Sixth

694 104 11
                                    


AN : sorry for typo(s) atau kesalahan pengetikan istilah atau bahasa asing.

Preview Chapter

Iruka terdiam. Melihat senyum tulus yang diguratkan pangeran untuknya, membuat hatinya terasa sedikit lebih tenang. Kyuubi hanya memperlihatkan senyumnya pada orang-orang tertentu dan Iruka adalah salah seorang dari sedikit orang yang beruntung bisa mendapati itu, karena sejak ibu dari Namikaze Kyuubi meninggal, Sang Pengeran hanya sering menampakkan wajah datar dan tatapan kosongnya.

"Untuk sementara si pirang ini akan tinggal bersamaku. Ikutlah denganku Iruka, akan kuceritakan ini padamu di kamarku."

Dengan senang hati Sang Pengasuh mengikuti pangerannya. Sembari mencuri pandang pada laki-laki -atau entah gadis- pirang ini. Ia menimbang kembali, tidak mungkin Pangeran bisa merubah haluannya yang menyimpang secepat itu. Dia kagum bahwa ternyata ada seorang pemuda memiliki wajah secantik malaikat.

Membuat Iruka...

...nyaris saja Belok!

.

.

.

"Begitulah ceritanya." Kyuubi mengakhiri kisah, sedangkan Iruka menghela napas, ia memandang pemuda cantik yang duduk di tepi ranjang, tampak canggung, tumbuh rasa iba di hati Iruka, ia ingin membantu jika dibutuhkan. "..jadi untuk sementara waktu biarkan dia tinggal di sini. Setidaknya sampai ibunya ditemukan."

Sekali lagi Iruka menghela napas, ia tidak bisa menolak keinginan pangerannya. Tapi disisi lain ia akan tamat kalau kabar ini sampai ke telinga Yang Mulia Raja. "Saya tidak bisa melarang, pangeran tahu bagaimana saya. Jadi berhati-hatilah. Usahakan jangan sampai terlibat masalah." Ujar Iruka walaupun ia sadar bahwa ini sudah tergolong mencari masalah.

Kyuubi tersenyum sumringah, dalam hatinya mengucapkan berkali-kali terima kasih pada Iruka. Tak dapat ia pungkiri bahwa ia sudah menganggap pria parubaya berkulit coklat itu sebagai ayahnya sendiri.

Melihatnya tersenyum, Iruka turut bahagia, mungkin jika masih ada, putranya sudah seumuran dengan Kyuubi atau mungkin di bawahnya beberapa tahun.

"Jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, mohon izinkan saya undur diri, pangeran."

Pemilik rambut orange merubah senyumnya menjadi kecut. Sedikit banyak gaya bicara Iruka yang terlalu formal mengiritasi telinganya. "Cih, jika pak tua itu punya satu anak lagi untuk dijadikan raja, Iruka tidak akan sekaku itu padaku." Dengusan samarnya mengiringi kepergian Iruka dari ruangan besar tesebut.

Kyuubi bersandar di kursinya, menengadahkan kepala, menatap langit-langit. Pikirnya menerawang. Jika diingat-ingat untuk apa ia membantu pemuda lugu itu? toh, ia juga tak akan mendapat keuntungan darinya. Yang ada malah rugi, membuang tenaga dan waktu.

"Hei.."

Naruto menoleh, ketika ia masih sibuk menarik-narik bajunya, matanya mengerjap beberapa kali.

Kyuubi mendengus, ia menyunggingkan semyum miring. Pemadangan lucu itu sedikit menghiburnya. "Mandilah, pelayan sudah menyiapkan air hangat."

"Iie.." Naruto menggeleng, "Ibuku bilang tidak baik mandi larut malam. Katanya kau bisa terserang penyakit."

"Nanny? Penyakit apa? Jangan mencari alasan. Mandilah sana. Aku tidak mau ada kerbau bau tidur di kamarku." Alis Kyuubi mengerut, ia mendelik.

"Kerbau bau?! Aish.. jaga bicaramu, aku bukan hewan ttebayou.." Naruto balas mendelik lalu mengerucutkan bibirnya. "Kau sendiri belum mandi.. kenapa menyuruhku."

A Hundred years : Wars ❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang