PUTUS

25 3 0
                                    

"ayo putus." kau menoleh cepat kearahnya yang berdiri bersandar pada dinding dekat pintu. Baru saja kau sampai di apartemen miliknya.

"kita tidak bahagia." kau masih menatapnya dalam.

"kita harus berhenti."

"ini sudah salah. Aku bosan--"

PLAK!

Nafasmu tersenggal melihat ekspresinya yang tetap datar walau telah kau tampar.

"bisakah kau diam?" kau menekan ucapanmu. Jimin menggerakkan pelan kepalanya kearahmu.
Sejenak kau memegangi dadamu menahan sesak.

"inikah balasanmu selama ini untukku?"

"jika aku bukan wanita yang kau harapkan." kau memejamkan matamu dan berteriak "BILANG JIKA BOSAN DARI AWAL!"

Kau mendorong dadanya "aku lelah dengan semua tuntutanmu tapi aku berhasil menahannya sampai detik ini."

"Kau sering membanding-bandingkanku dengan kekasihmu dulu kau kira aku batu?" Dia memandang arah lain.

"hatiku sakit! Selalu sakit! Tidakkah kau sadar sedikit?"

"Jika kau sakit mari akhiri saja sekarang. Itu baik untukmu kan?" kau mengatus nafasmu dengan susah payah.

"Geurae, jika itu maumu. Akan kuturuti. Untuk terakhir kalinya," kau menarik kalung pemberiannya dan melemparnya kelantai dengan keras.

"aku tidak ingin melihatmu lagi."

BRAK!

Jimin menatap kosong pintunya dan berjalan pelan mengambil kalung yang kau lempar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin menatap kosong pintunya dan berjalan pelan mengambil kalung yang kau lempar.

"aku tidak tau mengapa aku bisa mencintaimu." ia melempar kalung itu ke tong sampah yang berada disudut dekat pintu masuk apartemennya.

Dihempaskan badannya ke ranjang dan mulai memejamkan mata sesekali memegang keningnya yang sedikit terasa pusing.

***


Kau menangis berlutut didepan pintu saat mendengar Jimin mengatakan kalimat terakhirnya. Kau memukul-mukul dadamu pelan menahan suara tangismu keluar.

Hatimu terasa tercabik-cabik mengingat kau sangat menderita selama ini karenanya. Entah kenapa dia berubah sejak mulai bekerja diperusahan yang sama sebagai atasanmu. Dia pernah mengatakan sekali entah sadar atau tidak sadar jika dia malu mempunyai kekasih yang bekerja sebagai bawahannya.
Kau dulu menganggapnya sebagai lelucon.

Namun sekarang kau menyadari jika memang itu benar sejak kau mengalami kejadian ini sebagai puncak dari letihnya perjuanganmu. Semuanya sia-sia. Sangat sia-sia...

BURST (pjm)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang