Kami tiba di Singapura kurang lebih jam 9 waktu setempat. Tepatnya di Changi. Suasananya nyaman sekali, dengan musik santai, karpet yang tebal, udara bandara yang dingin, sepanjang koridor tercium bau pengharum ruangan, dan bersih. Kami langsung menuju imigrasi begitu sampai.
Disana kami harus mengantri dulu dengan yang orang-orang dari negara lain juga yang ingin ke Singapura. Setelah itu kami langsung menuju loket membeli tourist pass seharga sgd 26 untuk 2 hari. Selanjutnya bisa dikembalikan kartunya dan mendapat 10 dollar.
Sepanjang jalan menuju terminal 2 (kami dari terminal 4, naik bis) jalanannya sangat bersih, mulai dari di dalam terminal 4 hingga terminal 2 tidak ada sampah yang tergeletak. Apalagi jalanan rusak. Singapura memang terkenal dengan kebersihannya.
Sampai di terminal 2 dan sudah membeli tourist pass, kami menuju stasiun mrt di sebelah loket.
Singapura juga terkenal dengan kedisiplinannya, macam orang Jepang. Lihat, di lantai pintu mrt sudah dipasang tanda berupa stiker yang bertujuan agar "mendahulukan orang yang akan keluar". Jadi tidak boleh berdiri di depan pintu persis, nanti orang akan susah keluar dan menjadi tidak efektif. Di dalam kereta juga tidak boleh makan dan minum, bisa didenda 500 dollar.
Kami menginap di Adamson Inn, hostel di kawasan bugis yang dekat dengan masjid Sultan, masjid terbesar di Singapura. Azan zuhur berkumandang lantang, aku dan temanku langsung ke masjid untuk sholat lalu kembali ke hostel.
Tujuan pertama kami adalah Universal Studio. Kami segera menuju ke stasiun bus terdekat dan menunggunya. Sekali lagi, sepanjang jalan-jalan sempit sekitar hostel tidak ada sampah sejauh mata memandang. Bahkan tempat sempit seperti itu memiliki tempat sampah di hampir tiap pilar. Jalanannya pun juga terlihat dalam kondisi yang baik. Enak dilihat.
Bis di singapura ada 2 macam. Yang bertingkat dan tidak. Jika kalian turis yang ingin menikmati kota dengan durasi waktu yang lama, bis tingkat akan cocok untuk melihat pemandangan. Namun karena stasiun mrt yang akan kami tuju tak jauh tempatnya, jadi naik yang pertama melintas saja.
Di stasiun kami melihat sebentar map mrt kemudian lanjut menuju salah satu gerbong.
Disana aku cuma berfoto sebentar kemudian duduk-duduk santai dan diberi materi writing.
Lanjut, Merlion. Tempat yang sangat iconic dari Singapura.
Ternyata perjalanan dari stasiun dekat merlion cukup jauh jaraknya. Yang kemudian membuat aku sedikit capek. Di stasiun mrt aku menemukan toko buah yang berisi buah-buahan siap makan yang sudah dipotong. Harganya kisaran 1-4 dollar. Sehat kali. Mana ada toko buah seperti ini di Indonesia. Adanya toko roti saja.
Di dalam stasiun mrt, sepadat apapun keadaan tidak akan terlihat kacau. Ada beberapa sikap disiplin disini yang kulihat yang jarang bahkan tidak ada di Indonesia.
Yang pertama, jika kamu tidak terburu-buru di jalan, di eskalator maupun dimana saja, berjalanlah di sebelah kiri. agar jalan di kanan bisa dipakai orang yang sedang tergesa-gesa. Bayangkan jika kamu sedang tergesa-gesa, kemudian seseorang menghalangi jalanmu kemudian bisa menghancurkan satu hari berhargamu. Tidak ingin terjadi pada orang lain, kan?
Kedua, stiker yang di tempel di lantai depan pintu mrt. Dan orang-orang mematuhinya. Bayangkan jika itu di Indonesia, sudah habis terkikis itu stiker dalam waktu cepat. Saking banyaknya yang tidak tahu dan asal injak.
tiga, merokok dekat tempat sampah. Di Singapura, pasti kalian akan menjumpai sekumpulan orang yang sedang merokok dekat tempat sampah yang dipasang asbak diatasnya. Jika tidak, akan didenda.
Di Merlion turis yang datang pun tetap banyak menginat ini bukan musim liburan. Walau begitu jalanan disekitar situ tetap bagus dan bersih. Disana aku berfoto dan duduk santai menikmati udara sore Singapura yang sejuk, mirip Indonesia. Jam 3 sore.
Menuju tempat terakhir hari ini, Chinatown.
Aku tak begitu ingat persisnya, tapi kami sampai disana langit sudah gelap. Mungkin sudah malam. Sesuai namanya, daerah Chinatown berisi banyak toko dan restoran china dengan arsitekturnya yang khas. Disana aku membeli oleh-oleh untuk teman-teman dan nenekku. Murah meriah. 10 Dollar dapat 7 tas.
Kemudian aku menyusuri daerah kuliner bersama yang lain. Tapi karena tidak yakin makanan disini halal, kami memutuskan makan makanan india.
Sebenarnya Singapura memiliki budaya yang beragam. Setiap distrik memakai bahasa sendiri bersampur bahasa inggris yang bisa disebut singlish (singaporean english). Mulai dari China, India, hingga Melayu. Sebenarnya kuliner disini juga tidak kalah beragam, tapi karena aku yakin makanan disini mayoritas tidak berlabel halal, maka kami hanya makan di restoran Melayu dan India yang sudah terjamin halalnya. Lumayan sedikit.
Singkat cerita setelah makan dengan santai, kami kembali ke hostel untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
short short getaway
Short Storypengalaman ke singapura, 16 - 17 Oktober 2018 oleh seorang anak smp. maaf masih banyak typooo haha males edit