jukyung terlihat puas saat melihat kantor polisi dihadapannya. dia berpikir dirinya akan bebas setelah memberikan jeongin kepada pihak yang berwajib.
sementara itu, jeongin yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba tersenyum dan tidak sengaja di lihat oleh mata jukyung, "kenapa tersenyum? kau sangat senang ya akhirnya bisa pulang dan bertemu orangtuamu kembali?"
"sudah aku bilang—" ucap jeongin terpotong oleh ucapan jukyung, "terserah," tangkasnya "ayo masuk, sebelum aku menarikmu."
akhirnya jukyung dan jeongin berhadapan dengan polisi setempat. baru saja jukyung akan menceritakan kronologisnya, tiba-tiba jeongin memasang wajah ketakutan dan berbicara menyela omongan jukyung dengan suara yang gugup.
"tolong aku polisi," ucap jeongin terlihat menyedihkan. "kakakku, dia ini sangat membenciku sampai dia ingin melaporkanku sebagai anak hilang. dia sangat ingin membuangku ke panti asuhan, kumohon tolong aku," bujuk jeongin dengan akting yang terlihat alami.
jukyung kaget bukan main mendengarnya, tangannya reflek menarik kerah baju jeongin. dia tidak menyangka, anak itu akan bicara seperti itu dihadapan polisi. bukan hal sepele, bisa gawat jika jukyung terkena tuntutan atas ucapan sembarangan jeongin.
bukan berniat menipu atau menuduh, jeongin hanya kesal, jukyung selalu saja membuat kesimpulan sendiri. padahal jeongin tidak pernah mengatakan apapun tentang masalah yang dihadapinya.
"apa yang kau bicarakan?" tanya jukyung menahan amarah pada jeongin. "tidakkah kau berterimakasih karena aku sudah membantumu sampai sini?"
mendengar pertanyaan itu, tatapan mata jeongin jatuh ke sepatu kotornya; mencoba menghindari kontak mata dengan si penanya.
polisi didepan mereka mencoba melerai agar tidak terjadi perkelahian. sekitar sepuluh menit jukyung diberi nasihat oleh polisi agar tidak bercanda untuk 'membuang' 'adiknya' itu seenaknya.
jukyung hanya bisa diam dan mendengarkan, sudah tidak peduli untuk memberikan bukti atau tidak; bahkan tidak terpikirkan untuk bertanya tentang kasus anak hilang. apapun yang dikatakan jukyung akan sia-sia, polisi pasti lebih percaya pada jeongin dibandingkan dirinya.
mereka berdua berjalan keluar dari kantor polisi. jukyung hanya diam, jeongin berjalan di belakangnya tanpa terlihat bersalah.
ini adalah hari yang berat untuknya, di tuduh yang tidak-tidak oleh orang yang baru saja ia temui satu jam yang lalu. jika jukyung langsung pulang tanpa harus merasa kasihan pada jeongin, mungkin saja saat ini dirinya sedang berbaring dikamarnya ditemani setumpuk tugas.
jukyung berhenti melangkah diikuti jeongin yang berada di belakangnya, "kalimat tuduhan yang kau katakan tadi bisa membuatku dalam bahaya, apa kau tidak terpikirkan hal itu?" ucapnya terdengar kesal.
jeongin diam seribu kata seperti awal bertemu, "pulanglah dan jangan mengikutiku. aku tidak peduli kemana kau akan pulang, yang pasti jangan buat dirimu bahkan orang lain dalam kesulitan," jelas jukyung. "dan semoga kita tidak bertemu lagi, jeongin. sampai jumpa."
sangat menyesal dan kesal. itu yang dirasakan gadis itu saat ini.
jukyung tidak tahu, anak yang ditemuinya beberapa jam yang lalu adalah awal dari masalah besarnya.
—
hai..
gaje banget ga sih, mau ak hapus aja deh:((
—
❛ sakikoi, 2018 ❜
KAMU SEDANG MEMBACA
❀metaonia、
Fiksi Penggemarawalnya jukyung tidak menyangka, jeongin, anak lelaki yang terlihat polos dan lugu itu malah membuat hidupnya yang sebelumnya tenang menjadi dalam masalah besar. warn ; lowercase dan ceritanya bertele-tele. kalo tidak suka, tidak usah baca:) ©sakiko...