinya pendengarannya saja diciptakan berbeda. ia terus menutup kedua telinganya kemudian ingin memuntahkan sesuatu yang ada diperutnya ketika Deyka memberikan minuman aneh yang seperti air putih tetapi baunya menyengat.

Roma menggelengkan kepalanya, Deyka kemudian meminumnya sendiri.

"Dey, kalau malem gini enaknya minum susu coklat, aku pesen itu aja ya"  Deyka seketika menyemburkan apa yang ia minum kemudian terkekeh yang membuat Roma mengernyitkan dahinya.

"Serius, RO. ini bar bukan dapur rumah  kamu, tapi aku bisa maklum sih" Deyka kembali terkekeh kemudian kembali meminum minumannya.

"Dim..dim , kasih gadis ini air mineral pakai batu es ya" Deyka memesan kepada temannya yang juga seorang bartender, dalam waktu satu menit minuman itu sudah diberikan kepada Roma.

"Ini untuk nona cantik yang sudah memikat hatiku yang telah lama kosong ini" Seru Dim  menyerahkan segelas Air mineral dingin kepada Roma sambil mengedipkan sebelah matanya yang membuat Deyka Memutar bola matanya jijik sedangkan yang dijadikan objek rayuan hanya tersenyum kemudian menegak air tersebut seperti orang yang tidak minum berhari hari.

"Terimakasih Dim..dim, boleh aku minta susu coklat" Dim membulatkan matanya tidak percaya  sedangkan Deyka menepuk dahinya kemudian kembali terkekeh.

"Nona cantik, disini tidak ada susu coklat tapi kalau untuk nona apa sih yang tidak bisa, kebetulan tadi aku membeli susu coklat sachet untuk keponakanku, tunggu sebentar ya"

"dasar cowok" Gumam Deyka

"Terimaksih Dim dim, soalnya kalau tidak minum susu coklat  hangat aku tidak bisa tidur" ucap Roma kemudian memberikan uang lembaran seratus ribu kepadanya. Dim dim menolak tapi Roma tidak kehabisan akal, ia dengan cepat menaruh uang tersebut ke kantung Dim dim

"Yaudah kalau kamu maksa, aku mah bisa apa atuh" ujarnya girang seperti anak kecil yang dapat balon.

"Dasar cowok gak tahu malu" 

"Ini 2018 kalau malu laper" 

"Tadi aja jual mahal"

Roma tertawa terbahak melihat mereka, jujur ia tidak pernah tertawa selepas ini. namun tanpa mereka sadari gerak-gerik mereka telah diawasi semenjak mereka masuk pintu ke bar ini.

Tentu saja karena kecantikan Roma yang langsung memikat mereka. Dua orang bertubuh kekar dan berkacamata hitam datang menghampiri. 

Deyka yang mengenal mereka berdua menarik Roma yang sedang menunggu susu coklatnya.

"RO, kita dalam masalah" bisik Deyka sambil berlari menarik tangan Roma. Roma jadi ikutan panik, kemudian berlari dengan cepat dan sekarang ia yang menarik Deyka. para pria itu masih mengejar mereka. Saking panik Roma tidak melihat ada orang didepannya sehingga mereka bertubrukan.

salah satu dari mereka memerangkap Deyka 

"RO, lari"

namun karena kurang cepat Roma ikut tertangkap kemudian dua pria tersebut menggiring mereka disebuah kursi dipojok ruangan.

"Apa mau kalian, uang, aku bisa memberikan banyak untuk kalian tapi tolong lepaskan temanku" tanya Roma namun kedua orang itu memiringkan senyum mereka, deyka meronta-ronta untuk dilepaksan tapi kekuatanya tidak seberapa dengan pria itu yang kemudian membekap mulut Deyka.

"santai nona, kami tidak akan mengganggumu karena kau incaran bos kami" Ucap salah satu pria tersebut kemudian ia memberi ponselnya kepada Roma.

