musim hujan sudah memasuki minggu kedua. baek jukyung—gadis berusia 20 tahun— yang baru saja menjadi mahasiswa baru beberapa bulan yang lalu meneduh di depan toko yang sudah tutup.
dia mengumpat dalam hati karena tugas yang diberikan dosen bukan main— banyak sekali. sampai dirinya harus pulang selarut ini. jika tidak membawa dokumen penting mungkin saja dirinya akan menerobos hujan agar besok bisa absen karena sakit.
beberapa orang juga ikut meneduh di tempat yang sama dengan jukyung, memakai payung adalah hal yang percuma, hujannya terlalu deras untuk diterobos.
jukyung mengeratkan jaketnya, lalu memeriksa ponselnya; tidak ada pesan atau panggilan dari siapapun. ini hal yang biasa bagi jukyung, sudah 1 tahun dirinya tinggal sendiri dan tidak ada yang mengkhawatirkannya atau menunggunya pulang. ayahnya menikah lagi, ibunya bekerja diluar kota, dan kakak lelakinya entah pergi kemana.
walaupun itu hal biasa, melihat orang-orang disekitarnya ditelpon atau dikirimi pesan oleh keluarga mereka membuatnya iri.
diluar dugaan, hujan deras yang diperkirakan jukyung akan lama ternyata berlangsung sebentar. sedikit demi sedikit orang-orang yang sebelumnya meneduh bersamanya pergi.
tetapi ada satu anak lelaki yang terlihat masih dibawah umur—sekitar 17 tahun— hanya diam dan badannya mengigil luar biasa karena kedinginan. wajahnya polos dan terlihat lugu, dia memakai kaos pendek putih dengan gambar bercak merah, celana jeans selutut, dan sepatu vans yang dekil.
jukyung yang bukan tipe orang peduli pada kesusahan orang lain, tiba-tiba merasa iba. entah itu rasa pedulinya atau dia hanya merasakan rasa kesepian dari anak itu.
mungkin anak itu kabur dari rumah atau dia seorang anak yang hilang, pikir jukyung saat melihatnya.
jukyung memberanikan diri untuk mengajaknya bicara, "hujan sudah reda, kenapa tidak segera pulang?" tanyanya sambil duduk disebelah anak lelaki itu. "apa kau butuh bantuan?"
tidak ada jawaban, anak itu terus menggigil hingga terdengar suara dari giginya. ternyata tidak semudah yang jukyung pikirkan. tanpa berpikir panjang, dia memberikan jaket— bomber hijau—nya pada anak itu dan menyuruh untuk memakainya.
setelah itu, tanpa rasa takut atau curiga sedikitpun kalau-kalau anak itu penipu, jukyung menawarkannya makan di sebuah restoran dengan syarat; harus menjawab setiap pertanyaannya.
—
halo, ini work pertamaku.
bismillah, semoga banyak yang suka.
makasih udah baca! jangan lupa untuk vomment krisarnya, okay?
—
❛ sakikoi, 2018 ❜
KAMU SEDANG MEMBACA
❀metaonia、
Fanfictionawalnya jukyung tidak menyangka, jeongin, anak lelaki yang terlihat polos dan lugu itu malah membuat hidupnya yang sebelumnya tenang menjadi dalam masalah besar. warn ; lowercase dan ceritanya bertele-tele. kalo tidak suka, tidak usah baca:) ©sakiko...