suasana café yang ramai karena kesibukkan pelayan dan obrolan pelanggan, tidak membuat rasa kantuk jukyung hilang walaupun sudah dua gelas kopi dipesan.
lingkar hitam dibawah matanya terlihat sangat jelas membuat gadis berambut pendek dihadapannya itu tertawa sangat puas.
jukyung meminum kopinya pelan, "berhenti tertawa, lee subin," ucapnya lesu.
subin tertawa lagi, tidak merespon ucapan jukyung. melihat wajah temannya suram begitu adalah sebuah hiburan baginya ditengah-tengah kejenuhan tugas.
"hei, aku mengajakmu bertemu bukan untuk membahas mata pandaku ini, subin bodoh."
cara bicaranya terdengar jengkel membuat subin mencoba berhenti tertawa. "baiklah, maafkan aku. ayo ceritakan soal anak kurang ajar yang kau temui semalam."
jukyung menceritakan dengan rinci setiap kejadiannya; mulai dari bertemu dengan jeongin, mengajaknya makan, dan membawanya ke kantor polisi, serta karakteristik dari jeongin, yang berwajah imut, terlihat polos dan lugu serta pakaian yang anak itu kenakan semalam.
"wah benar-benar anak kurang ajar, aku ingin tahu bagaimana jika kau sungguh dituntut oleh polisi, haha," canda subin yang langsung direspon jukyung dengan umpatan.
subin melihat ke arah kasir. lalu kembali melihat jukyung sambil mendekatkan wajahnya seperti akan berbisik.
"tadi kau bilang sudah melarangnya untuk tidak mengikutimu lagi 'kan?" tanyanya yang hanya dijawab anggukan oleh jukyung.
"tapi kenapa ciri-ciri yang kau katakan soal anak itu sangat mirip dengan anak lelaki yang dikasir itu? dan bukannya itu jaket bomber kesukaanmu? jangan-jangan itu memang dia," ucap subin sekali tarikan nafas.
jukyung melihat kearah kasir dengan hati-hati sambil menutupi setengah wajahnya dengan buku menu. dia memperhatikan anak yang dikatakan subin. dan benar, itu jeongin.
dia sedang membayar dengan sejumlah uang cash bernilai besar.
ternyata dia anak dari orang kaya, dasar penipu, pikir jukyung.
saat serius memperhatikan, jeongin sadar dan menatap balik dirinya. jukyung reflek membuang muka dan menyuruh subin untuk menutupi wajahnya juga.
"dia sadar. ayo kita keluar setelah dia pergi dari sini," bisik jukyung pada subin.
subin mengangkat satu halisnya, "kenapa kau menghindar?" ucapnya agak kencang.
tangan jukyung dengan sigap menutup mulut subin, "sstt! aku tidak mau berhubungan lagi dengan anak tidak tahu diri itu."
mereka berdua diam beberapa lama sambil menyembunyikan wajah dengan buku menu untuk menunggu jeongin keluar dari cafe. ternyata yang di tunggu malah duduk di antara mereka.
tentu saja jeongin tidak akan pergi setelah melihat jukyung lagi.
"kenapa sembunyi?"
"cih, ada perlu apa lagi?" jukyung menyimpan buku menunya, "bukanya kau anak orang kaya? kenapa kemarin terlihat seperti orang susah?" tanya jukyung jengkel.
jeongin menjawab setelah menyeruput ice coffee miliknya, "siapa yang kau bilang orang kaya?"
di antara jukyung dan jeongin yang sedang mengobrol, ada subin yang terlihat bingung, hanya menyimak.
"kau pikir tadi aku tidak lihat? jelas-jelas kau bayar ice coffe mu itu dengan uang cash yang bernilai besar. kemarin kau bilang tidak punya rumah tapi nyatanya kau orang kaya. bocah pembohong," jelas jukyung.
jeongin belum merespon ucapannya, dia sibuk minum ice coffee-nya. suasana jadi tidak nyaman karenanya.
subin berbisik, "aku pergi ke toilet dulu, jika ada sesuatu telpon aku, oke?"
jukyung menangguk.
setelah subin pergi, jeongin menyimpan cup minumnya di meja.
"uang cash ini," kata jeongin sambil mengeluarkan uang dari saku jaketnya. "aku dapatkan setelah merampok beberapa preman jalanan,"
mendengar itu, jukyung tidak percaya, dan malah tertawa. "haha, jangan bodoh, mana mungkin preman takut pada bocah sepertimu," kata jukyung.
jeongin langsung menanggapi, "aku tidak menakuti mereka,"
".. tapi aku langsung membunuh mereka," kata jeongin enteng.
jukyung diam beberapa detik,
dan akhirnya tawanya pecah.
—
hai, ini kepanjangan :'D
—
KAMU SEDANG MEMBACA
❀metaonia、
Fiksi Penggemarawalnya jukyung tidak menyangka, jeongin, anak lelaki yang terlihat polos dan lugu itu malah membuat hidupnya yang sebelumnya tenang menjadi dalam masalah besar. warn ; lowercase dan ceritanya bertele-tele. kalo tidak suka, tidak usah baca:) ©sakiko...