"Ada yang ingin  bicara denganmu" dengan ragu Roma mengambil ponsel tersebut, dalam pikirannya berkecamuk dan takut yang ia pikirkan benar, bahwa disebrang telpon adalah ibunya.

"Halo" namun saat mendengar suara serak kahas pria membuat Roma  sedikit lega.

"Nona cantik masih ingat denganku, pria yang kau tabrak dipintu masuk tadi"

Roma mengingatnya sekarang, saat itu ia terlalu senang karena keinginnnya ke bar disetujui Deyka hingga ia tidak menaydari langkahnya dan menabrak seorang pria berkacamata hitam,berjas rapi memiliki tatoo yang sama dengan 2 pria yang meangkapnya. kalau tubuhnya tidak dipeluk oleh pria tersebut ia judah jatuh.

"Kau tahu nona, hari ini hujan pertama di bulan oktober tandanya kita akan bertemu lagi nanti"ucap pria tersebut. Deyka hanya terdiam karena ia sudah tau siapa pria tersebut.

Pria tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua.

"ohh, itu kau, Terimaksih ,aku belum sempat mengatakannya tadi" terdengar suara kekehan dari sebrang sana yang membuat Roma sedikit takut, ia mengigigt-gigit bibirnya sendiri.

"Aku orang yang pamrih nona, bagaimana sebagai balsannya kau menjaadi kekasihku" sontak saja membuat Roma membulatkan matanya tak percaya.

Deyka yang penasaran menuntut jawaban dari Roma lewat tatapannya. Roma hanya menggelengkan kepalanya, mengerutkan keningnya seperti tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

"Maaf aku tidak bisa jadi kekasihmu, aku bayar pakai uang saja ya" tawar  Roma, terdengar geraman dari ponsel tersebut otomastis ia menjauhkannya dari telinganya karena sangat mengganggu. 

"Gadis tidak tahu diri, aku belum selesai berbicara" teriak pria tersbut yang terdengar meskipun ponsel tidak diloadspeaker.

Ide gila muncul di kepala Roma, ia melemparkan ponsel yang lumayan besar tersebut ke salah satu pria yang menangkap Deyka  tepat dikepalanya, darah segar muncul dan ringisan terdengar, mengambil kesempatan Deyka menyikut perut pria tersebut kemudian menampar hingga ia terjerembap,sedangkan Roma menangani satunya, ia melempar apapun yang ada disitu, gelas, botol minuman ,piring,kursi hingga sepatunya sendiri namun pria itu masih bisa mengejarnya dan ia baru sadar bahwa tidak ada siapapun disitu lagi.

"bagaimana ini"

Roma berjongkok menutup matanya takut, namun setelah beberapa menit tidak ada  yang terjadi, ia membuka matanya perlahan dan ia melihat Seorang gadis berbaju seksi tapi berbadan kekar  sedang bertengkar dengan pria tersebut.

"Mansi, apa yang kamu lakukan, aku sedang bekerja" ucap pria tersebut , seseorang yang dipanggil Mansi menampar pria tersebut.

"Kau selingkuh, jahat,jahat, jahat, "ucap mansi sambil menamparnyanya kembali dan memukul-mukul pria tersebut hingga kabur.

Mansi merapikan bajunya dan rambutnya, ia mengikuti Roma berjongkok kemudia memandangnya lekat, terlihat rasa ketakutan disana.

"Hei,jangan takut,namaku Mansee kalau bule yang manggil ,kalau nama indonesianya Mance" Mansi mengenalkan dirinya kepada Roma. 

"hai, kau lebih menakutkan dari pria itu tau" Jawab Roma sedikit bergetar,Mansi terkekeh tetapi sepertinya menyenangkan menggoda gadis didepannya ini.

"Senang bertemu denganmu nona, dilarang takut sama sesama" ucap Mance berpose sok manis bak personil cherybelle yang membuat Roma makin ketakutan.

"Sesama apanya, Dasar Wanita jadi-jadian" Bukan Roma yang mengatakan itu tetapi Deyka terengah-engah.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R💘ManceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang